Seusai menghabiskan waktu bersama Sean, aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Di perjalanan hendak ke rumah gawaiku berdering, aku melihat ada nama Mama tertera dilayar. Dengan sigap aku mejawab panggilan itu.
"Ndre ... Kamu udah di mana Nak?"
"Ini udah di jalan mau pulang ke rumah Ma, ada apa Ma?"
"Ya udah, Mama tunggu di rumah Nak."
Aku pun mengakhiri percakapan kami. Dengan kecepatan sedang mobilku membelah jalan raya yang macet. Wajar saja di jam sibuk ini banyak kendaraan yang berlalu lalang.
***
"Mama, Aku pulang!" ucapku setengah berteriak.
"Ihhh kamu, kayak anak SD saja teriak-teriak."
"Kamu mandi dulu, terus kita makan malam sama-sama ya Nak,"
Aku tahu ada hal yang penting yang ingin dibicarakan oleh Mama, dan aku sudah bisa menduga. Namun aku tak ingin Mama kecewa jika aku tak membahas hal ini dengannya.
Aku pun berlalu ke kamarku, dan mulai membersihkan diri. Setelah selesai aku membaringkan diri sejenak di ranjangku dan menatap langit langit kamarku. Aku tak tahu harus bagaimana menghadapi permintaan Mama kali ini.
***
"Mama masak apa untuk malam ini?" ucapku sembari melihat ke meja makan.
"Makanan kesukaan kamu Nak," jawab Mama sembari tersenyum.
Setelah menikmati makan malam, Mama memulai pembicaraan denganku. Aku hanya menatapnya dengan pandangan teduh.
"Ndre ... Mama kan sudah tua, sudah seharusnya kamu memikirkan untuk menikah Nak. Lagian usia kamu juga sudah Mencukupi Nak. Jujur saja, Mama pengen nimang cucu seperti teman Mama yang lain Ndre," ucap Mama serius.
"Ma ... Andre sudah menebak, bahwa Mama akan membahas hal ini, bukannya Andre gak mau Ma, tapi Andre butuh waktu Ma. Andre tidak mau kejadian yang lalu terulang lagi Ma," ucapku lirih.
"Tapi kan Ndre, tidak semua perempuan itu sama Nak,"
"Mama benar, tapi saat ini Andre belum siap Ma, Andre masih pengen seperti ini dulu Ma. Andre harap Mama tidak membahas hal ini lagi Ma. Semua ada waktunya, Mama tenang saja." jawabku tegas.
"Maaf Nak, jika Mama sudah membuat kamu gak nyaman dengan hal ini." ucap Mama lirih seraya menunduk.
Malam ini aku memutuskan berkutat dengan laptop dan serangkaian berkas-berkas kantor yang harus kutanda-tangani di ruang kerjaku.
***
Pagi itu mentari bersinar kian cerah, aku pun melanjutkan aktifitasku menuju ke Kantor. Jalanan macet membuatku sedikit jenuh berada di dalam mobil. Aku memutar lagu kesukaanku untuk mencairkan suasana sepi di dalam mobilku.
Aku kembali mengingat ucapan Mama soal pernikahan itu. Bukannya aku tak ingin namun karena trauma aku enggan membuka kisah kembali dengan wanita manapun.
Flashback on
"Sayang, Kau jangan nakal di sana. Aku akan menunggumu di sini." ucapku serius pada wanita yang menjadi kekasihku sembari tersenyum.
"Iya, kau juga. Jangan sering ke diskotik, Aku gak suka." imbuh Arletta kembali memelukku.
Kekasihku bernama Arletta dia seorang Model terkenal saat itu. Aku dan Arletta sudah 4 tahun menjalin hubungan. Banyak suka duka kami alami bersama.
Kami berkenalan saat kuliah, dia menjadi Ratu kampus pada saat jaman kuliah. Bagaimana tidak, wajah yang cantik, memiliki bola mata hazel dan tinggi seperti model ditambah lagi dengan kulit putih menambah kecantikannya. Bisa dikatakan dia idaman semua Pria termasuk Aku.
Seiring waktu Aku memberanikan diri menyatakan cinta pada Arletta. Ya Arletta menerima cintaku. Awalnya semua baik-baik saja. Namun setelah Aku bekerja di Perusahaanku Aku jarang menemui Arletta dan Arletta pulalah yang sering sekali menemuiku.
Karena kecintaannya pada Dunia model, Arletta pun berniat melanjutkan sekolah Modeling di Luar negeri dan Aku hanya bisa mendukung meski sebenarnya aku tak setuju dengan keputusan Arletta untuk melanjutkan sekolah modeling ke luar negeri.
Setelah kepergian Arletta aku sering menghabiskan waktuku ke diskotik bersama Sean dan Marco jika tak sibuk dengan urusan kantor.
"Kenapa lu ijinin si Arletta ke luar negeri Ndre? Bukannya lu udah ada niat buat nikahin dia tahun ini?" tanya Sean serius.
"Gue gak tega menghalangi cita-cita dia Se, mungkin setelah dia selesai dengan Sekolahnya baru aku akan membahas ini dengan Arletta," jawabku serius.
"Terserah lu aja Ndre," imbuh Sean.
***
Setahun berlalu Arletta tak kunjung pulang meski di waktu liburan. Aku merasakan kerinduan yang mendalam pada kekasihku.
Aku mengambil keputusan untuk menemui Arletta ke luar negeri, dan ingin memberikan kejutan padanya. Dengan senyuman sumringah aku membayangkan ketika aku sampai di sana dan memeluk kekasihku.
Aku sengaja tak memberitahu Arletta soal kedatanganku. Sesampainya aku di Negeri Paman Sam itu, Aku langsung menuju apartemen Arletta dan aku menduga Arletta tidak di apartemen. Aku membuka apartemen itu dengan sandi yang Aku buat sendiri untuk Arletta.
Bagai petir di siang bolong aku melihat pemandangan yang menyesakkan hati. Tubuh Arletta yang polos tanpa sehelai benang di tindih pria yang ku kenal dan dengan asyiknya mereka bermandi keringat di atas ranjang itu.
"Arletta!" jeritku yang menggema di kamar itu.
Sontak kedua sejoli yang dimabuk asmara itu menghentikan aksi mereka. Dengan sigap Arletta menutup tubuhnya dengan selimut yang ada di ranjang itu.
Dengan bringas aku melayangkan pukulan pada lelaki itu sampai lelaki itu mengerang kesakitan. Aku melihat Arletta yang masih di ranjang itu, dengan rasa emosi aku menarik Arletta dari sana dan menyeretnya ke kamar mandi.
"Bersihkan tubuhmu yang busuk itu!" hardikku pada Arletta.
Entah kapan laki-laki lakhnat itu keluar dari ruangan ini aku tak tahu, ingin sekali membuatnya mati di tempat saat ini. Aku mengedarkan pandanganku ke semua ruangan tak jua aku menemukan laki-laki lakhnat itu.
Aku menunggu Arletta keluar dari kamar mandi. Aku sungguh kecewa dengan kejadian yang ku lihat. Dengan setia aku menunggu kekasihku di seberang sana ternyata ini yang ku dapat ketika aku ingin menemuinya.
Entah apa alasan Arletta melakukan ini. Aku memutuskan dalam hati mengakhiri hubungan ini dengan Arletta. Aku ingin menangis namun aku malu. Malu melihat perbuatan najis itu.
"Maaf Andre," ucap wanita itu lirih.
"Arletta dari sekarang aku bukan kekasihmu lagi. Aku sakit hati melihat ini semua, kau melakukan ini dengan dia di mana harga dirimu sebagai wanita. Dan sejak kapan kau mulai mendekati laki-laki itu Arletta! Kalian berdua sungguh tak tau diri. Aku menyesal telah menjadikanmu Kekasihku!"
"Sungguh perbuatanmu ini memalukan Arletta, kau dengannya sama-sama busuk Arletta!
"Mulai saat ini kita tidak ada hubungan apa-apa lagi Arletta!" kataku tegas pada Arletta sembari menunjuknya.
"Tinggalkan apartemen ini secepatnya!" Aku tak ingin melihat wajah dan tubuhmu yang busuk itu di sini! bentakku pada Arletta seraya berlalu dari apartemen itu.
Impian yang ku cita-citakan bersama Arletta pupus sudah akibat perbuatan Arletta dengan laki-laki lakhnat itu. Aku pun berlalu dari apartemen dan kembali pulang ke Indonesia.
Flashback off.
***
Sesampainya aku di Kantor aku menuju ruanganku, aku melihat Sean di ruanganku.
"Selamat pagi Pak."
"Pagi juga," balasku pada Sean sembari tersenyum.
Kami pun sibuk dengan tugas kami masing-masing. Sean melirikku dengan tatapan yang penuh pertanyaan.
"Kamu kenapa melihat saya, Sean."
"Lu kenapa Ndre?"
"Ini kantor panggil Bapak saja, dan juga jangan bertanya di luar pekerjaan kantor pada saat jam kerja." ucapku tegas pada Sean.
Sean mengerti hal itu kemudian berkutat pada berkas-berkas yang ada di hadapannya. Aku tidak suka membahas hal pribadi pada saat jam kerja.
***
Siang itu kami menghabiskan waktu makan siang di kantin dekat kantor. Aku pun mulai membahas hal yang ditanyakan Sean tadi pada saat jam kerja.
"Se ... Mama nyuruh Aku menikah Se. Gue bingung nikah sama siapa?" ucapku serius.
"Yang jelas lu jangan nikah sama laki-laki, itu bahaya" celetuk Sean
"Kampret lu Se, lu kira gue gay apa!" balasku pada Sean.
"Hahahahhahaha... Ya lu kan nanya nikah sama siapa, ya gue jawab itu kan gak salah. Kali aja lu lupa jenis kelamin lu Ndre," imbuh Sean sembari tertawa keras.
"Ketawa aja terus sampai rontok gigi lu," ujarku jengah.
"Ndre ... Menurut gue lu harus bisa move on dari masa lalu lu Ndre, Mama lu benar lu tuh udah tua sudah seharusnya lu mulai memikirkan permintaan Mama."
"Tapi Ndre, masih normal kan? ucap Sean sembari tertawa.
"Kampret lu, lu juga udah tua bego!" timpalku sembari terkekeh.
"Iya gue udah tua, tapi belum di suruh nikah sama emak gue, gue mau fokus dulu buat kuliahin adek bungsu gue Ndre,"
"Sekalian lu fokus sama cewek bar-bar lu yang di diskotik kan?" sambungku sambil tertawa.
"Dasar Aset lu." jawab Sean singkat.
"Apaan tu aset?" tanyaku penasaran
"Anak setan, Ndre." jawab Sean seraya tertawa kencang
"Kampret lu." ucapku jengah sementara Sean tertawa terpingkal-pingkal.
"Diam gak lu, entar rontok gigi lu gue tonjok!" kataku kesal.
Dengan kecepatan express Sean pun berhenti menertawakanku. Aku kembali tertawa melihat aksi Sean yang terdiam.
"Serah lu deh, lu kan Sultan." ujar Sean sembari meneguk kopi kesukaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Arinnn
TUH KAN!! BENER KAN BENER! Ncess ga salah nebak, Andre tu jdi kek gini sekarang krna punya masa lalu yg kelam, kek pepatah, orang jahat sebetulnya adalah orang baik yg pernah disia-siakan, kek hati aku yg sering disia-siakan...
Ihh bisa ae lu, pake bilang aset (anak setan), ajaran gue tuh, jan belagu lu setan ehh Sean🤣
2021-09-02
0
Mars Infinity
Dasar gak tau mau si Arletta, pen tampol rasanya.. gemes ihh 💢💢
2021-07-18
0
Seirioss
thor aletta jgn balik lagi yaa thorr,hempaskan saja dia😂
2021-07-14
0