Warning!!
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya HIBURAN semata..
Urip iku terus mlaku, bebarengan karo wektu. sing bisa gawa lakumu, supaya apik nasibmu..( Hidup itu terus berjalan, bersamaan dengan waktu. yang bisa membawa tingkah lakumu, biar nasibmu baik..)
🙏🙏🙏🙏🙏
"Nduk, tolong antarkan rantang makanan ke baba di sawah.." tutur nyai sekar ayu hanindia ke anaknya.
"Baik, umi.." seru gadis cantik, anak dari nyai sekar ayu hanindia seraya menghampiri ibunya yang tengah merapihkan sajian makanan ke dalam rantang.
Dialah Nyai sekar ayu hanindia, atau biasa dipanggil nyai sekar. Nyai sekar ini adalah seorang dukun manten terkenal di desa terpencil yang masih melestarikan budaya adat istiadat kejawen, warisan leluhur tanah jawa.
Usianya yang menginjak usia setengah abad. Nyaris tak terlihat. Mengingat paras wajahnya yang masih ayu mempesona, bahkan tak terdapat sedikit kerutan di wajah ayunya, bentuk tubuhnya yang masih sintal bagai anak perawan, buah dada dan pinggulnya yang masih terlihat bahenol dan segar. Membuat siapapun terpesona.
Konon katanya wanita yang menyandang predikat dukun manten memang akan terlihat awet muda karena ilmu ma'rifat warisan leluhur tanah jawa yang memang dimilikinya.
Bahkan jika takdir usianya masih bertahan menginjak 70 tahun pun, masih akan tetap terlihat bak gadis remaja yang cantik nan jelita, Tanpa operasi medis.
Banyak wanita di desa itu yang syirik melihat kecantikan nyai sekar ayu yang terpancar maksimal, bahkan body yang sintal meski diusianya yang tidak muda lagi.
Itulah kenapa di desa terpencil tersebut banyak yang ingin mewarisi ilmu ma'rifat dukun manten seperti nyai sekar ayu hanindia. Karena ingin awet muda katanya.
Namun seyogyanya energi positif dari hati yang bersihlah yang mendominasi, hingga timbulnya pancaran aura wajah bahkan tubuh manusia terlihat mempesona.
Karena pemilik ilmu ma'rifat dukun manten ini harus mampu menyatukan jasmani,fikiran, batin serta tindakan menjadi satu unsur sehingga pancaran aura-aura yang dimiliki hati mulia akan terpancar dari dalam tubuh si pemiliknya.
Makanya tidak sembarangan orang bisa dan mampu mewarisi ilmu ma'rifat dukun manten tersebut.
"Sesampainya di sawah, sampaikan ke baba. Hari ini Umi pamit merias manten di desa sebelah ya nduk.." tukasnya lagi seraya menutup rantang makanan yang siap diantarkan.
"Memang umi belum sempat pamit ke baba sebelumnya??" Tanya anak gadisnya seraya mengernyit.
Nyai sekar ayu tersenyum simpul seraya memegang janggut anak gadisnya lembut.
"Sudah, nduk. Sekedar mengingatkan baba, kau kan tahu babamu itu pelupa.."
"Baik, umi. Akan aku sampaikan amanat umi ke baba.." sahut anak gadisnya patuh.
"Umi merias pengantin,bukannya pergi bersama mba Laela??" Sambung Fathin lagi.
Tok..tok..tok...
Suara ketukan pintu dari luar terdengar.
"Panjang umur, mba Laela yang sedang dibicarakan datang. Tolong bukakan pintu, nduk. Umi mau siap-siap dulu.." tukas nyai Sekar seraya berlalu masuk ke kamar
"Baik, umi.." tutur Fathina ayu ardani seraya melangkah menuju arah daun pintu khas jawa yang terkenal akan ukirannya yang indah.
Setelah pintu dibuka terlihat mba Laela tus Syifa berdiri sambil membawa beberapa helai janur kuning, beberapa helai daun pandan dan seplastik sedang bunga melati utuh. Sehingga aroma saat mba laela masuk harum semebak bunga melati dan daun pandan memenuhi seluruh ruangan seketika.
"Eh, mba Laela. Monggo pinara!!
(Eh, mba Laela. Silahkan masuk!!) Kebetulan umi tengah siap-siap di dalam.." sapa Fathin
Laela mengangguk sopan seraya tersenyum dan melangkah masuk, perangai mba laela yang sopan nan anggun khas wanita jawa terpancar pada dirinya dalam bersikap.
"Mba laela, Monggo lungguh riyin!!
(Mba laela silahkan duduk dulu!!)" tutur Fathin seraya menudingkan ibu jarinya ke arah kursi ruang tamu, gaya sopan khas tanah jawa.
"Matur nuwun sanget, nduk.."
(Terimakasih banyak, nduk..) sahut mba Laela seraya duduk di kursi ukir khas kediaman nyai sekar.
Nduk itu sebutan halus untuk anak perempuan.
"Mba laela, aku ke dalam dulu. Buatkan minuman untuk mba laela.." tutur fathin ramah tamah.
"Mboten repot-repot toh, nduk. Mba laela cuma sebentar.." sahut mba laela
"Mboten repot mba, cuma minuman.." tutur fathin seraya tersenyum sambil melangkah ke dapur membuatkan teh manis hangat untuk mba laela.
Dialah mba Laela tus Syifa. Beliau adalah orang kepercayaan nyai sekar. Beliau sudah bekerja mendampingi nyai sekar, merias manten sejak 8 tahun lalu.
Saat itu usia mba laela masih berusia 19 tahun namun ditinggal mati suaminya saat usia pernikahan mba laela masih seumur jagung berjalan.
Suami mba Laela merantau ke laut selatan. Beliau meninggal terseret arus laut saat mencari ikan. Sehingga mba laela menyandang status janda kembang di usianya yang masih belia.
Di desa terpencil itu, status janda amatlah tabu bahkan dianggap aib bagi seluruh warga desa. Itulah kenapa pada saat itu mba laela hampir diusir paksa oleh warga tersebut karena takut para suami tergoda akan kemolekan dan keayuan mempesona janda kembang seperti mba laela tus Syifa.
Laela tus syifa pindah ke rumah suaminya sejak menikah, Namun sejak kematian suaminya, mba Laela bingung harus menjalani hidup seperti apa.
Keluarga suaminya bahkan mengucilkannya. Ibu mertuanya juga takut jika suaminya tergoda akan menantunya yang aduhai tersebut. Maklum status janda kembang cantik nan bahenol mampu membuat pria di desa itu khilap.
Nyai sekar ayu hanindia.. Sang Dukun manten
Laela tus syifa sang Janda kembang, Asisten atau orang kepercayaan SANG DUKUN MANTEN.
Kalau jandanya begini, kaum Adam bisa tidak berani kedip.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Nur Cahyani
janda begitu cantik kok dikucilkan
2024-08-15
0
🔻⭐™❌-hugo bless⭐🔹
visual nya mbak lealanya kok macem ibu habis nyusui bayi gitu thor... apa gak ibu2 d desa tersebut pd takut suaminya kepincut janda krmbang. kalau gitu modelnya. 😁😁
2022-05-29
0
estycatwoman
saran aja Thor cari visualissi eanita jea yg cantik alami jgn yg blastern gini kurang gmn gtu ,misal kyk kinaryosih nywani bnget dia tu kulit kuning lngsat ago bisa cmot film2 jmn kerajaan gtu kyk angling dharma ,thanks
2021-07-24
0