Alex dengan sayang menunggu sang adik yang belum sadar. Aleksa mulai sadar, tiba-tiba berteriak memanggil bundanya sambil terisak. Alex yang berasa disamping Aleksa berusaha menenangkan sang adik.
"Dek, alhamdulillah kamu sudah sadar." Alex langsung memeluk Aleksa.
"Dek yang kuat ya, yang bunda butuhkan saat ini adalah doa dari anak-anaknya, dari kakak dari adek."
"Kak Alex, adek mau ikut bunda, adek nanti tidak punya teman curhat, nggak ada yang ajarin adek masak lagi kak,"ucap Aleksa sambil menangis terisak.
"Kan ada ayah, kak Arga kak Arya dan kak Alex yang bisa jadi teman curhat adek, kak Alex janji kakak akan belajar masak supaya bisa temani adek masak."
Alex berusaha mengontrol emosinya agar tidak menangis didepan adiknya.
"Sekarang adek kekamar mandi, terus istirahat ya, sebentar lagi yang lain pulang."
"Temani adek ke kamar, Kak," Aleksa tidak mau melepaskan pelukan kepada kakaknya.
"Oke oke, kakak temani tapi adek janji jangan menangis lagi." Aleksa mengangguk sebagai jawaban untuk kakaknya.
"Yasudah, ayo kita ke kamar, Adek."
Alex dan Aleksa berjalan ke kamar Aleksa yang berada di lantai 2.
Sementara yang lain dalam perjalanan menuju ke rumah. Dalam perjalanan mereka tidak ada yang membuka suara sampai mereka sampai dirumah.
"Ayah istirahat di kamar ya! Biar Arga dan adek-adek yang nenangin Aleksa,"ucap Arga kepada sang ayah.
"Ia, Nak. Ayah mohon hibur adek,"ujar ayah yang masih terus meneteskan air mata mengingat istri tercinta.
"Ayah tenang aja kita hibur adek supaya tidak sedih lagi." Arya berusaha menenangkan ayah.
Ayah berlalu masuk ke kamarnya bersama mendiang istrinya. Arga dan Arya duduk di sofa ruang keluarga, mereka berusaha mengontrol emosi. Sambil memikirkan kehidupan Aleksa kedepannya.
Aleksa dan Alex turun menuju ke ruang keluarga. Aleksa tiba-tiba menangis berlari dan memeluk kak Arga.
"Kakak, adek kangen bunda, hiks hiks." Aleksa menangis terisak dipelukan kak pertamanya.
"Kenapa bunda ninggalin adek? huuuuhuuuhuuu."
Tangisan pilu Aleksa meruntuhkan pertahanan ketiga kakaknya. Perlahan ketiga kakaknya juga ikut menangis mendengar dan menyaksikan Aleksa dengan tangisan yang menyayat hati bagi mendengarnya.
Ditinggal sang ratu rumah keluarga Dwijaya untuk selama-lamanya membuat mereka merasakan sedih yang teramat. Rumah keluarga Dwijaya terasa sepi dan redup.
Para Asisten rumah tangga, dan pekerja lain lain yang ada dirumah Dwijaya pun merasakan kesedihan yang amat dalam. Karena mereka kehilangan nyonya besar yang sangat baik, penyayang, memiliki hati yang mulia tidak membeda-bedakan kedudukan.
"Bik Ira! Kasian ya neng Leksa, pasti neng Leksa sangat terpukul dengan kepergian bundanya,"ucap Bik Wati selaku kepala Asisten rumah tangga dirumah Dwijaya.
"Iya, Bik. Kasian neng Leksa, entah kapan kita baru akan melihat keceriaan neng Leksa lagi."
Makan malam tiba, yang biasa diwaktu seperti ini mereka semua berkumpul dimeja makan tapi kali ini berbeda tidak ada seeroang pun yang mengingat untuk makan termasuk tuan besar Dwijaya.
Meja makan sudah penuh dengan makanan yang disiapkan bik Ira dan bik Wati. tapi makanan tidak tersentuh sedikitpun.
Bik Wati memutuskan menemui Arga selaku anak tertua di keluarga Dwijaya, agar Arga mau membujuk yang lain untuk makan.
Tok tok tok (suara ketukan pintu)
"Den Arga ada didalam? bibi masuk ya?" Izin bik Wati yang memang begitu dekat dengan Arga.
"Iya bik masuk aja nggak dikunci," Jawab Arga dari dalam kamar.
"Den Arga, mari makan, makann sudah siap dimeja makan," ajak bik Wati.
"Arga tidak laper, Bik."
"Tapi Den, dari siang Aden tidak makan sama sekali, Aden bujuk juga yang lain, apalagi neng Aleksa kasian den kalo neng Aleksa tidak makan."
"Baiklah, Bik. Bibik keluar lah, saya akan mengajak yang lain."
Bik Wati berlalu keluar kamar, disusul dengan Arga yang menuju kekamar ayah.
Tok tok tok (suara ketukan pintu)
"Ayah, Arga boleh masuk?" tanya Arga
"Iya, Ga. Masuk aja," jawab ayah.
"Ayah makan, yuk. Ayah 'kan dari tadi belum ada makan sama sekali, sekalian Yah bujuk Aleksa kasian Aleksa kalo nggak makan."
Arga membujuk ayah yang tidak mau beranjak keluar dari kamarnya. Mendengar nama anak perempuannya, ayah langsung beranjak berjalan keluar kamar menuju kamar putrinya. Arga lega melihat ayah yang mulai merespon kembali.
Tok tok tok (ayah mengetuk pintu kamar Aleksa.)
"Adek, adek belum tidur kan?" tanya ayah dari luar.
Lama Aleksa tidak menjawab pertanyaan ayahnya, ayah menjadi khawatir. ayah memanggil ketiga putranya. kemudian mereka mendobrak pintu kamar Aleksa. mereke begitu kaget melihat Aleksa terkapar di lantai dengan d4r4h yang sudag mengering dipergelangan tangannya.
"Adek??" Mata mereka melotot saking kagetnya melihat kondisi Aleksa.
Mereka dengan cepat mendekat kearah Aleksa kemudian dengan cepat arga mengendong adiknya dan dibawa kerumah sakit terdekat.
*Falshback*
Aleksa masuk kedalam kamar setelah merasa tenang. sampai dikamar dia kembali mengingat kenangan bersama sang bunda, Aleksa berusaha menenangkan dirinya tapi tidak berhasil.
"Bunda, adek mau ikut bunda huuuuhuuu (tangis Aleksa) adek kangen bunda... a-adek sayang bunda."
Sampai akhirnya Aleksa mulai tidak tahan dia buru-buru mencari benda t4j4m yang berada dalam kamarnya sampai dia menemukan s1l3t.
Aleksa mulai menyay4t pergelangan tangannya menggunakan s1l3t. D4r4h mengalir begitu kuat sampai akhirnya Aleksa jatuh tak sadarkan diri karna tidak kuat menahan sakitnya dipergelangan tangan.
*Flashback finish*
Akhirnya mereka sampai dirumah sakit, dekat cepat Arga mengangkat Aleksa, Arya dan Alex berteriak memanggil perawat dan dokter agar segera menangani adiknya.
"Dokter, suster tolong adik saya, suster cepat bawa kemari brankarnya," teriak Alex.
"Cepat tolong adik kami, kalau tidak kalian semua akan kehilangan pekerjaan kalian saat ini juga," teriak Arya 3mosi karna pergerakan suster dan dokter begitu lambat.
Ancaman Arya berhasil membuat para dokter dan perawat menjadi pucat karna takut kehilangan pekerjaan mereka, tanpa bicara dokter dan perawat dengan cepat memberikan perawatan kepada Aleksa.
"Dokter tolong selamatkan putri saya, saya akan membayar berapapun asal putri saya selamat,"ucap ayah memohon kepada dokter.
"Bapak tenang saja kami akan berusaha yang terbaik untuk putri, Bapak."
Dokter berlalu dengan cepat masuk keruang IGD untuk menangani Aleksa.
Suasana didepan ruang IGD, Ayah dan ketiga putranya begitu khawatirnya dengan keadaan Aleksa. Bagaimana tidak Aleksa ditemukan dengan kondisi badan yang mulai dingin dengan muka yang begitu pucat. Ayah mondar mandir tidak sabar menunggu kabar dari ruang IGD.
30 menit kemudian seorang perawat keluar. Ayah dan 3 A langsung menghampiri dan bertanya dengan tidak sabar.
"Suster bagaimana keadaan putri saya?"
" Suster bagaimana keadaan adik kami?" tanya 3 A bersamaan.
"Begini, Pak. Karna putri bapak terlalu banyak mengeluarkan d4r4h, putri Bapak membutuhkan satu kantong d4r4h."
"Kami siap mendonorkan d4r4h kami, Sus." Ayah membuka suara mewakili 3 A.
"Baiklah, Bapak. Silahkan ikut saya untuk memeriksa siapa yang cocok d4r4hnya dengan putri, Bapak."
Dengan cepat mereka mengikuti langkah suster dan satu persatu melakukan tes, Arya lah yang cocok dengan Aleksa maka Arya yang mendonorkan d4r4hnya.
Yang lain menunggu di depan ruang IGD. mereka semua tidak ada yang membuka suara. Mereka bermonolog di dalam hati berdoa untuk keselamatan Aleksa.
"Ya Allah selamatkanlah adik saya, berikanlah kesembuhan untuk adik saya." Doa Arga untuk sang adik.
"Selamatkanlah putriku, Ya Allah. Jangan ambil dia, cukup istri saya yang pergi ya allah." Doa ayah.
"Adek kamu harus kuat dek, kamu harus selamat, jangan tinggal kami dek, cukup bunda yang ninggalin kita, adek jangan," ucap Alex.
Catatan :
3 A itu Arga, Arya dan Alex, disingkat jadi 3 A supaya tidak terlalu panjang, oke🤭
...Selamat membaca💞💞...
...Semoga pembaca terhibur dengan cerita saya🤗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Nindi
Terima kasih kaka
2023-07-02
0
mama zha
selalu jadi top komen buat kamu
2023-07-01
0