Setelah beberapa hari terkurung dirumah, membuatku bosan luar biasa. Aku pun mulai pulih perlahan, meski aku merasa agak sempoyongan saat berdiri lama.
Aku mulai sibuk membuka setiap akun di gawaiku, berharap jenuh ini hilang. Namun tetap saja, bukan seperti ini yang kuinginkan berada dirumah terus menerus.
"Huffffttttt ... Aku bosan," gumamku pelan.
Aku mendengar suara ketukan pintu dari luar. Aku pun beranjak dari ranjangku dan membuka kenop pintu.
"Sayang, Mama mau keluar sebentar. Jika kau butuh sesuatu kau bisa memanggil bibi dibawah untuk mengantar ke kamarmu." ucap Mama yang masih berdiri di depan pintu tanpa masuk terlebih dahulu.
"Mamaku sayang, Aku udah sehat Ma. Jadi jika aku butuh sesuatu aku bisa mengambilnya dibawah, Mama tenang saja dan jangan khawatir, aku tak akan bunuh diri lagi." imbuhku lagi seraya mengedipkan mataku pada Mama.
"Hussstt ... Kamu jangan ngomong begituan," sahut Mama sembari menepuk lenganku.
"Auwwwwww," Rengekku pada Mama.
"Aduh sayang, masih sakit ya. Maafkan Mama," tanya Mama sembari memegang bekas luka ditanganku.
"Heheehehehehe ... Gak Ma, Andre cuma bercanda doang," Balasku pada Mama sambil terkekeh.
"Kamu ini, bikin Mama takut aja. Ya udah Mama pergi dulu."
Aku suka menggoda Mama yang masih tetap cantik, meski umurnya sudah hampir setengah abad. Dia akan tertawa ataupun tersenyum indah jika aku menggodanya. Itulah yang ingin kulihat setiap hari, bukan ratapan tangis dari mata teduhnya.
Bukan seperti si tua bangka itu, bisanya hanya menyakiti terus menerus. Berulah terus menerus tanpa ada jeda sedikitpun.
Sampai saat ini aku masih menaruh dendam padanya. Kalau dihadapan Mama aku tak bisa berkutik sedikitpun. Meski Papa begitu jahat dan kejam terhadap Mama, wanita yang berumur hampir setengah abad itu, tak pernah mengajarkan kebencian padaku atas tingkah Papa.
Wanita keibuan itu akan selalu berkata, "Dia Papa kamu nak, hargai Papamu." Itu selalu terngiang ditelingaku. Sungguh beruntung si tua bangka itu mendapatkan wanita baik dan penyabar seperti Mama.
Jenuh dengan berdiam diri di kamar, aku memutuskan untuk menghirup udara segar disekitar taman belakang.
"Den perlu bibi bantu, atau mau makan sesuatu den?"
"Gak bi, Aku hanya ingin mencari udara segar ditaman belakang," sahutku seraya tersenyum indah kepada wanita tangguh yang ada dihadapanku.
Aku mulai meregangkan tanganku dan mulai melakukan pemanasan kecil untuk tubuhku. Bagaimana tidak selama berapa hari ini aku merasakan otot-ototku mulai lemah. Yang biasanya aktif berolahraga, tiba-tiba tanpa aktivitas sedikit membuat badanku mulai kaku.
"Drrtt drrrrttt drttttt" Getaran dari gawaiku menghentikan aktivitasku.
"Ya, Se ada apa?"
Baiklah akan aku usahakan," ucapku membalas obrolan dari seberang sana.
Sean mengajakku ke diskotik langganan kami untuk menghilangkan kejenuhan. Meski dalam keadan baru pulih aku tetap semangat dengan ajakan Sean.
***
Malam itu aku bergegas menuju diskotik langgananku. Tak lupa aku pamit dengan Mama, agar ia tak mengkhawatirkan anak semata wayangnya ini. Dengan bermodalkan senyum yang terbit dari bibirnya membuatku lega meninggalkannya tanpa si tua bangka itu.
Aku mengedarkan pandanganku di beberapa tempat setelah sampai di diskotik itu. Akhirnya aku melihat Sean dan Marco sedang berbincang. Aku berjalan menghampiri mereka.
"Woooyyy bahas apaan," ucapku seraya menepuk bahu Marco.
"Ehhh ... Baru nyampe Bos," sahutnya.
"Sorry telat, jalanan macet."
Kami pun memutuskan untuk masuk ruangan VIP diskotik.
Di ruangan itu aku merasakan kebebasan, aku merasa hidup. Menghabiskan malam hanya dengan menghambur-hamburkan uang untuk membeli minuman berkelas yang membuatku mabuk dan menyewa gadis-gadis untuk membuang jenuh.
"Sayang kita ke hotel yuk, aku lagi pengen nih. Udah lama banget," rayu seorang wanita padaku dengan gaya sensualnya.
Sean dan Marco tertawa geli melihat wanita perayu itu.
"Udah gas aja bro, kan dah lama juga lu puasa," timpal Sean.
"Lagi gak mood gue," sahutku ketus.
"Yaahhhhhhh," balas mereka serempak.
Jam sudah menunjukkan jam 03:00 dini hari. Kami pun bergerak untuk pulang. Dengan keadaan yang setengah sadar kami pun berjalan sempoyongan menuju parkiran.
Sesampainya di parkiran aku menatap jauh ke seseorang sepertinya tidak asing bagiku, sedang berjalan ke dalam diskotik merangkul wanita seksi.
Dengan langkai yang sempoyongan aku mendekat ke arah si tua bangka itu.
"Lu kemana hah," ujar Sean dengan setengah sadar.
Tanpa menjawab, Aku terus menguntit sepasang manusia laknat itu ke dalam diskotik.
Dengan santainya sepasang manusia itu bercengkrama layaknya sejoli yang di mabuk asmara. Aku memperhatikan gerak-gerik mereka dari meja yang lain.
Emosi ku kian memuncak, dengan langkah sempoyongan dan pandangan yang kabur aku menghampiri mereka.
"Prankkkkkkkk," Suara botol kosong yang ku jatuhkan dari meja mereka.
Sontak si tua bangka itu terkejut dan terdiam melihatku. Tanpa rasa bersalah dia semakin mengeratkan wanita itu ke dalam pelukannya, seperti ingin melindungi wanita laknat itu.
Dengan bringas aku melayangkan pukulan ke wajah si tua bangka itu. Tanpa basa-basi aku terus menghantamnya tanpa ampun. Dia meringis kesakitan, aku melihat darah segar keluar dari ujung bibirnya.
"Ahhhhhhhhhh," si tua bangka meringis kesakitan.
Aku menarik tangannya agar ia berdiri. seketika ia berdiri, aku kembali melayangkan pukulan itu tanpa jeda.
"Tolong!" si wanita laknat itu mengeluarkan suaranya untuk mencari pertolongan.
Tanpa rasa empati, aku menarik rambut wanita itu, dan menamparnya. ini kalinya aku bermain kasar terhadap wanita. meski aku sering bergonta-ganti pasangan di ranjang tapi aku tak pernah melakukan hal kasar kepada mereka.
"Plaaaaaakkkkkk," tamparan mendarat di pipinya.
"Auhhhhhhhhh," dia meringis.
Penghuni di dalam diskotik itu tak ada yang berani mendekatiku untuk melerai perkelahian itu, pasalnya mereka sangat mengenalku jika aku sudah mengamuk.
"Ingat wanita jalang, kau ingatlah wajahku! jika kau ingin selamat, jauhi si tua bangka ini!" teriakku dengan lantang sembari menunjuk si tua bangka itu yang sedang terduduk menahan sakit.
"Ternyata kelakuanmu lebih dari Hewan! Kau tak memiliki perasaan! Teganya kau melakukan ini pada Mamaku! ucapku menggeram seraya menendang si tua bangka.
Dia pun jatuh tergeletak di lantai diskotik itu. Pukulan bringasku membuatnya pingsan di tempat. ini kali kedua aku memukulnya tanpa empati. Melihat kelakuannya emosiku tak tertahan.
Jika kejadian ini di rumah aku mungkin tak sanggup melakukannya karena Mama. Wanita yang memiliki mata teduh itu tak mengizinkan aku menyentuh si tua bangka ini.
Aku pun puas dengan aksiku. Aku tak perduli apakah dia masih hidup atau tidak. aku melihat wanita itu menangisi si tua bangka. Aku Menyeringai kemudian berlalu Dari tempat itu menuju parkiran.
Aku tak menyadari entah di mana Sean dan Marco saat aku memasuki diskotik. Sesampainya di parkiran mobilku. Aku melihat Sean dan Marco terkapar di samping mobilku.
Meski dengan keadaan setengah sadar tapi aku masih sanggup membopong temanku masuk ke mobil.
Mobil yang ku kendarai membelah jalan raya yang sepi, pasalnya jam dini hari membuat manusia tak lagi beraktivitas. Dengan kecepatan sedang mobilku terus melaju.
Di pinggir jalan dekat halte, aku selalu memperhatikan seorang gadis menunggu disana. entah siapa yang ditunggu oleh gadis itu aku tak mengerti. Selama menggunakan jalan ini bila jam dini hari pandanganku tak luput dari seorang gadis yang duduk di halte itu.
Memang halte itu sering di gunakan wanita panggilan untuk mencari lelaki hidung belang. Tapi entah kenapa setiap aku melewati jalan ini gadis itu tak pernah beranjak dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ratu_Gurita🐙
nggak rela aku kalau Andre main celup sana sini 😭😭😭😭
Ijahhh, jangan bikin Andre ku rusak napa. aku kagak mau, pokoknya kagak mau 😭😭😭
kagak ikhlas sumpah, di celup sana sini itu burung perkutut
2021-08-10
1
ayaya
keren ih, aku suka bad boy.. 🤭
2021-07-19
0
Asryn_RM09
aku dukung kamu ndre... kasih pelajaran tu sama pelakor , gemes aku jadinya
2021-07-19
0