"Saya terima nikah dan kawin nya Allana Faradila binti Irawan Hasbullah dengan mas kawin uang senilai seratus lima puluh ribu rupiah, di bayar tunai."
Ucap Qobul Damar untuk Allana di hadapan jenazah Vianny, suara Damar bergetar di barengi derai air mata.
"Bagaimana saksi?" tanya penghulu.
"Sah!" jawaban saksi.
Allana duduk diam di sisi Damar, ia masih belum percaya saat ini sudah menjadi istri seseorang di usianya yang ke tujuh belas.
"O my God! Aku menikah? betulkah Aku sudah menikah? Mama! mengapa Lana harus menikah dengan suami Mama?" lirih pilu dari batin Allana.
"Mar! mari kita pulang, kita harus segera mengebumikan jenazah Vianny! semua biaya untuk pemulasaraan jenazah, telah di urus. Pihak DLLAJ serta Polisi sudah memperbolehkan untuk membawa pulang jenazah Vianny setelah memeriksa kecelakaan Vianny untuk laporan dan asuransi."
"Baik Pak! Nak, mari pulang, kita harus segera memakam kan Mama mu," Damar memapah Allana yang nampak tidak berdaya setelah ia mengangguk lemah.
Kini mereka kembali ke rumah orang tua Damar dengan Allana dan Damar mengiringi mobil ambulans yang membawa jenazah Vianny. Mereka akan memakam kan jenazah Vianny di tempat orang tua Damar.
***
Malam hari,
Pemakaman Vianny telah usai dan orang tua Damar memutuskan untuk melaksanakan tahlil pada malam itu juga.
Allana tidak ikut berkumpul di ruang tengah, ia memilih membaca surah Al Qur'an di kamar Damar dengan di temani sepupu Damar. Setelah acara tahlilan selesai Damar Pamit untuk istirahat, kepada kedua orang tua dan para kerabatnya yang masih berkumpul di ruang tengah.
"Ehem!"
Suara deheman Damar memenuhi ruang kamar yang awalnya sunyi. Allana dan sepupu Damar yang berjumlah dua orang itu menoleh pada sumber deheman.
Damar tengah berdiri di ambang pintu dengan mengenakan stelan Koko berlengan pendek warna putih berstrip dongker dan celana warna biru dongker, juga tidak tertinggal ia kenakan peci polos hitam sebagai pelengkap. Maka terpancar lah ketampanan Damar. Allana menatap Damar dengan seksama.
"A'a ....!" ucap mereka
"Lana mau makan Cu?" tanya Damar pada Adik sepupu nya yang bernama Cucu.
"Tidak mau A," Jawab Cucu.
"Ia A, padahal Atin sudah belikan bakso dan bubur," timpal Adik sepupu Damar yang bernama Atin.
"Sayang, makan yah! dari tadi siang Lana, kan belum makan!" pinta Damar.
"A, Teh! kami ke depan dulu yah!" pamit Atin dan Cucu.
"Ouh iya Dek!" seru Damar sedangkan Allana hanya mengangguk dan tersenyum.
Atin dan Cucu pun, keluar dari kamar Damar dan meninggalkan Damar serta Allana hanya berdua.
Damar menatap lembut Allana dengan tersenyum. Lalu ia raih mangkuk berisi bubur dari atas nakas. Damar duduk perlahan di hadapan Allana dan membujuk Allana agar bersedia untuk makan.
"Makan dulu ya sayang! ni Papa suapi," bujuk Damar.
"Lana tidak lapar Pah!" balas Allana.
"Sayang .... please!" Damar memajukan sendok berisi bubur, berniat menyuapi Allana.
Namun Allana mengatupkan mulutnya rapat-rapat.
"Heemm .... Lana sayang Mama?" tanya Damar.
"Ya tentu sayang Pah!" jawab Allana sedikit kesal mendengar pertanyaan Damar.
"Lana tidak ingin Mama bersedih kan di alam kesucian?" tanya Damar.
"Tentu saja tidak ingin," Jawab Allana dengan menatap Damar.
"Dengar ya sayang! saat ini Mama dapat melihat Lana dan sedang mengawasi Lana, kalau Lana tidak mau makan, bisa saja Mama menangis di sana! jangan tambah beban Mama dengan tangisan nya karena bersedih melihat Lana yang menyiksa diri dengan tidak makan. Setidaknya makan lah walaupun hanya sedikit," bujuk Damar dengan penuh kesabaran.
"Betul Pah? saat ini Mama sedang mengawasi Lana?" tanya polos Allana.
"Insya Allah sayang! menurut orang tua, katanya kalau orang sudah tiada itu dapat melihat kita yang masih hidup!" jawab Damar masih dengan nada lembut nya.
"Berarti saat ini Mama sedang melihat Lana?" tanya nya lagi dengan semringah.
"Iya sayang! makanya Lama makan yah!" ucap Damar.
"Mah! jangan nangis lagi yah! Lana makan koq," ujar Allana.
"Nah gitu dong!" Damar tersenyum, lalu ia palingkan wajah nya dengan menahan kepedihan mendengar celotehan Allana baru saja, air matanya meluncur tak terelakkan. Damar menautkan gigi atas dan bawah di dalam mulut nya hingga rahang nya mengeras pertanda sedang menahan rasa sedih yang mendalam.
"Pah!" panggil Allana.
"A .... am iya sayang!" Damar menarik nafas dan menghempas nya dengan cepat. Ia kembali menguasai dirinya.
"Papa kenapa? Papa nangis?" lagi-lagi pertanyaan polos dari Allana.
"Tidak apa-apa koq sayang! tidak menangis juga, Papa hanya mengantuk, maka dari itu keluar air mata," jawab Damar berusaha menyembunyikan kebenaran bahwa dirinya memang menangis.
"Ya sudah, buka mulut nya," Damar menyodorkan kembali sendok yang berisi bubur.
"Lana makan sendiri saja Pah!" pinta Allana.
"Baiklah, makanan nya di habiskan yah! Papa hendak rebahan dulu di sofa, kalau Lana butuh sesuatu bangunkan saja Papa!" pesan Damar.
"Baik Pah!" jawab Allana. Damar pun berdiri dan berjalan menuju Sofa yang tidak jauh dari tempat tidur dan posisinya menghadap ke arah tempat tidur.
"Pah!"
Panggil Allana. "Iya sayang?" jawab Damar. "Terima kasih."
Allana tersenyum pada Damar.
"Sama-sama sayang! makanlah, lalu tidur," pinta Damar dengan membalas senyuman Allana.
Damar pun merebahkan diri di Sofa dan Allana mulai makan dengan perlahan. Hingga ia selesai makan, Allana kembali melamun. Damar diam-diam memperhatikan Allana.
Cukup lama Damar memperhatikan Allana yang nampak diam dan bersandar pada kepala dipan.
Setelah sekian lama tidak ada tanda-tanda Allana akan tidur, maka perasaan khawatir muncul dari Damar! tubuhnya yang terasa letih dan mengantuk pun, ia bawa kembali duduk di sofa dan ia putuskan untuk menghampiri Allana.
"Lana!" seru lembut Damar.
"Eum .... iya Pah!" Allana terkejut dan ia mengembalikan kesadaran nya dari lamunan.
"Lana koq gak bobo? Papa lihat loh, Lana melamun dari tadi," ucap Damar.
"Bagaimana cara Lana bobo Pah! kalau setiap malam, Mama yang akan memeluk Lana hingga Lana bobo. Sekarang Mama sudah tidak ada di samping Lana. Lalu siapa yang akan memeluk Lana bobo? mungkin Lana harus membiasakan diri terlebih dahulu Pah, biarlah Lana bergadang malam ini," jawab Allana.
"Hem, begitu rupa nya!"
"Lana ...." Damar memangil nama Allana dengan suara yang lirih, lalu ia genggam kedua tangan Allana.
"Lana, saat ini ada Papa yang siap menggantikan Mama di sisi Lana, tolong jangan tolak kehadiran Papa! Kita sama-sama berduka karena di tinggalkan orang yang kita cintai. Maka dari itu, mari kita saling menguatkan, ingat! Lana tidak sendiri, ada Papa yang akan mendampingi Lana untuk kedepannya." Damar berbicara selembut mungkin.
Allana hanya diam dan membiarkan tangan nya di genggam oleh Damar. Perasaan Allana masih sama terhadap Damar, yaitu perasaan antara Anak pada Ayah. Walaupun mereka telah resmi menjadi sepasang suami Istri.
"Kalau Lana mengizinkan, mulai malam ini, Papa yang akan memeluk Lana bobo, setiap malam!" ujar Damar.
"Tapi Pah! apa ini mungkin, kita ini berlawanan jenis dan,...."
"Lana tidak perlu khawatir, Papa tidak akan berbuat apapun! Papa sayang Lana, layak Ayah yang sayang pada seorang putri nya. Iya Papa tahu, pasti Lana takut akan terjadi sesuatu hal. Lana sudah besar dan faham akan hal ini, apa hukum nya jika laki-laki dan perempuan tidur bersama! namun hubungan kita ini sudah halal! walaupun perasaan Lana ke Papa hanya sebagai Ayah dan perasaan Papa ke Lana hanya sebagai Anak! tapi kenyataannya kita terikat di dalam sebuah pernikahan." ujar Damar kembali.
"Maka, jika pun Papa dan Lana tidur bersama, itu tidak masalah. Mungkin ini sebab nya Mama meminta kita menikah, agar Lana menjadi halal untuk Papa dan agar Papa halal untuk Lana. Jadi .... Papa dapat menjaga Lana tanpa jarak," ujar Damar.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
mbak i
Sholeh banget ya papa damar😍😍😍😍
2022-03-02
0
Lilik Juhariah
gk pa pa selagi blm berhubungan badan
2021-07-25
0
Dewi Zahra
aku suka
2021-07-04
1