Demi kamu aku bertahan dan tetap tegar untuk menghadapi kenyataan. Kamu adalah semangat ku untuk mengais rejeki.
.
.
.
.
Setiap pagi yang dhira tunggu saat akan bangun pagi, sang kakak selalu datang ke kamar menusuk nusuk pipinya untuk membangunkan dia.
Tidak ada kata marah dalam diri dhira saat kakak selalu suka membangunkannya.
Membuka mata dengan perlahan, mendapati kakak yang berada tepat duduk di sampingnya dengan tersenyum dan bertepuk tangan saat dhira sudah membuka mata.
" Pagi.?" sapa Dhira dengan tersenyum saat duduk berhadapan dengan kakaknya.
" Hhmm, pagi." jawab kak Alex dengan tersenyum lebar.
" Mau kemana pagi ini.?" tanya Dhira.
" coklat?" dengan jari tangan yang saling di main mainkan.
" kemarin sudah coklat, yang lain ya." kata Dhira dan di geleng gelengkan oleh kakaknya sebagai tanda tidak mau.
" Mau aku bawa ke dokter lagi, karena terlalu banyak makan coklat dan giginya sakit kembali." Bujuknya, mendapatkan penolakan dari kakaknya dan menundukkan kepala dengan wajah sedih, merasa tidak tega seperti hingga membuat hati Dhira juga sakit dan mencoba merayunya kembali.
" Boleh ambil apa saja, tapi selain coklat ya." ucap Dhira dengan lembut, tersenyum lebar dan mengangguk kan kepala setuju saat sang adik memperbolehkan mengambil jajan apa saja di swalayan terdekat.
Ya, setiap pagi Alex selalu minta jajan pada adiknya dan membawanya ke swalayan untuk memilih jajan apa saja di dalam sana sebelum adiknya berangkat ke cafenya.
Alex seorang pria yang spesial di mata adiknya dan dia adalah keluarga satu satunya dalam hidup dhira, siapa pun yang menghina kakaknya dhira akan melindunginya dan melawan siapa pun yang menghinanya tidak peduli itu orang tua maupun anak kecil.
Alex yang duduk di ruang tamu dengan memainkan kaki serta melihat tv sambil menunggu adiknya yang sedang bersiap siap untuk berangkat kerja serta membawanya ke supermarket.
Mendapati adikknya yang sudah keluar dari kamar ia pun berdiri dan berjalan cepat menghampiri dhira.
" Ayok.!" kata Alex dengan tidak sabar dan menarik tangan adiknya.
" Iya, iya sabar kak.?" kata Dhira dam berjalan keluar menuju garasi, melihat bibik yang sedang menyiram taman kecil di samping garasi.
" Bik, aku tinggal dulu ya ke supermarket." pamit Dhira.
" Hati-hati ya non.?" ucap bik Minah dan hanya di anggukkan oleh Dhira.
Melihat kakaknya yang sudah berdiri di samping motor sport Ninja hitam membuat dhira tersenyum karena dia tau motor itu kesukaan kakaknya saat akan ke swalayan bersamanya. motor yang jarang dhira bawa untuk berkendara kecuali dia balapan saat ada pertandingan malam hari bersama teman.
Ya, dari dulu hobby Dhira adalah balapan saat memasuki sekolah menengah untuk mencari kesenangan di saat rumahnya penuh dengan drama pertengkaran setiap malam antara ke dua orang tuanya yang tak ada habisnya.
Hanya kesenangan hingga berujung adu balab hingga sekarang, saat ia mendapatkan juara dan uang utama.
Bibik Minah membukakan pintu pagar menaiki motor dengan membonceng kakaknya yang begitu senang saat keluar dengannya.
Seperti biasa mengitari komplek untuk mengenangkan kakaknya, dan berhenti tepat di depan swalayan membuat pegawai swalayan hafal betul siapa yang selalu datang di pagi hari hanya untuk membeli makanan ringan.
Alex yang sudah terlebih dulu berjalan membuka pintu kaca dan mengambil kranjang untuk memilih makanan ringan mana yang akan ia pilih, di ikuti dhira dari belakang untuk memastikan kakaknya tidak mengambil makanan coklat.
mengambil tiga makanan ringan serta dua susu berukuran tanggung yang berwarna pink.
" Sudah.?" tanya Dhira dan di anggukkan oleh alex.
Berjalan ke arah kasir dengan tangan yang berayun senang serta tersenyum mengembang di bibir alex
" Sudah ini saja mas Alex enggak mau kiner joy." ucap seorang kasir, membuat Alex melirik dhira yang ada di sampingnya
" Bisa gak sih bungkusan telur ini di taruh di mana gitu, jangan depan kasir." gerutu Dhira pada kasir pria, hingga membuat kasir pria itu tertawa.
" Hahahah, biar cepat laku mba."
" Iya lakulah, orang anaknya nangis kalau enggak di turutin." cibik Dhira dengan sebal.
" hahahah, ngalamin ya.?"
" Tiap hari.!" serunya dan melirik kembali kakaknya yang masih menatap benda telur yang ada di depannya.
Menghembuskan nafas berat mencoba bersabar dan terpaksa menuruti keinginan kakaknya daripada menangis di jalan, susah pikirnya.
Selesai membayar ia pun kembali menaiki motor untuk mengantarkan kakaknya pulang terlebih dahulu sebelum berangkat ke cafe.
Di depan rumah sudah terlihat bibik minah yang menunggunya dengan membawakan kotak bekal makan sarapan paginya.
Alex yang sudah turun dari motor begitu senang dan memperlihatkan kantong plastik yang banyak dengan isinya pada sang bibik.
" Banyak bik." ucapnya dengan tersenyum.
" Iya banyak mas, tapi gak boleh di makan semua ya." kata bik minah dan di anggukkan oleh Alex.
" Ini non bekal makanannya." ucap bik Minah dan memberikannya pada Dhira.
" Terima kasih bik." ucapnya " oh, iya bik nanti aku pulang malam jangan di tungguin ya dan kunci gerbangnya." ujarnya lagi
" Iya, hati hati ya non." hanya anggukan serta tersenyum pada bibiknya.
" Kak, aku berangkat dulu ya. jangan nakal, jangan nyusahin bibik." ucap Dhira, mengangguk cepat dan tersenyum serta melambaikan tangan sebagai tanda berpisah.
Masih sama memakai motor sport dan tidak menggantinya karena malam nanti ai akan mengikuti balapan.
Melajukan motornya dengan kecepatan sedang, membelah jalan raya di pagi hari penuh dengan kemacetan. tidak peduli dengan orang yang melihatnya saat mengendarai motor sport.
Melihat cafenya yang sudah di buka oleh teman dan patner kerja membuatnya tersenyum.
Ting.
Tanda bunyi lonceng pintu kaca berbunyi.
"Pagi.!! " semangat Dhira untuk menyapa dua karyawan dan satu temannya.
" Pagi mba." saut semua karyawan.
Meletakkan tasnya di tempat kasih dan menyapa tamannya yang sudah ia percaya untuk menjaga cafenya ketika dia sedang sibuk.
" Pagi, Cit.?"
" Pagi juga.?" jawabnya dengan semangat " Mau balab malam ini.?" tanya Citra.
" Hmm, lumayan buat tambah-tambah." ujarnya dengan memeriksa penjualan semalam.
" Cafe sudah mulai rame lho Dir, jangan balapan lagi aku takut kamu kenapa-napa." ucap Citra, membuat Dhira menatap temannya.
" Yang terpenting kamu selalu berdoa buat aku, semoga aku gak kenapa-napa saat balapan. Oke.?" jawab Dhira dengan tersenyum.
Menghembuskan nafas berat saat Dhira selalu jawabnya seperti itu, sudah berapa kali Citra melarang Dhira untuk tidak lagi balapan karena cafe yang dia dirikan sudah mulai berkembang dan banyak pengunjung yang datang. Sungguh ia hanya takut jika terjadi sesuatu yang tidak di ingin kan pada teman malaikat tak bersayab itu.
Hanya mengangguk pasrah serta tersenyum dan berdoa selalu pada Tuhan untuk selalu melindungi teman yang sudah menolongnya waktu sekolah.
.
.
.🐨🐨🐨
ciye ciye yang lagi kangen sama babang kadal.😄😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
👀 calon mayit 👀
focus ma telor depan kasir....
yang selalu buat emak2 emosi gemes greget. aku pernah minta sama kk kasir.... alhmdllh d kabulin. soalnya kasian banyak anak yang nangis kejer. apalagi saat emaknya ngga bawa uang lebih... kan kasian. ya kalo emaknya punya kalo ngga ya kasian. gitu kata aku... tapi dengan sopan dan tenttu d balas sopan lagi Ama babang kasirrr.... 🤗🤗🤗🤗🤗🤗
2021-12-18
1
akbr
sumpah hebat banget usia segitu bisa menanggung beban hidup yg lumayan kompleks, kalo w jd dhira belom tentu bisa....
smngt dhira lope you
2021-11-17
1
Eni Trisnawati Mmhe Winvan
author kakak nya dhira terbelakang mental ya
2021-11-05
0