Pagi itu aku terbangun karena mendengar suara keributan di bawah. aku menutup telingaku dengan bantal. Namun suara itu makin terdengar jelas.
Dengan langkah pendek aku membuka kenop pintu, dan melihat dari tingkat atas si tua bangka itu meneriaki Mama.
"Heiiii ...!" teriakku menggema di seluruh ruangan itu.
Kedua Orang tuaku menoleh ke arah sumber suaraku. Aku pun menghampiri mereka. Aku melihat wajah lebam si tua bangka itu membiru. Mungkin ia ingin menuntut perbuatanku kepada Mama. Dia tahu Mama pasti akan membelanya dan aku akan menurut.
"Andre! apa yang kau lakukan terhadap Papamu, hah!"
"Apa Mama mengajarimu untuk selalu melakukan kekerasan? Mama kecewa sama kamu Ndre!" kata Mama marah sambil berlalu ke kamarnya.
Aku memandang si tua bangka itu dengan tatapan tak suka, dia mengatakan apa sehingga Mama percaya saja omongannya.
"Ingat tua bangka! Hari ini dan di rumah ini kau menang, tapi tidak untuk di luar!" ucapku menantang dengan wajah dan senyum menyeringai sembari berjalan ke kamarku.
Aku melihat si tua bangka itu mulai ketakutan. Aku semakin tersenyum puas melihat wajahnya yang kelabakan.
Pagi ini aku bersiap menuju kantorku. Tak lupa aku mampir ke kamar Mama, niat hati ingin membujuknya.
Aku mengetuk pintu dan Mama membuka pintu dan menyambutku dengan wajah teduhnya.
"Ma ... Aku tak akan mengizinkan si tua bangka itu menyakitimu. Maaf, aku tak bisa meredam emosiku dan melukai suamimu yang tercinta itu," godaku dengan senyuman yang lebar sambil memperhatikan Mama.
Tidak ada reaksi dan jawaban dari Mama, aku pun mulai berlutut dekat ranjangnya sembari memegang tangannya, aku menatapnya dengan tersenyum.
"Ma .... percayalah, aku melakukannya untuk Mama," ucapku serius.
Mama memegang kedua pipiku sambil menangis, kemudian memelukku erat dan menumpahkan sesak di hatinya di pundakku tanpa berkata-kata.
Aku menenangkan Mama dengan usapan lembut. Isakannya membuat hatiku pedih. Ku usap cairang bening yang memenuhi pipinya.
"Sudah Ma, jangan menangis lagi, Anakmu ini nanti terlambat ke kantor," gombalku pada wanita yang memiliki hati selembut kapas itu.
***
Mobiku melaju dengan kecepatan sedang memebelah jalan raya yang macet sana sini. seperti biasa saat melewati halte, aku selalu memperhatikan gadis yang ku lihat tempo hari. Namun tak jua kudapati gadis itu disana.
Tak ingin berpikir terlalu jauh tentang gadis itu, aku pun menaikkan kecepatan laju kendaraanku. sambil mendengar musik yang nge trend saat ini.
***
Aku pun tiba di Kantor dengan sambutan yang hangat dari bawahanku. Aku berjalan melewati meja karyawan menuju ruanganku.
"Selamat Pagi, Pak Andre." ucap Sean menyambutku.
"Selamat Pagi Sean, bagaimana tidurmu semalam? apakah nyeyak?" tanyaku tersenyum simpul.
"hehehehehe, sangat nyenyak Pak." jawabnya sembari terkekeh.
Sibuk dengan aktivitas kantor, membuatku lupa waktu. Begitu jua dengan Sean yang menjabat sebagai sekretaris pribadiku. meski berteman Aku dan Sean tak pernah mencampuri urusan pribadi dengan pekerjaan.
"Waktunya makan siang Pak," ucap Sean mengingatkan.
"Baiklah," sahutku seraya merapikan file-file yang ada di hadapanku.
"Kita makan di mana bro?" tanya Sean.
"Kafe depan Kantor aja Se," imbuhku seraya menatapnya.
Sean menelepon Marco untuk makan siang bersama. Kami bertiga tiba di kafe dan mulai memesan makanan. sambil bercengkrama aku, Sean dan Marco mulai menikmati makan siang.
***
Sore itu Aku dan Sean pulang dari kantor kami berdua berkunjung ke salah satu kafe di pertengahan jalan ke kantor dan ke rumah. sekedar untuk memesan kopi kesukaanku dan menghilangkan penat seharian bekerja.
"Se adakah rencana malam ini?"
"Ya seperti biasalah kita ke diskotik," sahut Sean sambil menyeruput minuman di tangannya.
Aku dan Sean larut dalam suasana sore itu, setelah menikmati secangkir kopi Aku dan Sean beranjak dari kafe itu.
***
Malam itu Aku, Marco dan Sean berkumpul kembali ke markas kami, diskotik bintang lima ini sudah kami anggap sebagai Markas peraduan untuk kami bertiga. di sinilah kami melepaskan semua segala kegundahan dan kesenangan kami.
"Tapi malam ini sepertinya butuh teman tidur," ucapku sembari menuang minuman ke gelasku.
"Udah mulai aja lu," timpal Marco.
"Ya dia mana bisa tahan dengan beginian," imbuh Sean sambil meneguk minumannya.
"Apa kalian tak mau bersenang-senang malam ini?" sahutku serius sambil menatap mereka.
"Aku tak menolak," jawab Marco antosias.
"Aku gak ikutan ya," protes Sean.
"Gue mau langsung pulang aja, kalian berdua anterin gue dulu, baru ke hotel." pinta Sean.
"Okey Bro." jawab Marco membalas pinta Sean.
***
Kami bertiga beranjak dari Markas bintang lima menuju kediaman Sean. Dengan kecepatan sedang aku melajukan kendaraanku membelah jalan raya. Sesampainya dekat persimpangan halte, aku melihat seorang gadis melambai-lambaikan tangannya. Ya gadis tempo hari yang kulihat.
"Ciiiiittttttt" Aku menghentikan mobil di depan gadis itu,"
Jantungku berdegup kencang saat aku langsung menatapnya dari dekat. kulit putih, bulu mata yang lentik dan mata yang teduh bersinar bak cahaya. Aku termangu melihat gadis ini dengan kecantikan yang luar biasa.
"Apa boleh aku menumpang ke mobil kalian Tuan," katanya dengan suara yang lembut.
"Oh ... silakan Nona," sahut Sean yang duduk di sampingku. sedangkan aku masih terus terpana dengan kecantikan gadis ini.
"Woooyyyyy" seru Marco sembari menepuk bahuku.
Bentakan Marco menyadarkanku. Aku pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengenal gadis ini. Aku meyuruh Sean duduk di belakan bersama Marco. Sedangkan Gadis cantik itu duduk di sebelahku.
"Kau mau kemana larut malam begini?" tanyaku dengan suara Lembut.
"Aku mau ke persimpangan yang ada di depan sana," sahutnya seraya menunjuk ke arah depan.
Tanpa basa-basi aku pun langsung menawarkan pada Gadis itu untuk menemaniku malam ini. benar saja gadis lugu dan polos itu tak menolak sama sekali.
Aku heran dengan gadis ini. Jika dia gadis panggilan kenapa dari berbicara dan style fashionnya tak menunjukkan bahwa dia gadis malam. Aku semakin penasaran dibuatnya. Bahkan untuk berbicara saja gadis itu berbicara seadanya saja tak ada gombalan ataupun rayuan yang terucap dari mulutnya yang merah.
Di sepanjang jalan sesekali aku menatap wajah gadis itu. entah apa yang ada dipikirannya saat ini. Mata indahnya menatap lurus ke jalan tapi aku melihat ada segurat kesedihan dibalik manik mata indah itu. Ingin sekali bertanya namun aku enggan.
"Kita akan mengantarkan Sean ke rumahnya dulu," ucapku sembari memandang gadis itu.
Gadis itu hanya membalas dengan anggukan dan senyumannya yang indah, membuatku semakin penasaran.
"Lu gimana Marco," tanyaku pada Marco sembari menatap dari kaca.
"Hmmmm ... Aku menginap di rumah Sean saja," jawabnya Singkat.
Akhirnya kami sampai di kediaman Sean. Sean dan Marco turun dari Mobil. Marco mengetuk pintu mobilku. aku pun membuka kaca, kemudian Marco berbisik di telingaku.
"Sepertinya kau telah terpesona pada Gadis itu? Sikat abis bro barang antik," bisiknya.
"udah-udah sana masuk deh kalian berdua," aku menyanggah ucapan Marco.
Mereka berdua tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat ku yang menyanggah obrolan. Aku memutar balik mobilku. Jujur saja aku tak tega membawa gadis polos ini ke hotel, akhirnya aku memutuskan membawa gadis cantik ini ke pantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Arinnn
Nah lohh, ngapain ke pantai segalaa, kaga ngajak gue lagi
2021-09-01
0
Asryn_RM09
romantis banget di pantai, dengan angin sepoi sepoi.. 😍😍
2021-07-19
0
🍒ivan witami🍒
kok aku ikut nangis sih pas mamanya Andre nangis di kamar waktu Andre mau pamitan pergi ke kantor 😭
kayaknya Andre udah jatuh cintrong 🤭
2021-05-24
0