3.Dua Sejoli Yang Aneh

"Kok, 'ha'?"

"Apa nggak sebaiknya chat di Chatsapp aja, Dok?"

"Emangnya kenapa kalau saya minta tolong kamu, nggak boleh?"

"Bo-boleh, nanti saya sampaikan."

Lana tidak kuasa menolak. Dia tidak ingin membuat masalah apalagi hanya karena hal sepele.

Dia keluar dari ruangan Dokter Dion dan mulai memanggil pasien berikutnya setelah menghela napas berkali-kali sembari menyabarkan diri sendiri. Pasien kali ini untuk dokter Nathan. Lana bersiap mengantarkan map ke ruangan Dokter Nathan. Otaknya sibuk merangkai kata untuk menyampaikan pesan Dokter Dion.

"Dok, ini pasien selanjutnya."

Dokter Nathan mengangguk

Lana belum beranjak dan masih berdiri memandang Dokter Nathan.

"Lhoh, kok masih di sini? Langsung panggil aja pasiennya."

"Anu, Dok, tadi saya diminta Dokter Dion menyampaikan ke Dokter kalau nanti siang Dokter Dion mau makan siang bareng Dokter Nathan di kafe Senarai," kata Lana dengan gugup.

Ekspresi Nathan datar. "Bilang sama dia, saya nggak mau!" tolak Nathan.

Lana mengernyitkan dahinya. Namun, lagi-lagidia tidak ingin membuat masalah dia hari pertama bekerja, jadi dia menurut saja. Dia mengangguk kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Ada apa dengan dua dokter itu? (Lana).

Saat harus mengantarkan map ke ruang Dion, dia menyampaikan penolakan Nathan. "Dokter Dion, kata Dokter Nathan, dia nggak mau makan di kafe Senarai, Dok," kata Lana.

Dokter Dion tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. "Kalau gitu, tolong sampaikan ke dokter Nathan kalau dia kurang ajar."

"Tapi, Dok ...."

"Tapi apa? Nggak usah khawatir, kamu kan cuma menyampaikan pesan." Dion menenangkan Lana.

Lana mulai bekeringat. Tapi dia menurut saja. Lagi pula, permintaannya tak seberat mengeringkan sebuah bengawan dengan sedotan, atau pun mengeruk sebuah gunung menggunakan sendok bebek. Dari 3 dokter yang menjadi area kerja Lana, hanya Dokter Ani yang bersikap dewasa.

Ya ampun, hari pertama kerja udah kesel. Hufh, sabar! Mereka itu sama-sama manusia makan nasi. Nggak beda sama aku. (Lana).

Di ruangan dokter Nathan, Lana menyerahkan berkas pasien dan siap menyampaikan pesan dari dokter Dion.

"Dok, anu, kata Dokter Dion, Dokter Nathan kurang ...."

"Kurang apa? Kurang gizi?"

"Kurang ... kurang ajar, Dok."

Nathan mengangguk-angguk.

"Fyuh." Lana sedikit lega karena tidak ada reaksi ekstrim.

"Itu Dokter Dion apa kamu yang bilang saya kurang ajar?"

"Eh lhoh, anu, itu Dokter Dion, sumpah Dok bukan saya." Lana salah tingkah, kebingungan dan ketakutan.

Ini duo dokter aneh pada kenapa sih, aaakk rasanya pengen pindah ke planet Mars. (Lana).

"Ya sudah, nggak usah pakai sumpah-sumpah segala! Emangnya ini pengadilan? Tolong panggil pasien berikutnya!"

Lana segera keluar dan memanggil pasien berikutnya.

Ke mana dokter Nathan yang santun tadi. Aku tarik kata-kataku. Ternyata dia tengil. Meski sama-sama makan nasi, pasti nasi dia udah kecampuran semacam tanaman racun yang diimpor langsung dari neraka. (Lana).

~

Pada jam istirahat, Lana makan siang di warung bakso dekat rumah sakit bersama Syafira.

"Kamu kenapa kok dari tadi diem aja?" tanya Syafira sembari mereka menunggu bakso selesai diracik.

"Aku benci kerja di sini. Aku pengen pindah."

"Lhoh kok gitu, ini baru hari pertama, Na. Yang namanya adaptasi itu pasti butuh waktu."

"Di tempat sebelumnya, orang-orangnya biasa aja."

"Emang di sini ada yang jahatin kamu?"

"Nggak jahat sih, tapi ngeselin sampai pengen makan tanah kuburan!"

"Siapa yang ngeselin? Setahu aku, di sini orangnya baik-baik kok."

"Dokter pujaan kamu itu, sama sohibnya, Dokter Dion," kata Lana sembari air matanya mulai bercucuran.

"Waduh kok malah nangis sih, sabar ya, Na. Ntar aku samperin tuh Dokter Nathan sama Dokter Dion."

"Jangan! Nanti aku tambah dibenci sama mereka," katanya masih sambil menangis.

Meski Lana melarang, Syafira akan tetap bicara kepada Nathan. Dia memiliki maksud lain, ada kerang di balik batu. Sembari mengkonfrontasi perihal sahabatnya yang bengek karena menangis, dia bisa berinteraksi dengan sang dokter pujaan hati.

Sambil menyelam minum sirup. Begitulah kira-kira niat Syafira.

Selesai makan, mereka kembali ke rumah sakit. Lana menuju nurse station, sementara Syafira mengatakan akan pergi ke toilet. Tentu saja dia berbohong karena dia akan mendatangi Nathan dan Dion.

Setelah sedikit berkeliling mencari, Syafira menemukan Dokter Nathan dan Dokter Dion di kantin. Mereka sedang mengobrol setelah menyelesaikan makan siang, terlihat dari piring bekas makan di hadapan mereka.

Sebenarnya dia ingin mendatangi satu persatu karena akan lebih personal dengan dokter Nathan, tapi karena kebetulan mereka sedang bersama, terpaksa Syafira bicara dengan mereka berdua.

"Permisi, Dokter Nathan, Dokter Dion. Boleh saya bicara sebentar?" ucap Syafira, tegas.

Dion dan Nathan saling menatap.

"Ya, silahkan," kata Dion.

"Mohon maaf, Dokter, kalau boleh tahu, tadi Dokter bicara kasar sama perawat baru yang bernama Lana?"

"Kok pertanyaannya gitu? Apa dia bilang kalau kami bicara kasar sama dia? Buktinya apa? Fitnah lho, bisa kutuntut ke pengadilan," kata dokter Dion.

Syafira tidak kehilangan akal menghadapi dokter Dion yang pintar bersilat lidah. "Begini, Dok, tadi waktu makan siang, Lana menangis. Dia bilang akan segera resign karena Dokter Nathan dan Dokter Dion."

"Lhoh, kalau dia mau resign itu kan bukan urusan kami." Dokter Dion masih saja bersikeras tidak mengaku sudah mengerjai Lana.

"Lana juga bilang kalau dia mau bunuh diri lho, Dok. Kalau terjadi, nama Dokter bisa tersangkut," kata Syafira mendramatisir keadaan agar Dokter Dion luluh.

"Udah udah, nanti kami minta maaf sama Lana," kata Nathan menengahi.

"Baik, saya tunggu." Syafira berpamitan dan pergi.

~

Dion dan Nathan berjalan menuju poli sembari bercakap-cakap tentang perawat baru yang sedang mereka plonco itu.

"Ternyata perawat baru itu ciut juga nyalinya," kata Dion.

"Udahan aja! Udah cukup anak orang lu bikin nangis. Sampai mau bunuh diri pula si Lana itu."

"Eh, kok gue? Lu juga."

"Gue kan ngikutin lu doang."

"Ckck, sama aja kali. Eh ssstttt, tuh si Lana," kata Dion sembari memberi kode kepada Nathan untuk diam karena telah dekat dengan meja Lana.

Perawat itu menunduk sembari memainkan ponselnya. Dion dan Nathan segera masuk ke poli masing-masing.

~

Lana sudah siap di mejanya untuk melayani pasien berikutnya. Kali ini untuk Dokter Ani.

"Kok lesu?" tanya dokter Ani yang melihat wajah redup Lana ditambah matanya yang sedikit bengkak.

Lana hanya menjawab dengan senyum kecut yang dipaksakan.

"Waktu jalan ke sini tadi, saya di belakangnya Dokter Dion dan Dokter Nathan. Saya dengar mereka nyebut nama kamu."

Lana kaget tapi raganya sudah terlalu lemas untuk memberikan reaksi.

"Mereka itu usianya masih tergolong muda. Dokter Nathan masih 30-an lebih sedikit, Dokter Dion mungkin 35 atau 36. Mereka masih suka usil dan jahil. Terutama Dokter Dion."

Tiba-tiba Lana menangis. "Maaf, Dok, kelepasan."

"Nggak apa-apa, nanti juga lama-lama terbiasa. Mereka cuma usil aja tapi nggak jahat kok," kata dokter Ani menenangkan. Dokter Ani memang lebih senior dan bijak. "Saya beritahu sesuatu tapi nggak usah kasih tahu siapa-siapa ya, ini cuma buat kamu aja."

Lana mengangguk.

"Dokter Dion itu sudah 8 tahun menikah dan belum memiliki keturunan. Sedangkan dokter Nathan kabarnya orang tuanya sedang akan berpisah. Kelakuan mereka akhir-akhir ini saya kira adalah pelarian mereka."

Mendengar hal itu, hati Lana sedikit tersentuh. Perasaan kesalnya berubah menjadi iba. Padahal dokter Dion adalah dokter kandungan. Pasti menjadi tekanan tambahan baginya.

Mereka melanjutkan pekerjaan. Lana kembali mengantarkan berkas pasien ke ruang Nathan. Dia mengetuk pintu, menyerahkan berkas tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Dia berdiri di hadapan Nathan dan siap menerima perintah jika dokter itu membutuhkan asistensinya. Lana menatap lantai dan menunduk, sedangkan Nathan membuka map sambil melirik wajah Lana.

Terlihat matanya yang merah dan agak membesar, khas mata orang sehabis menangis. Nathan heran dan penasaran. Sepertinya dia dan Dion tidak terlalu kejam mengerjai Lana tapi kenapa begitu parah sampai ingin bunuh diri.

"Lana, ehm saya merasa bersalah sama kamu."

Lana mengangkat pandangan untuk memandang Nathan dan mengangguk.

Merasa bersalah tapi nggak ada kata 'maaf'? Hih! (Lana).

"Jangan marah ya, saya cuma bercanda kok."

Lana mengangguk lagi tapi tidak bicara, hanya mampu berkata-kata dalam hati. Dia tidak bisa membohongi diri bahwa dia masih kesal kepada dua sejoli itu.

"Ehm, saya mohon, jangan bunuh diri ya, hidup itu anugrah lho."

Ha? Bunuh diri? (Lana).

Lana mengangguk ragu. Padahal sebenarnya dia kaget Nathan mengatakan tentang bunuh diri. Hanya karena masalah ini dan ingin bunuh diri? Rugi banyak!

Karena respon Lana sebatas itu saja, Nathan menganggapnya selesai. Kemudian, dia meminta Lana memanggil pasien berikutnya.

Setelah selesai dengan pasien di poli umum, Lana melanjutkan asistensi untuk dokter Dion. Dokter kandungan itu pun mengucapkan hal senada dengan Nathan tentang bunuh diri.

Apaan sih, siapa juga yang mau bunuh diri? (Lana).

to be continued...

Jogja, February 7th 2021

Terpopuler

Comments

desember

desember

🤣🤣🤭

2024-02-22

0

Bucinnya Nunu ☆•,•☆

Bucinnya Nunu ☆•,•☆

Di part ini aku ngakak mulu sakin lucunya

2021-12-07

1

Bucinnya Nunu ☆•,•☆

Bucinnya Nunu ☆•,•☆

Sabar Lana, ingat atasan nggak pernah salah🤣

2021-12-07

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1.Dari Kelati Ke Koja
3 2. Bertemu Si Dokter Tampan
4 3.Dua Sejoli Yang Aneh
5 4.Takut Kutukan
6 5.Ketahuan
7 6.Senjata Makan Tuan
8 7.Ada Apa Dengan Si Bocah Tua
9 8.Ketahuan Lagi
10 9.Makan Di Mall
11 10. Dikerjain Lagi?
12 11.Bayi Dibuang
13 12.Happy Three Friends, The Three Musketeer atau Three Idiots?
14 13. Sharing Sharing Garing
15 14. Dilabrak Istri Dion?
16 15. Dikelilingi Kesedihan
17 16. Hati-hati, Aku Tetap Laki-laki
18 17. Siapa Soni?
19 18. Sura Menikah
20 19. Perhatian Lebih
21 20. Lana Sakit
22 21. Gede Rasa (GR)
23 22. Kabar Sedih Sekaligus Bahagia
24 23. Gerilya Syafira
25 24. Aku Bisa Obati Lukamu
26 25. Apa Status Kalian?
27 26. Cemburu Buta
28 27. Masih Cemburu
29 28. Marah-marah
30 29. Everybody's Down
31 30. Dion Di Mana?
32 31. Pulang Ke Koja
33 32. Ingin Romantis
34 33. Candle Light Dinner
35 34. Gagal Semua
36 35. Hubungan Tanpa Status? Teman Tapi Mesra?
37 36. Jangan Pura-pura Lagi
38 37. Pernyataan Cinta
39 38. Galau Yang Mendalam
40 39. Camping Tahunan (Part 1)
41 40. Camping Tahunan (part 2)
42 41. Camping Tahunan (Part 3)
43 42. Perjalanan Pulang Dari Camping
44 43. Serius Atau Lepaskan
45 44. Benarkah Ini Cinta?
46 45. Rencana Usaha Terakhir
47 46. Membuntuti Lana
48 47. Laki-Laki Yang Bersama Lana
49 48. Mencoba Melepaskan
50 49. Peristiwa Tak Terduga (part 1)
51 50. Peristiwa Tak Terduga (Part 2)
52 51. Rumus Dunia
53 52. Menemukan Seseorang Yang Baru
54 53. Fitting Baju Pernikahan
55 54. Pertengkaran Pertama
56 55. Nasib Baju Pengantin
57 57. Persahabatan: Renggang dan Kembali Erat
58 58. Terbukanya Rahasia
59 59. Terus Mencarimu
60 60. Bertemu
61 61. Pertengkaran Hebat
62 62. Diary
63 Langkah Selanjutnya
64 Memberi tahu ibu Nathan
65 Kamu Nggak Nolak Lho...
66 Langkah Awal Misi Penyelamatan
67 67. 1 Kata Maaf
68 68. Mendatangi Calon Penghuni Pertama
69 69. Permintaan Ayah Dayu
70 70. Pindahan
71 71. Revolusi mental
72 72. USG
73 73. Shock
74 74. Ibu hamil yang tidak bahagia
75 75. Bukti Cinta
76 76. Lana Terlambat
77 77. Kelahiran
78 78. Saling Memaafkan
79 79. Pesta Perayaan (TAMAT)
80 PENGUMUMAN
81 PENGUMUMAN
82 novel baru: PENCARIAN CINTA CEO AROGAN
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Prolog
2
1.Dari Kelati Ke Koja
3
2. Bertemu Si Dokter Tampan
4
3.Dua Sejoli Yang Aneh
5
4.Takut Kutukan
6
5.Ketahuan
7
6.Senjata Makan Tuan
8
7.Ada Apa Dengan Si Bocah Tua
9
8.Ketahuan Lagi
10
9.Makan Di Mall
11
10. Dikerjain Lagi?
12
11.Bayi Dibuang
13
12.Happy Three Friends, The Three Musketeer atau Three Idiots?
14
13. Sharing Sharing Garing
15
14. Dilabrak Istri Dion?
16
15. Dikelilingi Kesedihan
17
16. Hati-hati, Aku Tetap Laki-laki
18
17. Siapa Soni?
19
18. Sura Menikah
20
19. Perhatian Lebih
21
20. Lana Sakit
22
21. Gede Rasa (GR)
23
22. Kabar Sedih Sekaligus Bahagia
24
23. Gerilya Syafira
25
24. Aku Bisa Obati Lukamu
26
25. Apa Status Kalian?
27
26. Cemburu Buta
28
27. Masih Cemburu
29
28. Marah-marah
30
29. Everybody's Down
31
30. Dion Di Mana?
32
31. Pulang Ke Koja
33
32. Ingin Romantis
34
33. Candle Light Dinner
35
34. Gagal Semua
36
35. Hubungan Tanpa Status? Teman Tapi Mesra?
37
36. Jangan Pura-pura Lagi
38
37. Pernyataan Cinta
39
38. Galau Yang Mendalam
40
39. Camping Tahunan (Part 1)
41
40. Camping Tahunan (part 2)
42
41. Camping Tahunan (Part 3)
43
42. Perjalanan Pulang Dari Camping
44
43. Serius Atau Lepaskan
45
44. Benarkah Ini Cinta?
46
45. Rencana Usaha Terakhir
47
46. Membuntuti Lana
48
47. Laki-Laki Yang Bersama Lana
49
48. Mencoba Melepaskan
50
49. Peristiwa Tak Terduga (part 1)
51
50. Peristiwa Tak Terduga (Part 2)
52
51. Rumus Dunia
53
52. Menemukan Seseorang Yang Baru
54
53. Fitting Baju Pernikahan
55
54. Pertengkaran Pertama
56
55. Nasib Baju Pengantin
57
57. Persahabatan: Renggang dan Kembali Erat
58
58. Terbukanya Rahasia
59
59. Terus Mencarimu
60
60. Bertemu
61
61. Pertengkaran Hebat
62
62. Diary
63
Langkah Selanjutnya
64
Memberi tahu ibu Nathan
65
Kamu Nggak Nolak Lho...
66
Langkah Awal Misi Penyelamatan
67
67. 1 Kata Maaf
68
68. Mendatangi Calon Penghuni Pertama
69
69. Permintaan Ayah Dayu
70
70. Pindahan
71
71. Revolusi mental
72
72. USG
73
73. Shock
74
74. Ibu hamil yang tidak bahagia
75
75. Bukti Cinta
76
76. Lana Terlambat
77
77. Kelahiran
78
78. Saling Memaafkan
79
79. Pesta Perayaan (TAMAT)
80
PENGUMUMAN
81
PENGUMUMAN
82
novel baru: PENCARIAN CINTA CEO AROGAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!