Tak lama Danu sudah sampai dirumah Fahmi, Danu harus menunggu Fahmi yang sedang makan, Danu duduk didepan Yang sedang makan, Danu udah biasa kerumah Fahmi, hingga ia tak perlu permisi untuk langsung menuju dapur rumah Fahmi.
“ Makan aja Dan “.
“ Udah, makan aja. Aku udah keyang “.
Fahmi lanjutkan makannya, Danu langsung cerita aja dan Fahmi hanya anggukkan kepala, tentu saja Fahmi setuju dengan usulan Pak Aulia, mana mungkin Fahmi ngga’ siap.
“ Abang mau minum apa ?”.
Danu menoleh dan senyum kearah Desy, adik Fahmi. “ Maunya apa ?”.
“ Kok tanya aku ?. ya.. abanglah “.
“ Udahlah. Air putih aja “.
“ Serius ?”.
“ Udah, mana “.
Desy ambil air putih dan berikan pada Danu yang langsung meneguknya hampir setengah, Desy langsung tinggalkan Danu dan abangnya Fahmi. Dan Fahmi tak lama selesaikan makannya.
“ Kita kemana?”.
“ TempatZainal dulu “.
“ Udah itu ?”.
“ Undangan ini kita tempel aja dikedai-kedai dekat sini. Biar bisa dibaca orang. Gimana ?”.
“ Bagus juga“.
Danu dan Fahmi keluar lagi. Tujuan mereka adalah rumah Zainal, tapi mereka singgah disetiap kedai dan tempel undangan yang mereka bawa, yang baca undangan hanya anggukkan kepala, dan memang senang dengan kegiatan itu.
“ Ngumpul dimana Dan ?”.
Danu menoleh dan senyum tipis kearah Ibu Ibu yang kumpul disana. “ Kita ngumpulnya didepan Masjid Bu “.
“ Pagi ?”.
Danu anggukkan kepala. “ Ya.. Pagi Bu “.
Ibu Ibu itu beranjak, Danu sebenarnya agak merutuk juga. Ngapain pake nanya segala, kan di undangan ditulis jelas dimana titik kumpul dan jam berapa. Tapi Danu harus jawab dengan keramahan tingkat tinggi, namanya juga Ibu-Ibu, udah tau masih juga nanya. Fahmi keluarkan satu lagi undangan untuk ditempet di Kedai grosir Bu Narti yang lagi ramai-ramainya. Fahmi cari tempat yang kosong, tapi belum sempat dapat tempat yang cocok tangan Fahmi malah duluan singgah kebahu Danu.
“ Dan.. Dan.. “.
Danu berbalik. “ Apa ?”.
“ Lihat tuh “.
Mata Danu mengarah ke arah telunjuk Fahmi, dan Danu lumayan terkejut juga, entah kenapa dada Danu sedikit berdebar, mata Danu tak lepas dari yang ditunjukkan Fahmi tadi, yang berdiri membeli di kedai Bu Narti itu adalah Juli. Juli yang selama ini membuat Danu begitu berubah dan amat penasaran. Danu sedikit memutar otak dan langsung dapat jawaban. Danu lipat mapnya dan mendekat, Fahmi lanjutkan pencarian tempat yang pas untuk dijadikan lokasi penempelan.
“ Hei.. Kamu Juli kan ?”.
Juli menganggukkan kepalanya tanda benar kalau namanya memang Juli, tapi Juli agak tertegun memandangi Danu. Juli merasa heran dengan lelaki yang langsung tampak begitu akrab dengannya sedang Juli sama sekali tak kenal padanya. Sejak pindah kemari Juli merasa yakin kalau Juli tidak punya kenalan disini, sebab Juli sama sekali belum pernah kemari sebelumnya, hingga Juli sama sekali tak yakin kalau disini ada yang Juli kenal. Tapi Juli akhirnya senyum juga guna membalas senyum Danu yang terus mengembang kearahnya.
“ Udah lama disini ?”.
Kening Juli terus berkerut. “ Baru Bang. Belum lama “.
“ Pindah sekeluarga ?”.
Juli anggukkan kepala. “ Iya Bang “.
Danu angguk anggukkan kepala. Juli terus mencoba mengingat pemuda yang ada didepannya. Tapi Juli memang tak bisa dapat jawabnya sama sekali, ingatan Juli benar benar kabur, tak ada tanda tanda.
“ Apa Abang kenal aku. Kaya’nya Aku.. gimana ya.. “. Juli jadi bingung.
“ Masa kamu lupa ?”.
“ Tapi Bang ?”.
Danu sebenarnya udah amat geli melihat wajah Juli yang tampak amat bingung. Sejuta kali ia ingat-ingat, sampai kapanpun Juli memang tak kenal Danu, mana mungkin kenal, jumpa aja baru kali ini. Danu duduk di kursi panjang menghadap Juli yang masih aja berdiri terpaku.
“ Kamu keponakan Bu Lina kan ?”.
Juli anggukkan kepala. “ Kok abang tahu ?”.
“ Ya.. tahu dong “.
“ Kok bisa ?”.
“ Ya.. tahu. Aku juga bingung Gimana cara jelasinnya “.
“ Tapi… “.
Danu santai aja, ini yang membuat Fahmi terus merasa geli. Kening Juli udah kaya’ jerut purut, Danu malah santai duduk, malah membolak-balik kertas yang ada dalam Map ditangannya. Gaya Danu bagai tak ada yang aneh, kaya’nya semua berjalan biasa aja, tak ada hal yang lain-lain.
“ Berapa sih jarak Negeri Lama ama Langga Payung ?. paling Cuma 100 KM, ngga’ jauh jauh amat “.
“ Iya juga sih “.
Juli makin heran. Kenapa orang yang namanya saja Juli tak tahu tapi tahu Juli siapa, itu kan agak aneh juga. Apalagi Danu seperti memang udah lama kenal Juli, Danu ngomongnya lurus aja. Danu malah enak aja cerita panjang lebar dengan penuh semangat dan tanpa cela betapa sempitnya hidup ini, semua serba susah, orang yanga ada di Langga Payung sama aja dengan yang tinggal di Negeri lama sini, mengharapkan hasil tani yang harganya cendrung turun.
“ Tapi iyalah. Orang Tua Juli kan PNS, dua-duanya malah. Jadi gambaran hidupnyakan jelas tidak sesuram kami-kami yang hanya petani “.
Kali ini Juli betul-betul bloon. Ia sama sekali tak kenal pemuda yang disampingnya, tapi pemuda itu tahu semua tentang dia. Juli jadi ngga’ bisa ngomong, dan justru jadi merasa bersalah malah, kok bisa betul-betul lupa dengan orang yang disampingnya.
“ Bang… “.
Danu menatap wajah Juli yang tampak kebingungan. “ Kenapa ?”.
“ Abang... Abang kok bisa tahu semua ? padahal… ”.
“ Masa aku ngga’ tahu “.
“ Tapi.. “.
Danu tertawa kecil. Wajah Juli yang tampak amat bingung memang tampak lucu sekali. Matanya mengecil, bibirnya juga sedikit terbuka, mata Juli tak lepas dari wajah Danu yang terus aja umbar cerita, diplus lagi keningnya yang berkerut.
“ Oh ya. Duduk dulu, aku mau cerita nih “.
Seperti orang bodoh Juli duduk juga tak jauh disamping Danu. Gula yang tadi Juli beli ia letakkan saja diatas pangkuannya. Mata Juli terus memandang Danu yang sedang menulis diatas kertas yang ada ditangannya diatas Map.
“ Kamu mau gabung dengan muda-mudi disini kan ?. kebetulan kita ada rencana kegiatan kerja bakti, okeylah, aku kasi kamu Undangan “.
Juli menerima kertas yang diulurkan Danu padanya. Juli makin tak mengerti setelah membaca apa
yang tertulis dikertas itu, nama yang tertera di Undangan itu benar benar namanya, malah nama lengkapnya bahkan lengkap dengan marganya. Jelas membuat Juli makin tak paham dengan Danu, Danu memang tahu persis siapa dia.
“ Nama abang siapa ?”.
Danu tepuk jidat. “ Aku lupa. Danu “.
Juli menerima uluran tangan Danu, namun tetap bingung. Apalagi Juli tak pernah merasa punya teman yang namanya Danu. Dengar nama Danu juga baru kali ini. Juli jadi merasa bagai orang yang bodoh, Danu tahu semua tentang dia, tapi Juli sama sekali tak tahu siapa Danu.
“ Juli pulang dulu Bang “.
Danu angkat wajah menatap Juli dan melirik jam ditangannya sebentar, tatap terus Juli dengan senyum yang mengembang. Danu tepuk jidatnya dan rentang tangan mempersilahkan.
“ Betul juga, sudah Jam 10 nih, nanti Pak Ris marah lagi, kamu dicampur ama C02 gawat juga “.
Juli makin tercekat dan betul-betul tak bisa jawab. Rasa terkejut yang ia punya makin dalam. Omongan Danu barusan menandakan kalau Danu juga tahu kalau ayahnya guru Kimia. Juli geleng kepala aja dan beranjak dari depan Danu, Juli langsung menuju rumahnya.
Begitu Juli hilang, Fahmi tak kuasa menahan tawanya lagi. Fahmi sampai terduduk memegang perut melepas tawanya yang dari tadi ia tahan. Danu santai aja dan bersandar disandaran bangku panjang yang disediakan diwarung Bu Narti.
“ Dasar kau Dan “.
“ Itu Strategi Bos. Harus begitu “.
“ Dasar kau “.
“ Tapi jitu kan ?”.
Danu dan Fahmi sama tertawa. Fahmi sampai ngga’ ngerti bisa-bisanya Danu begitu. Sudah seperti kenal Juli sejak lahir. Ngomongnya lurus aja, Danu tanpa cela bicara seperti air yang mengalir, sedang Juli yang mendengar hanya mampu terpaku tanpa bisa bertanya banyak-banyak. Fahmi geleng kepala, tepuk jidat melihat ulah Danu.
“ Kasihan anak gadis orang kau bodoh-bodohi, pasti dia bingung tadi “.
“ Mukanya memang berkerut terus, jalan yok “.
Danu langsung melangkah bersama Fahmi yang terus saja tertawa lebar dan terus geleng kepala dengan teori Danu yang menurutnya lumayan aneh juga. Tapi tampaknya Danu cukup sukses dengan caranya yang aneh itu. Fahmi baru kali ini melihat teori semacam itu. Tapi terang Fahmi cukup salut dan merasa mendapat ilmu baru yang cukup brilian.
“ Dari mana kau tahu ceritanya ?”.
“ Pak Aulia “.
“ Pak Aulia yang mana ?”.
“ Pak Aulia, masa ngga’ kenal Pak Aulia “.
Fahmi belum juga nangkap dengan yang namanya Pak Aulia. Fahmi sejenak menjauh dari Danu saat menemukan tempat yang cocok untuk kembali tempelkan undangan yang masih cukup banyak ditangannya. Danu hanya menunggu dijalan, tak sampai tiga menit Fahmi balik mendekat dan kembali melangkah kearah rumah Jainal, tujuan mereka yang utama.
“ Pak Aulia Yang mana Dan ?”.
“ Sekdes kita “.
“ Sekdes kita sekarang ?”. Kening Fahmi makin berkerut.
“ Iya. Yang sekarang “.
Fahmi geleng geleng kepala terus. Fahmi benar-benar salut dengan cara Danu tadi. Juli betul-betul dalam kebingungan tingkat tinggi, Danu ternyata amat jago bermain sandiwara. Luar biasa sekali lakonnya.
“ Apa hubungannya dengan Pak Aulia ?”.
“ Juli itu keponakan kandungnya Bu Lina “.
“ Bu Lina Istri Pak Aulia kan ?”.
“ Iya.. Bego’“.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Yoo_Rachel
boom like...
2021-03-26
0
Hazraini Simatupang
Seeu
2021-02-11
0