How To Be A Good Teacher
Beberapa bulan sebelumnya.
Sekolah menuju ujian kenaikan kelas dan tak lama setelah itu akan libur sekolah. Seorang guru ingin menjadi guru di salah satu SMK di Jakarta sebagai guru Desain Grafis. Mereka kini berjalan ke ruang kepala sekolah, dimana sang calon guru itu bersama dengan kepala sekolah itu.
“Lab desain grafisnya bagus pak. Membuat murid nyaman dan bisa merasakan bahwa sekolah ini mampu memberikan ilmu yang baik.”
“Pak Semi, setelah saya lihat tadi riwayat anda dan juga prestasi yang anda terima, saya kurang yakin bahwa anda bisa mengajar untuk menjadi guru Desain Grafis di SMK ini, mungkin saya akan menyarankan bapak disekolah tempat teman saya mengajar.”
“Tunggu pak, mohon untuk melihat satu video yang berada dalam flashdisk ini pak.” Kepala sekolah itu menancapkan flashdisk dilaptopnya dan membuak video yang berdurasi dua setengah menit itu.
Kepala sekolah itu menegak dan terbelalak. “Pak semi, setelah saya melihat video yang anda sarankan. Saya merasa cukup yakin bahwa anda bisa menjadi guru yang baik disekolah ini. Saya juga akan memberikan anda tanggung jawab sebagai wali kelas. Karena belum lama salah satu rekan kami hengkang.”
“Saya siap pak.” mereka bangkit sambil menjabat tangan.
“Tetapi pak, murid yang akan anda awasi esok adalah murid yang sangat banyak masalah, lalu mengapa anda ingin menjadi guru ?”
“Membenarkan hal yang salah adalah hobi saya pak. Profesi ini adalah salah satunya. Terima kasih pak Adnan,”
“Sampai berjumpa dikelas nanti pak Semi semoga berhasil.”
-
Hari pertama setelah kenaikan kelas.
Semi seorang pria berusia dua puluh enam tahun. Diusianya ia terlihat lebih muda dari usianya. Ia berjalan menuju kelasnya yaitu XI Multimedia III. Begitu ia masuk ia disajikan dengan pemandangan yang riuh. Ada murid yang mengenakan make up, ada yang riuh karena bermain game, ada yang bermain kartu remi, ada juga yang bermain gitar.
Ia segera menghampiri salah satu murid terdekatnya. “Sarapan mas ?”
“Laper pak.”
“Jangan terlalu sering makan produk beku, karena kita gak tau udah berapa lama produk itu ditempat, ditambah lagi didalem kulkas, jangan terlalu lama mas.”
“Udah biasa pak, buktinya sehat-sehat aja.”
“Bukannya udah biasa, tapi belom kena batunya.” ia hanya menyepelekan itu dan menenggak botolnya.
Ia berjalan mendekati muridnya yang sedang mengatur gitarnya. “Main di standard tuning aja dulu mas baru ke open D.” sambil menepuk pundaknya.
“Lah ngatur.” Semi hanya tersenyum saja mendengar itu.
Ia lanjut dengarn menegur siswinya yang tengah melihat make up di olshop. “Mau beli make up neng ?”
“Tau apa emangnya pak ?”
“Pake make up jangan sembarangan, lipstick aja ada yang bahaya, bahkan mengandung logam sama kimia, bedak kalo gak sesuai sama kulit bisa iritasi bahkan lainnya. Pake produk dalem negri aja neng, walau mahal tapi kualitas ada dan keamanan juga ada.” Ia hanya tersenyum saja.
Salah satu siswanya tengah melihat senjata tajam diponselnya sambil melihat harga, Semi menegurnya. “Mau beli pisau KA-BAR bro ?”
“Iya mas, mahal banget import satu jutaan.”
“Mending beli M9 Bayonet aja mas, selain tajem harga kwnya delapan puluh ribu.”
“Murah mas.”
“Murah lah, temen saya punya banyak taunya dia bunuh orang sekarang dipenjara. Jangan lah kalo gak guna.”
“Hobi ni mas.”
“Cari aja hobi yang lain jangan yang bahaya.”
“Ngatur ni mas ?”
“Silahkan tafsirkan sendiri.” ia berpindah ke deretan meja yang lain.
Ia menemukan seorang siswa yang tengah mendengarkan music hingga menganggukan kepalanya. “Dengerin lagunya pelan aja mas.” sambil menepuk bahu.
“Berisik mas, gak kedengeran.”
“Ya pakenya satu aja, udah gitu lagumu metal lagi, bisa tuli kamu yang ada. Mending ganti lagu yang lain.” lalu melewatinya.
“Ko lau ngatur sih ?” katanya tidak suka.
Kali ini deretan meja yang rata-rata wanita penghuninya. “Selfie terus mbak.”
Mereka tak menggubris dan melanjutkan berfoto dengan pose dua jari. “Selfie pake pose dua jari jangan terlalu deket mbak. Sidik jari bisa diambil sama AI digunakan buat kejahatan atas nama kamu, udah gitu ada bahaya secara psikologi. Salah satunya narsis, itu juga memicu tindakan oplas karena ingin tampil sempurna.”
“Emang bapak gak pernah ?”
“Saya selfie kalo ada objek menarik aja, selebihnya nggak.”
“Kita gak bakalan sampe kaya gitu pak.”
“Kalo suka selfie jadikan itu buat menghasilkan uang lah. Buat tutorial make up.” Semi meninggalkan mereka.
“Dikira murah kali make up.”
Ia kini berada didepan papan tulis. “Ok semuanya selamat pagi.” Katanya sambil mengetuk papan tulis dengan spidol.”
“Saya wali kelas kalian dan guru Desain Grafis kalian. Saya denger disini banyak murid yang bermasalah ya sampe guru aja nyerah.”
“Gurunya aja pak lemah.”
“Pinter, karena guru gak boleh nyerah sama murid.”
Ia mendengar sisiwi yang tadi ia kunjungi masih sedikit riuh. “Neng tolong tenang.” Ia mengeluarkan sebatang coklat. “Mau gak ?”
“Mau pak.”
“Beli sendiri.” lalu ia masukkan lagi ke dalam saku celananya.
“Apaan si, ni guru so iye banget.”
“Nama saya Semi Fahrian.” sambil menulis dipapan.
“Kalian bisa catet nomor saya, saya guru baru disini, dan hari ini perdana saya bertemu kalian.”
“Gak ada yang peduli pak.” lalu banyak murid yang tertawa. Ia hanya mengacungkan jempol.
“Jangan berisik, atau saya buat kalian nggak nyaman dengan kehadiran saya.” Kelas tetap berisik.
Semi benar-benar membuat para murid tak nyaman dengan kehadiran dirinya. Hingga mereka mengabaikannya. Ia membuat kelas itu tak nyaman hingga jam istirahat. Begitu jam istirahat ia segera ke ruang guru jurusan. Ia bertemu dengan beberapa guru.
“Selamat siang.”
“Siang mas.” salah satu guru wanita dengan pakaian setengah modis dengan campuran kemeja flannel.
“Guru baru mas ?”
“Iya pak saya guru baru Desain Grafis.”
“Saya pak Afrian, saya guru bagian editing.”
“Saya Semi Fahrian pak.”
Seisi ruangan itu terdiri dari guru editing, Desain Grafis, Desain Produks, fotografi dan kepala jurusan. “Hari ini baru ngajar pak ?”
“Iya perdana, saya wali kelas di XI MM III.”
“Waduh pak, yang kuat ya, itu banyak banget murid yang bermasalah, beneran pak, kemaren aja wali kelasnya hengkang beberapa hari sebelum UKK.”
“Saya harap saya kuat hadapi mereka.”
“Semangat pak.” Semi hanya tersenyum.
Malam.
Ia tengah berada dikamarnya sambil video call dengan calon istrinya. “Gimana say hari pertamanya ? Seru ?”
“Nggak sih. Mereka keliatannya nggak suka sama aku gitu, karena mereka nganggurin aku.”
“Yah bisa cepet dong karir kamu.”
“Nggak, karena planning kau hari pertama aku bakal buat mereka gak suka sama aku, baru hari kedua aku sentuh mereka satu persatu. Aku kan udah nolong banyak orang yang lebih bermasalah dari mereka, di jalanan lagi kamu tau sendiri kan kaya apa.”
“Oh yaudah, aku mengharapkan kamu yang terbaik ya baby.”
“Ya aku juga berharap yang terbaik buat diriku sendiri.”
“Kamu udah makan malem ?”
“Udah.” tiba-tiba adik dari calon istrinya menganggu video call mereka.
“Ca elah yang mau nikah bentar lagi vidcall ni sama calon suami, tahan dulu nanti kalo udah nikah bebas mau ngapain aja.”
“Laras ngapain si kamu ganggu aja.”
“Cie marah ni, baru diganggun vidcall.”
“Mulai kumat tu anak, sakit jiwa kali.”
“Mungkin dia jealous karena kamu udah mau nikah. Satu bulan lagi kan ?”
“Iya, gak sabar buat tidur satu ranjang sama kamu.” katanya dengan tatapan manis
“Yaudah kamu istirahat deh, udah larut juga, aku mau siap-siap buat besok. Goodbye honey I love you.”
“I love you too baby good night.”
“Good night. Ok hari pertama berjalan dengan baik, hari kedua gw bakal sentuh mereka satu persatu gw buat mereka patuh akan ucapan gw. Gw buat mereka menganggap bahwa gw adalah temannya bukan gurunya. Gw gak sabar buat besok beneran dah.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Ryan Hunters
mirip kyk filmnya donnie ye yang big brother
2023-01-20
1
Mc tronic
seru
2022-09-28
0
Nadia Fitri
nnnn
2021-04-26
1