Itukah dia
Matahari terbit diufuk timur, cahayanya memberikan sejuta kehangatan pada makhluk yang ada di bumi.
"adik, ayo cepat bangun, kau tidak boleh terlambat!" sahut Gray sambil menarik selimut yang membungkus tubuhnya.
"hm" sahutnya langsung terbangun dan duduk diranjang, menggaruk garuk tengkuknya yang tidak gatal.
"aku akan pergi kekantor, sudah kusiapkan sarapan diatas meja, cepatlah nanti keburu dingin" ucapnya lalu pergi. Yah, semenjak kepergian orang tuanya, Gray yang meneruskan perusahaan milik ayahnya. Kelak, setelah Glan lulus kuliah, dia juga akan bekerja diperusahaan kakaknya itu.
Disisi lain, Melody sedang asyik sarapan bersama pamannya.
"Ini!" Sandy tiba tiba memberinya secarik kertas, berisikan tiga nomor angka yang membuat Melody langsung mengerti apa maksudnya.
"Hotel X, pukul 10, mengerti?"
"bisakah aku berhenti melakukannya? Berapa banyak anak yang harus aku gugurkan?" Melody berucap lirih, karna tidak semua yang dia layani mau memakai pengaman. Sehingga harus menyebabkan dirinya hamil, dan beberapa kali menggungurkan janin tak berdosa dirahimnya.
"bisa saja, tapi jangan menyesal kalau setelah itu hidupmu akan jauh lebih menderita, bahkan aku bisa saja membuatmu mati dalam kenikmatan" Sandy tersenyum penuh maksud. "sebaiknya kau menurut saja, mengerti?
"Baik paman!"
"Anak baik!" dia mengelus rambutnya pelan.
Melody tersenyum hambar, lalu pergi ke kamarnya, menatap dirinya dicermin dan mulai menangis, entah sudah berapa banyak lelaki yang menjamah tubuhnya. Melody sendiri mengakui kecantikannya, Namun sayang, mahkotanya sudah jatuh. Kecantikannya sudah tidak berarti, sangat hampa dan menjijikan. Bahkan ia adalah pendosa besar, Yang tidak akan pernah bisa dimaafkan, hanya mengharapkan secercah kebahagiaan dalam hidupnya.
Melody mengangkat tangannya dan melihat gelang hitam yang ia pakai. "ingat atau tidak, bertemu lagi atau tidak, jelas namamu tidak akan pernah kulupakan, bahkan jika takdir mempertemukan kita lagi, aku pasti langsung mengenali dirimu, Alga" senyumnya dengan mata yang sudah basah karna air mata. Lalu dia melepas gelang itu dari tangannya. Akan sangat memalukan kalau suatu saat mereka bertemu, Sementara Melody yakin, jika Dia pasti bahagia bersama kehidupan barunya. Mungkin...
Perpisahan tanpa kata itu amatlah menyakitkan, padahal malam itu Melody sudah siap untuk pergi menghadiri pesta ulang tahun Glan, tapi tiba tiba sana ia mendapat kabar bahwa kakaknya kecelakaan dan segera dilarikan ke rumah sakit, namun sayang, nyawanya tidak tertolong dan dia meninggal dunia. tidak tahu apa yang terjadi pamannya langsung membawanya keluar kota.
******
20 menit kemudian, Glan tiba disekolah . Dia segera turun dari mobil sport merahnya dengan penuh pesona. Sosok tampan itu selalu jadi pusat perhatian banyak siswa, termasuk para gadis. tubuhnya yang eksotis, dan wajah dinginnya yang berkarisma itu tak cukup mendeskripsikan ketampanannya.
Glan berjalan gontai menuju kelas tanpa mempedulikan orang orang yang menyapanya. Tapi justru sikapnya yang dingin itulah dia semakin digilai para wanita.
BRUK!
Tak sengaja seorang gadis menabraknya hingga dia hampir terjatuh. Dengan sigap, dia menarik pinggang gadis itu agar lebih merapat padanya, sampai hidung mereka bersentuhan.
kini pandangan mereka bertemu, bola mata biru secerah langit itu seperti sudah tak asing lagi baginya, rambut panjang yang bergelombang, pipinya yang tirus, dan bibir semerah cery yang sangat ia kenali itu.
"ah maaf" ucap gadis itu yang tak lain adalah Melody, Ia segera menjauhkan dirinya.
"apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Melody begitu menyadari sesuatu, seperti pernah melihatnya, tapi entah dimana, ia jadi merasa dejavu.
Glan diam terpaku, lalu pandangannya beralih ke pergelangan tangan Melody, namun dia tidak melihat gelang hitam yang dipakainya, Konyol jika dirinya berfikir itu Melody, walau hatinya merasa sangat yakin.
"emm...baiklah aku harus pergi, semoga kita bertemu lagi nanti, daah" senyumnya lalu berlari.
Glan masih diam mematung memandangi kepergian Melody, jantungnya mulai berdebar dan dadanya terasa sesak.
"Glan!" Tegur seseorang sambil menepuk pundaknya
Sontak, Glan langsung menoleh dan mendapati Resya yang sedang tersenyum menatapnya.
"ayo kita masuk kelas!" ajaknya langsung mendapat anggukan kecil dari Glan.
setibanya dikelas, para siswa heboh menghosipkan kedatangan murid baru yang sangat cantik dikelas mereka.
"ada apa? kenapa ribut ribut?" tanya Resya kepada Aril yang hanya duduk tenang dikursinya, karna dia sudah sangat yakin kalau dia akan sekelas dengan teman barunya kemarin.
"akan ada murid baru dikelas ini, dia sangat cantik" senyumnya.
baru saja Resya akan bertanya lagi, bel tanda masuk sudah berbunyi dan mereka duduk dengan rapi dikursi masing masing.
seorang guru cantik berperawakan mulus bak model masuk kelas dengan dibuntuti seorang siswi yang tak kalah cantik.
"selamat pagi anak anak, kita kedatangan murid baru hari ini, silahkab perkenalan dirimu" senyum bu guru cantik itu.
"halo semua, namaku Melody Alexandria, tapi kalian boleh memanggilku Alexa, salam kenal, semoga kita bisa berteman baik" senyumnya begitu ramah.
Glan tersentak mendengar namanya, terngata benar, dia memang sahabat masa kecilnya. jantungnya terasa berhenti berdetak, namun setelah itu berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya.
"silahkan pilih tempat dudukmu!"
ucap guru cantik itu, karna ada beberapa kursi yang kosong.
Melody memutar mata indahnya mencari tempat yang cocok, matanya pun menangkap sosok pria yang ditabraknya tadi. Melody tersenyum kearahnya dan berniat duduk di sebelahnya meski ada Resya, dia bisa meminta bertukar tempat pada guru.
"hey, disini!" sahut Aril berteriak kecil.
Melody semakin merekahkan senyumnya saat melihat Aril, dia langsung saja memutuskan untuk duduk disampingnya. Setidaknya mereka sudah saling mengenal.
"kita bertemu lagi, dan kita satu kelas, ini bukan suatu kebetulan bukan?" tanya Melody begitu mendaratkan bokongnya di kursi.
"tidak, ini sebuah keberuntungan" sahut Aril merasa senang.
Glan melirik kearah samping dan menatap Melody yang hanya setengah Meter dari arah kursinya, ini bagai mimpi, tapi setelah mencubit lengannya sendiri, dia tau kalau ini nyata adanya.
Waktu terus bergulir sampai jam istirahat tiba. Meja Melody langsung dipenuhi para siswa yang ingin berkenalan dengannya. Dan dengan senang hati mereka menerima mereka semua sebagai temannya.
sampai keadaan kelas sekarang mulai sepi karna sebagian siswa keluar menuju kantin.
Melody melirik kesamping dan mendapati Glan yang sedang memandanginya. Diapun tersenyum dan melambaikan tangannya. "kita bertemu lagi"
"kau tidak berubah, masih sangat manis dan manja" batinnya
"Glan ayo kekantin!" ajak Resya.
Mendengar nama itu dipanggil, Melody cukup terkejut dan langsung menghampiri meja mereka.
"apa katamu tadi? Glan? Glan Algalasta? itu namamu?" tanyanya tidak percaya. Matanya sudah berkaca kaca menatap Onyx gelap lelaki itu.
"kau mengenalnya?" tanya Resya heran.
Melody hanya terdiam dan masih menatap Glan yang juga menatapnya. Itu dia sosok yang dilupakannya sejenak, sahabat masa kecilnya.
"Melody!" panggilnya dengan suara bergetar. Dia sudah sangat merindukan semua tentang gadis itu.
Melody menggelang kuat kuat dan melangkah mundur. "Tidak, ini tidak mungkin, aku pasti bermimpi berada dimana aku sekarang?" ucapnya semakin melangkah mundur dan meninggalkan mereka.
"alexa!" ucap Aril tidak mengerti
"kenapa dia?" tanya Resya yang juga merasa heran.
Glan langsung saja pergi mengejar Melody, membuat kedua temannya semakin keheranan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Resti Yuliani
owhhh ternyata benar ya menjual diri gegara d paksa pamannya....pas baca episode sebelumnya, aku berharap boongan. ternyata beneran
2024-02-05
1
玫瑰
Wah.. bertemu lagi
2022-05-29
2
Santý
oh ketemy lg deh semanfat
2022-05-13
2