Danu melangkah agak cepat, takut keduluan dengan Pak Ray yang sudah melangkah mendekati pintu ruang kelas mereka, namun begitu Danu masih juga sempat mengarahkan ekor matanya kearah Juli yang masuk ke ruangan IPS-2.
Bel tanda pulang bagi Danu udah cukup lambat walau akhirnya datang juga. Danu sandang tas dan keluar. Panas terik yang amat memanggang. Danu tak melihat Fahmi, biasanya mereka saling tunggu didepan pagar, walau sebenarnya mereka melangkah bersama tak sampai 50 langkah sebelum sampai kepintu gang rumah Fahmi, tapi itulah indahnya persahabatan, mereka tetap saling tunggu.
Danu yakin kelas Fahmi udah bubar, buktinya banyak teman kelas Fahmi yang udah berkeliaran dipinggir jalan raya, akhirnya Danu pulang sendirian aja tanpa Fahmi seperti biasanya, Cuma karena jarak sekolah dengan rumahnya juga ngga’ begitu jauh, paling hanya beda 150 langkah dari depan gang kerumah Fahmi membuat Danu ngga’ begitu pusing, Danu jalan kaki aja dengan santai. Danu menatap kedalam gang menuju rumah Fahmi, tak ada yang terlihat kecuali pagar hidup yang rimbun hingga keujung sana.
“ Dan “.
Danu menoleh. “ Eh, Pak. Ada apa ?”.
“ Kemari dulu “.
Danu belokkan langkahnya menuju kedai kopi yang ada dipinggir jalan dan duduk didepan Pak Aulia yang memanggilnya.
“ Pulang sekolah ?”.
“ Ya.. Pak “.
“ Kita Kerja Bakti minggu depan, bisa ?”.
“ Kenapa ngga’ Pak. Dimana ?”.
“ Masjid “.
Pak Aulia ambil undangan yang ada dalam tas sandangnya. Pak Aulia adalah Sekretaris Desa mereka, sedang Danu adalah Ketua Muda-Mudi dikampungnya. Pak Aulia sering berhubungan dengan Danu, dan memang Pak Aulia amat dekat dengan semua muda-mudi yang ada disana.
“ Pulang dulu Pak “.
“ Okey.. sebarin semuanya ya, kamu aja yang tulis namanya “.
Danu anggukkan kepala dan melangkah ingin menjauh, hanya satu langkah..
“ Eh Dan “.
Danu kembali balik kanan menghadap Pak Aulia. “ Saya Pak “.
“ Ada keponakan Ibu baru pindah kesekolah kamu, baru seminggu “.
“ Seminggu ? Siapa Pak ?”.
“ Namanya Juli “.
Kening Danu langsung berkerut, dan tak itu saja dada Danu juga ikut bergetar entah kenapa. Danu serasa mendapat angin, ini kesempatan bagi Danu untuk tahu siapa Juli yang memang ia mulai sukai. Danu hanya berdiri saja menghadap Pak Aulia yang sedang menyulut rokoknya.
“ Keponakan gimana Pak ?”.
“ Ibunya itu Kakak Ibu dirumah “.
“ Kakak Kandung Pak ?”.
“ Kakak Kandung “.
Danu senyum simpul. Danu malah kembali duduk didepan Pak Aulia yang tanpa diminta malah cerita banyak tentang Juli. Danu amat menyimak semua cerita yang Pak Aulia sampaikan sembari terus memamerkan senyum yang tipis namun manis. Yang ada dihati Danu sekarang adalah membuat kejutan pada Juli. Sebuah strategi yang lumayan, mungkin dengan ini Danu bisa lebih dekat dengan juli, atau bahkan bisa menjadikannya pacar. Danu terus senyum-senyum dengar penjelasan Pak Aulia yang lumayan lengkap-lengkip hingga keakar-akarnya.
“ Udah lapar Pak, balik dulu “.
“ Ya.. ya. Jangan lupa undangannya “.
“ Beres Pak “.
Danu pulang dengan rasa bahagia. Kerja bakti yang diusulkan Pak Aulia hanya bagian kecil dari apa yang harus ia kerjakan saat ini. yang terpenting adalah menyusun strategi mendekati Juli, itu yang nomor satu bagi Danu saat ini.
Dirumah Danu tampak begitu bahagia, ia malah bersiul siul tak seperti biasanya, seisi rumah sudah merasa aneh dengan raut ceria Danu sejak pulang sekolah tadi, ayahnya, Ibunya, adiknya, dan ponakannya merasa lucu lihat pamannya yang kadang sedikit joget saat melangkah, beda dengan abang ipar Danu yang hanya geleng kepala dan senyum tipis, seakan tahu apa yang sedang terjadi pada Danu. Kakaknya yang paling penasaran, waktu melihat bawaan Danu, kakaknya tak menemukan hal yang aneh, hanya undangan kerja bakti yang entah udah berapa ratus kali ia lihat dibawa Danu pulang kerumah, undangan seperti itu udah hal yang amat biasa, hingga kakak Danu makin penasaran kenapa Danu tampak begitu semangat dan gembira, tak pernah ia lihat Danu bersikap semacam itu sebelumnya.
“ Dan.. kamu kenapa sih ?”.
Danu berhenti bersiul dan menatap kakaknya. “ Emang kenapa ?”.
“ Aneh aja “.
“ Kok aneh ?. kakak yang aneh, ada ada aja “.
Kakak Danu tak ingin lanjutka omongan, tak ada gunanya dilanjutkan, Danu akan dapat banyak jawaban yang bakal membuat kakaknya kalah. Kakak Danu tinggalkan saja Danu.
Jam baru menunjukkan pukul 19.00 WIB. Danu udah mau beranjak keluar rumah, isya aja belum kelar, tentu membuat ayahnya heran.
“ Mau kemana Dan ?”.
“ Kerumah Fahmi Yah “.
“ Selesai Isya kenapa ?”.
“ Ada perlu Yah. Mau cepat nih “.
“ Iya.. tapi apa ?”.
Danu memberikan Undangan yang diberi Pak Aulia tadi siang pada ayahnya, ayah Danu menerima, membuka dan membaca. Selesai baca ayah Danu hanya Menganggukkan kepala, serahkan kembali pada Danu dan membiarkan Danu kembali melangkah keluar meninggalkan rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Zulfa
Salken kak, JIKA mampir membawa like nih. Mari saling dukung kakak😍
2021-04-30
1
Fira Ummu Arfi
lanjutttttttttt
ASIYAH AKHIR ZAMAN mendukungmu
2021-04-15
0
Ari Nasitoh
nyimak...
2021-04-03
0