Raja Mahendra

Samar-samar Wawa mendengar percakapan seseorang.

"Apa demam nya sudah turun ?" Tanya seorang wanita

"Dia tidak demam, dia hanya shok yg membuat suhu tubuh nya naik, mungkin juga dia kecapean Bu"

" Dia siapa sih ? Tumben banget lagi kamu bawa orang kesini. Perempuan lagi, dia kalo dicariin sama orang tua nya gimana ?"

"Dia bukan orang sini , kayak nya baru mulai merantau"

"Trus kamu ketemu Dimana ?"

"Dekat pelabuhan"

" Ngapain kamu disana keluyuran sampe jam 3 sih"

"Jemput temen lho Bu, dia baru datang".

"Trus mana temen nya ? Apa cewek itu temen nya"

"Ahhh, ibu ngawur aja deh. Udah aahh, aku mandi dulu"

Wawa menarik nafas dalam-dalam. Syukurlah tak terjadi apa-apa pada diri nya. Selang beberapa lama kemudian, pintu perlahan terbuka.

"Kau sudah bangun ?" Tanya wanita itu lalu tersenyum. Sangat manis dan hangat, Wawa lalu teringat pada ibu nya. Andai saja ibu nya masih hidup. Mungkin juga akan seperti itu perawakan nya.

"Apa kau sudah benar-benar tak demam" tanya wanita itu lalu meraba kening Wawa

"Apa kau ingat apa yang terjadi pada mu ? Hingga anak nakal ku membawa mu pulang"

"Maaf ...Tante sudah merepotkan anak nya" ucap pelan Wawa penuh keraguan.

"Dia memang perlu direpotkan. Sarapan lah dulu, ibu tinggal yah ??" Kata wanita itu. Sambil memberikan nampan kecil pada Wawa , nampan itu berisi bubur yg masih terlihat uap nya, serta air biasa. Awal nya Wawa Ragu untuk menyantap nya, bagaimana kalau ini racun. Atau enggak ini bukan rumah orang muslim. Tapi perut nya dari tadi sudah ngajak bertengkar karena lapar. Yh udah sih, bismillah aja.

Hanya butuh beberapa menit dan semua bersih. Wawa sangat kekenyangan. Dia pun berdiri. Merapikan jilbab yg terlepas. Lalu memakai kemeja nya lagi tanpa dikancing. Jaket nya dia masukkan lagi kedalam ransel. Kemudian sekilas ingatan nya kembali dimalam tadi. Saat ransel nya diacak-acak tanpa beban oleh lelaki yg entah siapa dia. Bahkan wajah nya tak dapat Wawa lihat. Tapi sepertinya tangan nya tidak malu menyentuh kain2 kesayangan Wawa itu. "Lelaki mesum, ada dimana-mana " fikir nya. Lalu menutup ransel nya dengan kasar.

"Kau akan pergi ?" Tanya ibu tadi, dia sepertinya baru selesai membersihkan dapur nya

"Iyah Bu. Maaf sudah merepotkan"

"Apa kau sudah punya tujuan. Kata raja kau bukan dari sini ?"

"Iyah Tante, itu, anu... Saya diajak sama temen Tante. Seharusnya saya sudah dirumah nya sejak semalam. Dia pasti nunggu saya"

"Gak ada yg hubungin kamu."

Kata seseorang dari belakang Wawa, sontak saja Wawa langsung menunduk dan sedikit takut. Mengingat apa yg laki-laki itu lakukan pada nya

"Nih handphone mu, aku balikin. Maaf udah ku buka. Nyari riwayat panggilan tapi gak ada. Kontak cuma 4, kalo tadi kamu belum bangun aku telpon kakak mu saja"

"Raja ?" Terdengar wanita itu sedikit membentak

"Kamu kalo ngomong itu jangan mengintimidasi gitu dong. Gak liat apa, dia takut gitu. Kamu habis ngapain dia ??" Lanjut ibu itu lagi.

Wawa tak mampu menjawab, dia menunduk semakin dalam. Wajah nya yg kecil sudah tertutup sempurna oleh topi kesayangan nya itu

"Gak ada Bu, aku nemuin dia pingsan diemperan toko. Udah mau dijilatin anjing, yah udah aku bawa balik aja."

Biiip. Biiiip...

Dari luar rumah terdengar suara klakson kendaraan,

"Raja pergi dulu Bu, assalamualaikum.!" Ucap lelaki tadi. Lalu mengambil tangan ibu nya, mengecup nya, lalu pergi.

"Dasar, anak nakal" ucap ibu itu lalu tertawa kecil.

"Maafkan anak saya yah, dia memang seperti itu. Tapi asli nya baik kok."

" Duduk dulu yah ? Saya ambilkan air putih. Kamu pasti terkejut tadi". Ucap ibu itu lagi lalu meminta Wawa duduk di kursi dimeja makan.

"Jangan masukin dihati yah ? " Kata ibu itu lagi.

"Iyah Bu. Terimakasih banyak"

"Kamu mau kemana ? Dimana rumah teman mu. Ibu juga mau keluar. Biar sekalian ibu antar aja gimana ?"

"Gak usah Bu, nanti biar saya cari sendiri aja gak apa-apa. Maaf sudah merepotkan. Terimakasih untuk semua nya Bu"

"Tidak usah sungkan begitu. Oh yah, ini nomr ibu. Kamu simpan yah ? Kalau ada apa-apa. Hubungi ibu. Jangan sungkan-sungkan ?"

"Iyah Bu. Sekali lagi terimakasih. Kalau begitu saya pamit dulu Bu"

"Hati-hati yah ?? Hubungi ibu. Dinomer itu. Ibu menunggu "

Walau pun Wawa sudah berada diluar gerbang , ibu itu masih juga meneriakkan untuk menghubungi nya setelah Wawa sampai.

"Aku bahkan tak tahu, akan kemana Bu" ucap Wawa dalam hati. Sambil melangkah kan kaki nya gontai mengikuti trotoar jalan.

Sementara itu ditempat lain.

"Ja, siapa itu ? Ku liat ada cewe tadi didalam" tanya seseorang

"Ibu lho itu."

"Bukan lho itu, jangan kibulin aku yah ? Mines gini mata ku tapi bisa bedain lho mana ibu , mana cewe".

"Kamu ini udah kayak ibu nah, masih pagi udah cerewet banget karena tuh cewe"

"Lagian tuh cewe kamu dapet dimana sih ? Ngapain juga kamu perduli. Kamu kerasukan apa?, biasa nya juga sesusah apapun tuh cewe pasti kamu gak peduli"

"Gak tau ahh, bisa gak cewe itu gak usah jadiin pembahasan lagi ?"

"memang nya kamu ada masalah apa sih Ampe gitu banget benci nya Ama semua cewe. Aku cuma heran aja, apa gak aneh kamu bawa pulang cewe"

"Diam gak, atau ku dorong nih"

"Gila kamu yah, ini mobil aku yg bawa. Kalo kamu dorong. Kita mati bego"

"Kamu yang mati, aku enggak."

"Iyah iyah , tuan seribu nyawa".

Dan akhirnya Reza memilih diam saja setelah mengucapkan tuan seribu nyawa. Benar, itu julukan raja Mahendra. Lelaki yg tengah duduk disamping Reza itu sambil memijat pelan pelipis nya. Raja anak satu-satunya dari pasangan pak Mahendra dan ibu Lusi . Saat raja berumur 1 tahun, ayah nya harus bertugas diperbatasan. Saat itu terjadi gencatan senjata yang sejak bertahun-tahun lama nya tidak bisa dihilangkan,bahkan sampai sekarang masih kadang-kadang terjadi . Dan pak Mahendra harus berkorban nyawa disana. Tanpa sepengetahuan ibu nya, raja juga menerus kan itu, walau berbeda sedikit tapi resiko nya tetap sama. Jika ayah nya memilih menjadi marinir, lain hal nya dengan raja. Dia malah memilih menjadi orang tersembunyi yg mengukir banyak prestasi. Spy, Intel, atau apalah itu sebutan tepat nya. Tapi dia pasukan khusus yg tak terlihat. Terdiri dari 5 Anggota. Dan dia ketua nya. Sangking tertutup nya, banyak polisi juga yg beberapa kali menangkap nya karena terkecoh.

Entah seperti apa raja mampu mengukir prestasi cemerlang itu. Bahkan ibu nya tak tahu jika dia anggota pasukan khusus, dia berbadan tegap dan berbodi atletis sebab memang hobi dibidang olahraga. Termasuk lah seni bela diri. Jadi tak heran jika badan nya tegap, berisi, namun tidak menyeramkan. "Apa kau tidak ingin menjadi pegawai negeri seperti teman mu yg lain nak ?" Kata ibu nya suatu waktu

"Enggak Bu"

"Trus gelar sarjana mu itu buat apa ?"

"Akukan udah ada usaha Bu"

" Percuma saja ibu berdebat dengan mu. Kau tak pernah mau mendengarkan ibu. Disuruh jadi pegawai gak tertarik. Apa lagi diminta untuk menikah ? Wanita saja selalu kau bikin sakit hati."

"Tapi ibu enggak kan ??"

"Coba aja, kalau kamu mau durhaka. Jadi batu seperti Malin Kundang"

"Ouhhh, tidak ibu." Kata raja manja lalu memeluk ibu nya.

"Aku hanya akan membahagiakan ibu"

" Bohong, kau selalu pergi entah kemana tengah malam dan pulang pagi"

"Ibu tau dari mana ?"

"Aku ini ibu mu, kenapa kau berani berkata begitu heeeeh". Sontak si ibu lalu menjewer telinga putra nya. Dan begitu lah kebahagiaan kecil mereka. Raja merasa, dia tak perlu wanita lain. Dia hanya perlu ibu nya saja. Walau berkali kali ibu nya meminta, tetap saja dia pandai menolak nya dengan baik.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!