Kebersamaan
"apakah mencintaimu itu sebuah kesalahan? kau selalu mencampakanku seperti ini , kau fikir aku ini apa? aku bukan malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu, aku manusia dan aku punya emosi, jangan memaksaku untuk melakukan kejahatan demi mendapatkan dirimu" oceh Resya mulai memikirkan hal hal tidak baik
-
-
-
...****************...
"Aduuh...Sakit sekali" pagi ini, Melody sudah meringis kesakitan diatas ranjangnya. badannya terasa pegal pegal dan sulit digerakan, area intimnya terasa nyeri dan ngilu, dia tidak ingat kapan permainan diatas ranjang itu berakhir.
Matanya mengerling melihat sekitar, ternyata dia sudah ada dikamarnya, Ada setumpuk uang dan sebungkus pil anti hamil diatas meja yang ada disampingnya.
"kakak kau pasti sedih melihat adikmu seperti ini" ucapnya begitu menyedihkan.
20 menit kemudian, Melody sudah berseragam rapi dan berjalan menuju meja makan. Menyaksikan pamannya yang sudah menghabiskan semangkuk sayur.
"paman, ini uang hasil semalam!" ucapnya sambil menyimpan setumpuk uang itu diatas meja.
"bagus, jadilah penurut seperti ini kalau kau tetap ingin bahagia" senyumnya.
Melody tersenyum pahit. "bahagiaku hanya untuk orang lain paman"
ucapannya itu membuat Sandy ambigu, namun setelah beberapa saat dia mengacak puncak rambut gadis musim semi itu pelan.
"anak baik" senyumnya
diapun segera bergegas dan pergi ke sekolah, Melody tidak suka berdesakan didalam bus, jadi dia menggunakan sepeda saja supaya ramah lingkungan.
20 menit kemudian diapun sampai disekolah dan langsung disapa hangat oleh teman teman barunya.
"apa kau tidak takut terlambat? menggunakan sepeda itu tidak secepat menggunakan motor, kalau kau mau, kita bisa berangkat bersama ke sekolah menggunakan motorku" jelas Aril begitu Melody duduk disampinganya.
"terima kasih, tapi itu tidak perlu" Melody mengalihkan pandangannya pada Glan dan juga Resya yang ada disampingnya.
Glan memaksa Resya untuk bertukar tempat dengan Melody selang sehari saja, awalnya Resya tidak setuju, tapi pada akhirnya dengan terpaksa dia mau bertukar tempat duduk dengan Melody.
"Kenapa? Sepertinya sekarang yang tidak mau jauh dariku itu kau" senyum Melody begitu ia mendaratkan bokongnya dikursi sebelah Glan.
Glan hanya tersenyum tipis, dia mulai mengulurkan tangannyanya dan menggenggam erat lengan Melody, Hangat!, sensasinya sungguh berbeda . Tidak seperti dulu yang hanya peluk cium hampa.
"Kenapa jantungku berdetak seperti ini?" gumamnya pelan, sementara Glan yang masih bisa mendengarnya hanya terkekeh.
"detak jantungmu akan berpacu lebih cepat saat cinta sudah masuk ke dalam hatimu"
baru saja Melody akan membuka mulutnya untuk kembali bertanya, Bel sekolah sudah berdering dengan nyaring.
jam masuk, jam istirahat, kadang jam kosong, kemudian jam pulang, begitulah siklus kehidupan disekolah,
Selepas pulang sekolah kali ini, Glan memaksa Melody untuk memanjat pohon besar di tepi sungai. Mengingat momen bagaimana dulu mereka memanjat dengan lihai, memetik buah yang ada diatas pohon dan berbagi. Namun lagi lagi kali ini suasananya terasa berbeda.
"memanjatlah!" titah Glan yang sudah berdiri disalah aatu batang pohon besar.
"Aku tidak bisa!" teriaknya sambil menengadahkan wajahnya.
"kau lebih ahli memanjat dibanding diriku!"
"itu dulu"
"sekarang kenapa tidak?"
"karna sudah lama aku tidak memanjat, jadi lupa caranya"
"naik saja, aku akan memegang tanganmu!"
Perlahan, Melody pun mulai menaikan kaki mulusnya dan memanjat, kakinya bergetar hebat saat dia sudah hampir tiba.
"ulurkan tanganmu!" ucapnya sambil menyodorkan telapak tangan kearah Melody.
"Astaga, sudah lama sekali, aku mereasa takut, tolong aku!" rengeknya begitu mencengkram kuat dahan yang sedang ia pegang.
"kau tidak akan jatuh, aku akan menangkapmu, aku janji!" Glan bersuara begitu lembut kali ini, diapun segera mengulurkan tangannya dan meraih tangan Glan.
Dengan susah payah, Melody berhasil duduk dibatang pohon sebelahnya. Dia langsung saja menarik kerah baju Glan dan memeluknya dengan bahu yang bergetar. Matanya terpejam kuat.
"buka matamu!"
Melody menggelangkan kepalanya kuat kuat
"aku tidak mau!"
"Pelan pelan saja!"
Sesuai intruksinya, perlahan Melody mulai membuka matanya dan langsung melihat senyum indah yang terpancar diwajah pria tampan itu. Membuat jantungnya berdetak kencang. Bahkan dia sendiri bisa mendengar debaran jantungnya.
"aku bisa dengar detak jantungku sendiri, apa kau juga dengar?" tanyanya polos.
"aku dengar!" Glan mengelus poni rambut Melody dan memberi kecupan hangat di dahinya.
"ish jangan lakukan itu!" Melody bermaksud menjauhkan diri sebelum wajahnya memanas karna malu, namun apalah daya, dia malah semakin merapatkan tubuhnya saat melihat ketinggian dibawah sana.
Hening!
tak ada lagi percakapan diantara mereka, hanya terdengar hembusan angin yang menerpa telinga dan suara air beriak. Benar benar menenangkan Hati dan dan fikiran.
"ayo kita pulang!" ajaknya setelah beberapa lama menikmati suasana.
"aku tidak bisa turun!"
"pegang tanganku!" ucapnya sambil mengulurkan tangan.
"tidak mau, kau saja turun duluan!"
Glan segera turun dari pohon dan kembali meneriaki Melody. "ayo!"
Namun gadis itu kembali memekik ketakutan "aku tidak mau!"
"lompat saja, aku akan menangkapmu!" seru Glan mulai kesal.
"janji ya!"
"aku janji!"
BRUK!
Glan segera menangkap gadis itu yang kini memejamkan matanya.
"buka matamu!"
Perlahan Melody membuka matanya dan kembali mendapati wajah tampan itu, dia mengalungkan tangannya dileher Glan dan membenamkan wajahnya ditengkuk pria itu.
"dasar manja!" ucapnya langsung saja segera pulang.
...****************...
Begitu tiba di rumah, Glan langsung saja memperkenalkan Melody kembali pada sang kakak, membuatnya sangat terkejut dan tidak percaya.
"Melody? kau kah itu?" tanyanya tidak percaya
Melody tersenyum senang karna Gray langsung mengenalinya.
"Astaga, kau semakin cantik saja" Gray menciumi seluruh wajahnya dengan gemas, seperti seorang ayah yang baru bertemu anaknya.
"apa kau masih suka kembang gula? atau boneka baebie?" lanjutnya sambil memeluk Melody berkali kali
"kakak aku bukan anak kecil lagi!" dengusnya begitu lepas dari pelukan Gray.
"Aaaa, bahkan suaramu masih sangat manis!" cengirnya kembali memeluk dan menciumi Melody tanpa henti. Membuat gadis musim itu pasrah saja dengan perlakuan pria berusia 28 tahun dihadapannya.
ini bukan hal pertama, dari dulu Gray memang selalu bersikap seperti itu , sampai Glan merasa cemburu dan kesal pada kakaknya, bahkan dia akan marah berminggu minggu padanya.
Namun kali ini, Glan tidak tinggal diam, dia menarik Melody kedalam pelukannya.
"jangan sentuh dia!" tegasnya dengan sorot mata tajam
"ahahah rupanya kau sudab berani merebutnya dariku!" tawanya terlihat bahagia.
dia senang dapat melihat adiknya bahagia, senyumnya sudah kembali. Dan dalam kesempatan itu, Melody meminta maaf kepada mereka atas apa yang terjadi sebelumnya. harapan bersatunya kembali mereka adalah sebuah "kebahagiaan"
"maaf mengganggu, makanan sudah siap!" Resya yang dari tadi merasa kesal melihat momen kedua adik kakak bersama seorang gadis yang tak disukainya itu.
mereka berkumpul dimeja makan dan menikmati makanan buatan Resya, sementara orang yang menyajikan masakannya itu hanya diam tak berselera
"Resya, ada apa?" tanya Gray menbuat perhatian jadi tertuju padanya.
"aku mau pulang, permisi" ucapnya datar lalu dia melenggang pergi.
Gray masih menatap kepergian gadis itu, fikirannya melayang kemana mana. Dia bertemu dengan Resya saat mengunjungi teman kantor ayahnya, karna wajahnya yang sekilat terlihat mirip dengan Melody, dia memohon pada Resya untuk mau mengenal adiknya. Dan malam itu Gray memperkenalkan Glan pada Resya, Tapi Glan tidak merespon apapun. Sementara Resya sudah mengatakan kalau dia menyukainya seja itu juga.
Gray sudah mengira kalau Melody tidak akab kembali, tapi sekarang keadaannya berubah.dia takut masalah akan timbul diantara persahabatan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Soraya
apa di kluarga Alga tdk ada Art nya knp Resya yg masak dn mengepel
2024-05-04
0
Marlina Permata
miris, thor.....cerita tentang kehidupan melody...
2023-12-20
1
Surabaya Honda
Good interesting 👍
2023-11-11
0