pelarian

Wawa nampak duduk sendiri disebuah kursi panjang yang memang disediakan untuk penumpang. Dia memperhatikan beberapa orang yg sedang asyik mengabadikan diri diatas kapal. Bahkan untuk beli tiket pesawat pun dia tak mampu, jadi nya hanya bisa membeli tiket kapal laut. Dia butuh 2 hari 1 malam untuk sampai ke tempat tujuan nya, itu pun masih harus naik perahu lokal untuk benar benar-benar sampai ketempat yg ingin dituju nya.

Dia terus menggulir layar hp nya keatas, dan kebawah berkali-kali. Nampak nomer kontak ponsel nya hanya ada 4 orang. Salah satu nya bertuliskan my brother. Katanya buat jaga-jaga kalau dia ada apa-apa bisa orang mengabari keluarga nya. Sisa nya itu Ima dan Nisa, teman nya sejak SMP dan Tania teman yang dijumpai nya sewaktu di SMA. Bahkan dia tak mengabari sahabat nya itu atas kenekatan nya melarikan diri. Selama ini dia selalu berkoar-koar akan terbang keluar negeri jika terjadi hal-hal buruk dalam hidup nya. Tapi nyata nya dia hanya mampu bersembunyi disudut negeri ini. Diperbatasan negara ini.

Selang beberapa lama terdengar informasi bahwa kurang lebih satu jam lagi diperkirakan kapal akan bersandar dipelabuhan dikota N. Yah pulau kecil itu juga memiliki kota kecil, seperti tempat tinggal Wawa. Tempat yang menghimpit nya,bahkan bernafas pun susah bagi nya disana. Akhirnya, setelah memendam keberanian selama10 tahun diapun berani mengambil keputusan untuk pergi.

"Nak, apapun keputusan mu. Kau yg akan jalani. Ingin lanjut sekolah atau tidak, tetap kamu yg menjalani. Bisa kau bayangkan mulai sekarang akan jadi seperti apa kamu jika putus sekolah sekarang. Bapak hanya ingin sebelum benar-benar memilih kau perlu renungkan lagi. Menyesal lah lebih dahulu sebelum mengambil keputusan. Agar jika kau merasa dikemudian hari keputusan itu salah, tapi penyesalan mu tak ada lagi. Yg tersisa hanya pengajaran bagi mu" Wawa ingat betul wajah teduh itu. Waktu itu keadaan ekonomi keluarga benar-benar tidak baik, bapak nya tak sehat lagi. Dikampung lebih sulit mendapatkan uang. Waktu itu dia baru lulus SMP dan berniat tak ingin lanjut sekolah agar bisa tetap dirumah menjaga bapak jika ibu pergi ke kebun. Begitu lah kehidupan mereka. Namun sekarang Kata-kata itu yg memotivasi nya lalu kemudian berani bertindak sejauh ini, kata-kata itu dulu bagi nya tidaklah penting. Lalu kemudian beberapa tahun terakhir ini itu terus terngiang, setiap dia kesusahan rasa nya ingin segera pergi jauh. Tapi takut akan menyesal. Dia tengah berjuang untuk hati nya, untuk cinta nya, cinta palsu yg membuat nya harus menunggu lama. Tapi dikhianati.

"Mau kemana dek ??" Tanya laki-laki paruh baya

"Nunggu keluarga jemput bang" ucap Wawa mantap.

Dia ingat betul beberapa kali dia berada disuasana seperti itu. Tapi dulu tangan nya selalu digenggam oleh laki-laki yg gagah. Cinta pertama nya. Pak Handi. Walau tak berumur panjang, tapi syukur pak Handi banyak menyimpan kenangan manis untuk nya.

Disebelah pulau N, ada pulau S. Dulu orang tua Wawa merantau kesana, Wawa lahir disana dan bersekolah SD disana. Selama kurun waktu itu Wawa dan keluarga nya kadang-kadang balik kekampung halaman, seperti keluarga lain pada umum nya. Entah mudik hari raya atau hari libur lain nya. Dalam setahun pasti mudik. Dan jawaban yg Wawa berikan juga adalah jawaban yg bapak nya selalu bilang setiap ada yang bertanya. Kata pak Handi "itu lebih aman, dia akan berhenti bertanya dan mengikuti mu". Benar saja itu cukup ampuh.

Rasa lelah dan kantuk menjadi satu, Wawa duduk diemperan depan toko yg Masih tutup. Dia nyalakan layar gawai nya hanya sekedar untuk memastikan jam berapa sekarang. 03.45 am. Masih cukup lama hingga fajar menyingsing. Dia berniat untuk tidur diemperan toko saja, dia duduk bersandar. Sebelah kaki nya dia tekuk. Ransel kecil yg ikut bersama nya turut dipeluk nya. Hanya itu harta nya yg dia punya sekarang, 5 lembar baju kaos dengan yg melekat dibadan nya, 1 kemeja yg juga melekat dibadan nya, 1 jaket lusuh yg juga dikenakan, 1 celana jins yg juga dia kenakan, 2 celana kain biasa. Semua pakaian laki-laki,Walau kain hitam tak pernah lepas dari kepala nya. Begitu juga topi iconic kesayangan nya. Hadiah ulang tahun dari tania, dia baru saja berusia 25 tahun. Seminggu yg lalu. Terbayang wajah panik sahabat nya,dia tak memberi kabar apapun kepada semua nya. Ditengah usaha keras nya agar tak tertidur pulas, dia mendengar suara yg cukup berisik dari balik tembok. Bersusah payah dia menahan kantuk, tapi penasaran juga, Kemudian rasa takut juga seketika hinggap dibenak nya.

"Semoga bukan perampokan" ujar nya dalam hati. Dia semakin menempelkan tubuh nya Kedinding, berusaha untuk mengintip dan tidak ketahuan.

"Cepetan weeeeh, nanti polisi nya datang" kata seseorang diantar 3 org itu.

"Haaah, polisi ? Ada apa ini ?" Ujar Wawa dalam hati.

Duaaar.!!!

Duaaar.!!!

Duaaar.!!!

Wawa yang mendengar suara dentuman senjata itu benar-benar shok, dia terperanjat memeluk ransel nya dengan erat lalu bersiap untuk lari. Dia tak tahu suara dentuman itu dari mana. Tapi yg dia lihat, tadi seperti orang ketakutan akan polisi sudah terduduk bersusah payah untuk tetap melarikan diri. Tapi usahanya itu akan sia-sia saja sebab kaki nya sudah mengeluarkan darah. Walau dalam hati Wawa masih sempat berfikir

"Waaaah, hebat banget tuh polisi nya. Tiga tiga nya tidak diberi kesempatan menyelamatkan diri" kemudian dia juga harus menyelamatkan diri nya.

Setelah merapikan topi nya dan bersiap lari, tiba2 seseorang menangkap tangan nya dan membekap mulut nya. Dia berusaha meronta tapi tak berdaya orang yg membekap nya jauh lebih kuat. Dia pun mulai hawatir,

"bagaimana jika ini komplotan yg ditembak tadi. Apa yg harus aku lakukan? " Ucap nya dalam hati.

Dalam kondisi pasrah diapun mulai menangis, mulai menyesal, bayangan bapak, ibu dan kakak nya mulai bergantian dikepala nya. Penyesalan nya tak mengabari siapapun datang,

"apa aku harus mati disini? Baru juga mulai. Masa aku mati kayak gini aja sih. Tragis banget" ucap nya disela tangis nya yg tak bersuara.

Setelah diseret cukup jauh, laki-laki itu melepaskan tangan kekar nya yg sedari tadi membekap mulut Wawa. Dia merampas tas milik Wawa lalu membongkar nya. Walau malu, tapi Wawa tak berani melawan. Dia mengacak-acak isi tas nya lalu kemudian membuka topi Wawa yg sedari tadi dipegang nya erat sambil menutup telinga dan mata nya erat. Tubuh nya gemetar

"Kamu cewe ?" Tanya lelaki itu. Wawa tanpa melihat yg mengajak nya berbicara hanya mengangguk saat ditanyai

"Kamu kalo kabur dari rumah tuh nginap aja dirumah temen. Ngapain nginap diemperan toko. Mana penampilan mu mencurigakan begitu." Kata lelaki itu seakan mengomeli nya, lalu merapikan kembali isi tas nya. Seakan laki-laki itu tanpa beban memegang isi tas nya yg sebagian nya adalah pakaian dalam nya.

"Sana balik ke rumah mu, atau gak nginap di rumah temen mu. Bahaya kalo berkeliaran disini. Nih, pake topi mu. Ku antar balik kerumah mu".

Wawa menerima topi itu dengan tangan gemetar. Wawa masih tak mampu melihat wajah lelaki, dia pasti sangat menyeramkan. Dia mengenakan sepatu boot warna hitam seperti sepatu polisi,tapi dalam drakor psikopat juga pakai sepatu itu. Celana jeans warna hitam, sobek diarea lutut nya, jaket kulit wrna hitam. Mirip Intel saja. Padahal perampok juga menggunakan itu.

"Dimana rumah mu ? Biar Ku antar pulang" kata nya sambil meraih sesuatu dari saku celana nya. Dan alangkah terkejut nya Wawa saat melihat benda apa yg diambil lelaki itu yg ditodongkan tepat diatas kepala Wawa

"Huuu.... Huuuuu. Tolong jangan tembak saya. Saya mohon. Tolong jangan bunuh saya" akhirnya Isak tangis yg sedari tadi yg bersusah payah agar tak keluar, tak mampu lagi ditahan nya. Dia merasa benar-benar akan mati saat itu juga. Tubuh nya membungkuk, Bahakan hampir bersujud dikaki lelaki itu

"Bangun lah, aku tidak membunuh orang tanpa alasan. Ayoooo ku antar pulang" kata nya sambil mengangkat kerah belakang jaket Wawa . Setelah tadi mengecek isi amunisi nya . Yah, dia berhasil dengan 3 shoot tadi.

Wawa tak berdaya, tubuh nya yg shok tak bisa lagi dikendalikan nya.

"Hei, bediri. ? Apa kau tak bisa berdiri ? " Kata lelaki itu.

"Bangun lah, jangan pura2 tidur. Aku sudah biasa dikibulin . Jangan kau anggap aku akan tertipu dan menggendong mu. Kau sama saja seperti...."

Bruuuk.!!!

Tubuh Wawa terkulai begitu saja saat lelaki itu melepas kerah leher nya.

"Ya ampun, apa dia benar-benar pingsan ? , Ini sangat merepotkan". Ujar lelaki itu, lalu menggendong Wawa dibahu nya.

"Rajawali... Rajawali... Masuk"

"Rajawali disini, ada apa ?"

"Semua target sudah diamankan"

"Baiklah, malam ini selesai. Bawadia kepos dan laporkan semua nya. Saya harus kembali kerumah."

"Apa hari ini ulangtahun ibu mu?"

"Benar kah ?"

"Tadi kulihat kau berlari kearah lain, target kita hanya 3. Apa kau berburu sesuatu tanpa kami."

"Yah, kau selalu begitu pada kami"

"Diamlah kalian, saya pamit. "

"Berburu apaaan ?? Nih cewe malah repotin banget"

Sekilas terdengar dia sedang berbicara dengan beberapa orang dari radio yg terhubung oleh benda kecil terselip ditelinga nya, entah apa nama nya.

author POV:" maaf yah direkan, baru sempat up date lagi. karena ada kesibukan. ini cerita pertama saya, baru belajar nulis juga. mohon dukungan dengan like dan komen nya. kritik dan saran nya juga🤗 terimakasih sudah membaca karya saya"

Terpopuler

Comments

Nurwana

Nurwana

suka. lnjut....

2021-07-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!