Di mansion Gandawari, nampak dua orang pria berbeda usia itu duduk di ruang tamu ber-ukuran luas dengan saling menatap datar.
“Ervin,” Ervin hanya berdeham pelan sebagai jawaban.
“Tolong hargai Reva. Dia Bunda kamu,” ujar pria dewasa itu, menekan kan di setiap kata-kata nya.
Ervin menatap jengah ayah kandung nya itu.
“Sampai kapan pun Bunda Ervin cuman Bunda Syila, bukan wanita itu!” Cetusnya malas.
Davin, pria dewasa yang sebentar lagi menginjak usia 43 tahun itu menghela nafas nya kasar. “Sampai kapan kamu seperti ini, Ervin?”
“Sampai wanita ular itu pergi dari rumah ini!”
Mata Davin menajam, giginya mengerat.
Pria itu tak suka putra sulung nya itu memaki istrinya.
“Fasilitas kamu, saya sita!” Final nya datar.
“Ervin nggak butuh semua itu, yang Ervin butuhin cuman Bunda Syila!” Sahutnya tak kalah datar, cowok itu berlalu pergi keluar dari rumah megah itu dengan motor nya.
Motor pemberian bunda-nya.
Reva datang dari arah belakang dengan raut sendu, wanita itu mengelus bahu Davin sejenak. “Gapapa, Vin. Kamu jangan tarik fasilitas Ervin, mungkin memang keberadaan aku selama ini cuman jadi penghalang kebahagian dia, aku pergi ya?”
Davin lagi dan lagi menghela. “Reva! Setua ini gue ngerasa jijik mau ngomongin ini, gue cinta sama lo dan jangan sekali-kali lo keluar dari rumah ini apalagi berniat kabur, lagi! Pikirin Raga anak kita,” ujar Davin dengan menekankan kata ‘lagi’.
Davin mencintai istrinya--- wanita yang selalu ada di saat dirinya tengah terpuruk.
Reva menepis air matanya yang terjatuh melewati pipi mulus nya, “kasian Ervin... Dia masih terpukul sampai sekarang.”
“Anak itu pasti baik-baik, aja. Lo jangan nangis gini dong, bawaan nya gue pengen nerkam mulu,” katanya.
“Davin!”
Davin terkekeh geli, entah sejak kapan ia menjadi pria cerewet bahkan sering menebarkan senyum nya disaat bersama Reva, Reva merupakan wanita kedua setelah Rhea yang mampu menarik hatinya. Ia berjanji kejadian dahulu tak akan terulang lagi yang membuat ia menyesal sampai sekarang.
Akh, Davin menjadi rindu dengan kedua anak Rhea yang selalu memanggil nya dengan sebutan ‘Daddy kedua.’
“Sekarang ikut gue,” tangan Davin menuntun istrinya untuk menuju pelataran rumah mereka.
“Kemana? Bisa nggak sih Vin pake ‘aku-kamu’. Lagian kita mau kemana sih?” Tanya Reva penasaran.
Davin mengangguk, “Kerumah Gara, ada urusan.”
“Dih, udah tua masih aja modus! Kamu kesana karena pengen ketemu Rhea kan?” Tudingnya.
“Ngapain coba? Orang istri aku aja segalak ini,” sindirnya halus. Davin mengacak rambut sebahu Reva gemas. “Kita jodohin Raga sama Avril,” ujar nya santai tanpa beban.
Reva melotot, “mereka emang seumuran, tapi yang bener dong Akh kamu mah.” Rengek wanita paruh baya itu.
Davin mendekat, pria matang itu menggigit hidung bangir istrinya gemas,
“Nanti setelah anak kedua kita lahir, pasti kamu sama Rhea yang antusias jodoh-jodohin mereka,” ujar nya mencibir.
Dalam hati Reva, apakah suaminya ini menjadi gila? Anak kedua? What the hell! Reva sudah berkepala empat dan dia masih waras untuk tidak mempunyai anak lagi, bisa jadi jika anak nya besar, ia dikira ’Nenek’ anak nya bukan ‘Mama-nya’ dan Reva tak mau itu sampai terjadi!
***
Keyra baru saja sampai di rumah nya. Ia bergegas mandi dan langsung memakai baju rumahan-nya, tangan nya bergerak meraih ponselnya yang berada di atas nakas dan keluar dari kamar nya menuju ruang tamu, Keyra mendudukan dirinya di sofa.
“Astaga, enak bat jadi Naya. Nggak punya kakak, temen ceweknya juga banyak. Nggak Kayak gue,” ujar Keyra kala layar ponselnya menampakan beberapa gadis yang tengah duduk ber pose di kursi taman dekat sekolahnya.
“Keyra, tolong kamu ambilin kue yang tadi mama pesen di rumah Bunda Rini,” pekik suara terdengar dari arah dapur.
Keyra yang tadinya fokus membalas chat dan menscroll layar ponselnya, kini menatap kearah dapur.
“Nggak mau Mah! Key nggak mau ketemu para curut!” Rengek Keyra malas.
"Key!"
“Mah, kan ada Alisa! Kenapa nggak nyuruh dia aja?”
“Diem lo anak sampah! Udah di suruh malah nyuruh balik.” Suara dari meja makan pun terdengar, itu Alisa —kakak kandung Keyra, namun sering kali membuat Keyra emosi dengan menyebut nya ‘anak sampah’.
Alisa bersekolah di SMAN 77 kelas 12, wajar saja di hari rabu ia sudah berada di rumah. Sekolahnya selalu memulangkan siswa siswi nya lebih cepat. Entah ada apa dengan hari rabu, Keyra tak peduli dan tak mau tahu.
“LISA!” Teriak Mama-nya memperingati, “Papa bentar lagi pulang loh, Key. Masa kamu nggak mau bantuin Mama?" Rayu Mama nya.
Keyra hendak menyahut, namun pintu depan yang terbuka mengalihkan atensi nya, “Alisaaaa,” Keyra memandang tanpa minat ke arah wanita yang memanggil Kakak nya itu. Seorang wanita paruh baya dengan dandanan ala kaum sosialita berjalan masuk kedalam rumah nya dengan langkah yang angkuh.
Alisa yang tadi nya masih berada di Ruang makan kini sudah berlari mendekati wanita paruh baya itu, “Tante! Lisa kangen sama Tante!” Ujar Alisa memeluk erat tubuh wanita paruh baya itu.
“Tante juga kangen sayang, gimana sama sekolah kamu?” tanya wanita itu seraya mengusap rambut panjang Alisa.
“Baik dong, tan. Selalu peringkat satu,” kata nya sombong. Lalu mata nya melirik ke arah adik nya sinis, “Emangnya Keyra yang nilai nya buruk terus!” Maki Alisa.
Wanita paruh baya itu melepaskan pelukan nya dan memandang Keyra yang terdiam masih menampilkan wajah bodo amat nya, “ya jelas dong, Sa. Dia kan nurun otak bodoh dari ayah nya.” Katanya yang membuat tawa setan dari Alisa terdengar menggema.
Keyra tak mengerti. Dia —Anggi, yang merupakan adik dari Ayah nya itu selalu membandingkan dirinya dengan Alisa. Dan aneh nya lagi, Anggi selalu menyebut ’Ayah’ bukan ‘Papa’ jika bertanya kepada dirinya. “Gimana keadaan Ayah kamu, Keyra?” tanya Anggi sinis.
“A-ayah? maksud Tante itu Papa?” Tanya Keyra balik dengan raut yang kentara bingung.
Anggi menggeleng, “Ayah kamu Key! Ayah yang sekarang---”
“Anggi? Balik juga lo,” Indira —Mama nya datang dari arah dapur dan langsung menatap dengan pandangan yang sulit diartikan kearah Tante-nya itu. “Key, kamu kerumah Bunda Rini sekarang, oke?” kata Indira kepada Keyra.
"Iya, Mah!” Keyra langsung berlalu meninggalkan rumah nya dengan sesekali menengok ke belakang. Ia penasaran, namun ketiga wanita yang berdiri di dalam hanya diam saling memandang.
Ayah? Kenapa Mama kayak panik gitu, ya? Batin nya.
Setelah melihat punggung Keyra yang menjauh, Indira memandang adik ipar nya dengan nyalang, “Alisa masuk kamar! Segala makian kamu buat Mama pasti Mama terima, tapi jangan Keyra, dia adik kamu dan Keyra nggak tau apa-apa!”
Alisa menggeleng kuat, “Mah, Lisa tuh nggak pernah maki Mama! Lisa cuman mau anak nggak tahu diri itu pergi dari rumah ini! Dia...”
“Lisa masuk!” Bentak Indira cepat, Alisa yang pasrah pun memilih masuk kedalam kamarnya.
“Lo jangan ngebentak ponakan gue dong! Udah mending Kak Andri masih mau nerima anak haram kayak Keyra yang pantesnya mati,” ujar Anggi keras. “Davin bener-bener bodoh--”
“Cukup! Lo tuh nggak tau apa-apa tentang gue sama pak Davin! Gue tahu lo gini karena kecewa kan sama Pak Davin yang nggak pernah ngelirik lo?”
Dapat Indira lihat bahwa perubahan wajah Anggi jelas merah padam, “Dan-- jangan pernah lo ngomong tentang masalah semua ini ke Keyra,” jelas Indira dan berlalu pergi meninggalkan Anggi yang mengeratkan giginya.
“Anak haram itu harus mati,” ujarnya melirih. Tangan wanita tua itu terkepal kuat.
***
Setelah melewati gerbang, kaki Keyra memasuki sebuah rumah yang ukuran nya dua kali lipat lebih besar dari tempat tinggal nya, dan pandangannya tertuju pada beberapa motor yang terparkir rapi di depan rumah itu.
“Semoga para cecurut lagi pada ngebo, jadi gue masuk nya aman.” Gumam nya pelan.
"Assalamu'alaikum."
Seisi ruangan mengalihkan pandangan mereka kearah Keyra yang baru saja datang.
"Wa'alaikum salam."
"Eh, ada Neng kekey. Sini Neng, duduk deket A' Rivan." Seru sebuah suara yang tadinya merebahkan tubuhnya di sofa rumah itu pun kini beranjak duduk, menepuk sofa di sampingnya, menyuruh Keyra untuk duduk.
Rivan Aditama. Cowo berkulit putih pucat dengan balutan kaos merah marun itu mempunyai kebiasaan yang menurut Keyra aneh. Bagaimana tidak? Cowok itu suka sekali ber-gonta ganti pacar, dan pacarnya harus berusia lebih tua dari cowok itu, padahal Rivan masih menginjak kelas 9— seangkatan-nya.
“Kekey pala lo! Jangan SKSD sama gue deh!"
Sahut gadis SMP itu jutek, tatapannya beralih menatap tajam ketiga cowok yang sering menatapnya nyolot. "Oi kutu kupret, panggilin Bunda Rini!" seru Keyra, walau ia memanggil Rini dengan sebutan ‘Bunda’. Ia masih waras untuk tak asal masuk kedalam rumah besar itu seperti Rafka.
Cowok yang dimaksud itu menaikan dagu-nya songong, “BUNDA, ADA PENGEMIS YANG MINTA RECEH NIH, RAFKA NGGAK PUNYA DUIT RECEHAN!" Teriaknya keras.
Kalian masih ingat dengan Pria kecil yang melempar buku gambar milik Keyra, bukan?
Dia —Rafka Putra Kalandra. Tetangga super rese Keyra itu sering sekali memancing emosi gadis itu. Dari SD sampai SMP, banyak yang mengira keduanya berpacaran karena sering bersama.
"LO JANGAN TERIAK DI DEPAN ADEK KETEMU GEDE GUE, DONG!" Pemuda dengan kaos hitam polos yang membalut tubuhnya pun menyeru, pemuda itu mengeplak kepala Rafka dengan topi miliknya.
Muhammad Friski Adhiwijaya. Pemuda berkulit kuning langsat itu mempunyai sifat ke-Abangan. Umurnya memang lah yang paling tua di antara teman se tongkrongan-nya. Namun, tinggi badan yang tidak bisa dikatakan tinggi maupun pendek dan dibantu dengan bentuk wajah nya yang baby face itu mampu membuat banyak orang mengira ia masih anak SMP.
“Lo teriak itu, bangsatt!" Seru suara lain nya.
Suara ketus dari pemilik nama Ravi Abian Airlangga Madaharsa ini menyandang dua marga sekaligus. Cowok menawan dengan kulit yang eksotis ini mampu membuat banyak perempuan mengidolakan nya, termasuk Keyra sendiri.
"Diem, njing!"
Ervin— Cowok itu menendang kaki keempat teman nya dengan kesal.
Ervin Reynard, Cowok bermata sipit dengan dagu terbelah itu sering kali berkata kasar kepada orang lain. Paling tidak suka mendengar ocehan wanita, kecuali Bundanya. Maybe.
Keyra meraup wajahnya kesal, “Astagfirullah, nyebut mulu gue kalo ketemu kalian."
Friski mengalihkan pandangannya. “Makan nya lo jangan kerumah si Rafkasetan lagi Key, mending kerumah gue---"
“Udah pada selesai belum?”
Dari arah tangga rumah Rafka, seorang wanita dengan daster rumahan yang membalut tubuhnya datang, dan pandangannya langsung tertuju pada Keyra. "Eh ada Keyra, mau ambil kue Mama kamu kan?" Keyra mengangguk seraya tersenyum.
“Sini Key kebelakang, Bunda sama Nana udah buatin brownies khusus buat kamu,” imbuh nya.
Fyi: wanita yang dulunya berprofesi sebagai seorang Dokter itu kini sudah menjelma menjadi ibu rumah tangga sekaligus owner toko kue terbesar di kota Jakarta.
“Bun, Rivan juga mau," rengek Rivan tak tahu diri.
“Friski juga mau Bun!” timpal Friski.
Rafka melirik sinis, "anaknya Bunda, itu gue woy!” sahut Rafka sewot.
“Buat para anak Cowok Bunda. Nanti, ya? Nunggu ujan turun, ok?!" sahut Rini yang langsung menarik tangan Keyra menuju kearah dapur.
Sementara Rafka, Rivan dan juga Friski kompak melongo. Hari ini cuaca sangat panas dan kemungkinan hujan akan turun hanya 0,1%. Bisa sih terjadi hujan, kalo tiba-tiba mereka gabut dan mengguyur rumah Rafka dengan air laut.
Ketiganya masih melongo. Abian dan Ervin yang jengah pun kompak mengambil tisu di meja dan menyumpal mulut ketiganya.
"Lo bertiga bau! Gue masukin onta juga ke mulut lo pada!" seru Abian.
"Bau, idung lo deket mulut,” sewot Rivan.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
human
rumit
2023-11-26
0
Sis Fauzi
nyebut mulu 😀 mrk kumpulan genderuwo?
2021-08-15
0
ARSY ALFAZZA
mantap ❤️
2021-08-04
0