episode 5

stiven dan kevin mencoba menghidupkan mesin pembangkit listrik berukuran minimalis yang ada di di belakang rumah itu. beruntungnya mesin tersebut dapat di perbaiki oleh mereka karna hanya ada sedukit kerusakan.

setelah mesin listrik hidup zhelin mencoba menghidubkan komputer tersebut tapi tidak bisa, dia sudah mencoba berkali kali tapi hasilnya sama tetap tidak bisa. tapi bukan zhelin namanya kalau kehabisan cara.

zhelin membawa komputer tersebut keluar rumah dibantu oleh stiven untuk di perbaiki olehnya. zhelin adalah orang yang pintar hampir dalam segala hal karna memang memiliki IQ dan ingatan di atas rata rata.

mereka sudah duduk di bangku yang ada di depan rumah itu dan komputer di letakkan di meja depannya

"apa kamu bisa memperbaikinya, dan kalaupun bisa apa di sini ada jaringan?" kata stiven

"aku sedikit tau tentang elektronik. dan kalau pemilik rumah ini menggunakan komputer berarti ada antena jaringan juga di sini" jawab zhelin yang mulai memperbaiki laptop

stiven menganguk anggukan kepalanya "benar juga" katanya.

zhelin memperbaiki komputer dan sesekali di bantu oleh stiven, kevin dan rachel hanya melihat karna tidak tau harus melakukan apa.

saat ingin melihat kebagian komputer yang sama, kening stiven dan zhelin bersentuhan. membuat mereka berdua kaget dan saling menatap dengan jarak yang sangat dekat.

deg

jantung zhelin berdetak sangat kencang tak stabil saat menatap manik mata hitam pekat milik stiven, begitupun dengan stiven jantungnya berdetak tak karuan saat melihat manik mata coklat bersinar zhelin.

"ehem.. " dehem rachel yang melihat adegan itu dan tidak bisa tidak tingal diam.

zhelin dan stiven spontan mengalihkan pandangan ntah kenapa suasana tersa canggung dan gugup

"ada apa dengan ku" batin zhelin

"kenapa aku ini tidak biasanya segugup ini" batin stiven

zhelin berdiri "sepertinya ini sudah selesai" katanya.

"benarkah" tanya kevin

"ayo kita coba" kata stiven mengangkat kemputer dibantu oleh kevin.

setelah menyambungkannya ke listrik zhelin mencoba menghidupkannya, dan benar saja komputernya menyala. zhelin tersenyum lebar begitupun dengan kevin dan rachel tapi tidak dengan stiven dia malah penasaran dengan zhelin.

"langsung beri tahu polisi saja kalau kita di sini. aku sudah tidak tahan berada di sini, jarang makan dan bau badanku juga sudah sangat tidak enak" kata rachel.

"hmm" jawab zhelin sambil mengangguk

zhelin tidak langsung memberi tahukan media atau polisi tapi dia mengirim email ke anak buahnya yang bertugas sebagai hacker di geng arnada 'geng arnada adalah nama geng mafia yang didirikan zhelin satu tahun lalu'

*kirim helikopter menjemput ku di pulau yang jaraknya sekitar dua kilometer ke barat dari tempat jatunya pesawat by: zhelin arnada utomo* isi pesan zhelin

*bos kamu masih hidup* balasnya

*jangan banyak tanya lakukan sekarang, aku juga akan melapor ke polisi untuk menjemput orang lain yang ada di sini. helikopter ku harus datang lebih dulu!!!!* balas zhelin lagi

"siap bos"

setelah menyuruh anak buahnya dan melaporkan ke polisi zhelin langsung keluar dari ruanggan itu. zhelin duduk di ayunan yang ada di depan rumah itu.

stiven menghampiri zhelin lalu mendorong ayunan dari belakang. zhelin melihat kebelakang dan tersenyum saat melihat stiven.

"sepertinya orang yang tinggal di sini memiliki anak kecil" kata zhelin membuka obrolan.

stiven berjalan kesamping zhelin dan berdiri sambil bersandar di pohon besar samping ayunan. "siapa kamu sebenarnaya?" tanya stiven tidak menjawab pertanyaan zhelin

zhelin diam beberapa saat

"kenapa kamu ingin tau siapa aku, toh juga ini pertemuan terahir kita" jawab zhelin kemudian

"karna aku tidak ingin ini menjadi pertemuan terahir kita" kata stiven menatap zhelin.

"hah" kata zhelin meminta penjelasan maksud dari omongannya.

"kita sama sama tinggal di indonesia apa salahnya kalau kita berteman" jawab stiven

"dari dulu aku tidak pernah mau berteman dengan seorang aktor, menurutku kalian terlalu pandai berpura pura. aku takut tidak bisa membedakan mana yang hanya berpura pura dan mana yang tulus" kata zhelin lalu mendorong ayunannya dengan kakinya

"kamu benar, tapi aku orang yang tulus" jawab stiven menatap zhelin yang juga sedang menatapnya.

"*saat kamu tau siapa aku sebenarnya aku yakin kamu akan berubah pikiran untuk berteman dengan ku" batin zhelin*

"zhelin kenapa aku sangat ingin tau siapa kamu. dan kenapa aku tidak terima kalau ini jadi pertemuan terahir kita. apakah aku menyukai mu" batin stiven

tidak ada yang bicara lagi mereka hanya salin menatap dan tatapan mereka semakin dalam seperti sedang berbicara melalu kontak mata.

dari jauh rachel yang melihat mereka merasa kesal, dia langsung lari ke tempat dimana zhelin dan stiven kevin yang melihat rachel hanya geleng geleng kepala dan mengikuti rachel tapi dia hanya berjalan santai.

"stiven sini, kenapa kamu berdiri di situ apa kaki mu tidak capek" kata rachel yang sudah duduk di bangku tempat mereka memperbaiki komputer yang memang ada di dekat ayunan yang di duduki zhelin.

stiven berjalan dan saat stiven ingin duduk di samping rachel kevin langsung nyosor menduduki tempat yang ingin di duduki stiven. hal ini membuat rachel geram dan langsung mencubit perut kevin.

"nanti mungkin aku akan pulang lebih dulu dari pada kalin" kata zhelin

"maksudnya?" tanya rachel

"mungkin nanti helikopter pribadiku akan menjemputku lebih dulu" jawab zhelin

"kau punya helikopter pribadi, whaaahha ternyata kau orang yang sangat kaya" kata kavin dengan gaya lebaynya

"lalu kenapa kami tidak ikut dengan mu saja?" tanya rachel.

"tidak bisa" jawab zhelin

"kenapa?" tanya rachel lagi

"kalian akan tau nanti. tapi bisa kah aku minta satu permintaan" tanya zhelin

"bisa, asalkan jangan memintaku jadi pacar mu karna rachel akan sangat marah" jawab kevin yang langsung mendapa pukulan dari rachel

zhelin tersenyum mendengar jawaban kevin. "bisakah kalian mengatakan kalau aku tidak bersama kalian, atau hanya ada kalin di sini jika polisi atau detektif bertanya" kata zhelin

semua diam menatap zhelin mereka sibuk berperang dengan pikiran masing masing.

"apakah kau buronan?" tanya kevin ke

Terpopuler

Comments

Efan Zega

Efan Zega

koq rsanya aku masih ada tak terima andre mati dan zelin lebih memilih stiven dr pd andre ya

2021-03-18

0

Nurhalimah Al Dwii Pratama

Nurhalimah Al Dwii Pratama

tau aja si kevin

2021-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!