Kembalinya persahabatan
"setelah sekian lama, sepuluh tahun...dia masih mengingatku? tidak tidak, ini tidak mungkin apa kata dia kalau aku pergi meninggalkannya tanpa alasan? dia pasti sangat membenciku" oceh Melody, saat ini dia sedang berada di gudang penyimpanan barang barang rusak. Hatinya gelisah, otaknya berfikir keras, tangannya dingin, amat gugup dan tidak percaya.
Glan berhasil mengikuti jejak Melody, dan segera membuka pintu gudang.
"Melody!" panggilnya.
"Alga..." ucapnya lirih.
Ah, rasanya senang sekali dapat mendengar panggilan kesayangannya itu.
"kita...Bertemu lagi? kufikir setelah 10 tahun berlalu kau sudah melupakanku" ucapnya begitu menggebu gebu
"kau selalu ada dalam benakku" Kini yang dia lihat bukan lagi ilusi dan kenangan.
"sungguh? kau tidak berbohong? kau tidak membenciku karna aku meninggalkanmu? apakah aku bisa mempercayainya?" tanyanya berbondong bondong.
Glan tersenyum dan melangkah lebih dekat lalu menarik Melody kedalam pelukannya.
"aku merindukanmu" bisiknya begitu dekat ketelinga Melody, sampai deru nafasnya terasa dan membuatnya geli.
"aku juga..."
Nafasnya sesak, Rasa rindu ini, membuat tubuhnya lemas, Melody semakin mengeratkan pelukannya, jika tidak, ia akan ambruk, jatuh dan menangis lagi.
Hening!
Tak ada lagi percakapan diantara mereka, hanya terdengar isak tangis kerinduan. Entah sudah berapa banyak rindu yang membelenggu dihati mereka, tapi perlahan, rindu itu mulai pudar dengan dekapan hangat persahabatan.
*******
bel terakhir yang sudah ditunggu para siswa akhirnya berbunyi, sebagian banyak siswa langsung saja berdesakan di gerbang sekolah untuk segera pulanh.
sementara ke 4 anak manusia itu masih ada didalam kelas menunggu sekolahan sepi.
"ngomong ngomong, tadi itu kau kenapa?" tanya Aril penasaran.
Melody mengangkat satu alisnya dan mengingat kalau dia tadi pergi seperti orang linglung. "aku pernah bilang kalau sepuluh tahun lalu aku punya sahabat, dan dialah orangnya, makannya tadi aku terkejut, hehe" cengirnya
Aril tidak terlalu terkejut mendengar penjelasannya, dia hanya ber "oh" bulat saja. Lain hal dengan Resya, dia sangatlah terkejut. rasa penasaran soal masa lalu Glan mulai terjawab satu persatu.
"sepuluh tahun lalu?" tanya Resya meyakinkan.
"iya, apa kau juga teman dekatnya?"
Resya terdiam dan pandangannya beralih kearah Glan, Teman? dia tidak yakin kalau Glan menganggapnya teman.
"iya"
satu kata yang terucap dari mulut lelaki dingin itu membuat Resya sedikit senang, dia tersenyum kearahnya.
"bagaimana kalau sekarang kita ber 4 mulai berteman dekat?" Tanya Aril langsung saja diangguki mereka. Namun ada kejanggalan dalam hati Resya, Meskipun Melody cantik dan baik, namun dia tidak terlalu menyukainya.
"yasudah kalau begitu, aku pulang duluan ya, sampai jumpa teman teman" pamitnya langsung saja pergi.
"ayo, ikut denganku!" Glan menggenggam erat lengan Melody dan membawanya pergi tanpa mempedulikan Resya.
"dua tahun aku berusaha keras untuk menjadi temannya, tapi belum juga sehari kau sudah menguasai hatinya, itu tidak adil" Geram Resya sambil mengepalkan tangannya penuh emosi.
Sinar matahari sore ini masih terasa terik, tidak aneh karna sekarang sudah memasuki musim panas.
Glan membawa Melody ke sebuah taman kota tempat mereka dulu sering menikmati senja, mereka duduk di sebuah bangku taman bercat putih.
"tempat ini jadi aneh ya" ucapnya sambil melihat bangunan pencakara langit yang dulu tidak pernah ia lihat. Lalu pandangannya beralih pada kendaraan yang lalu lalalng dijalan raya. melihat beberapa pedagang di kios tepi jalan raya, namun Melody tak menemukan paman penjual kembang gula yang menjadi pavoritnya itu.
"kemana paman penjual kembang gula itu?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.
"dia sudah lama meninggal"
Melody langsung menundukan kepalanya, banyak sekali kenangan masa kecilnya disini, tapi rasanya semua orang sudah pergi bersama masa lalunya.
"apa kau ingat? dulu aku sering memaksamu untuk membelikan kembang gula pavoritku disana, kalau kau tidak mau, maka aku tidak akan bicara lagi padamu"
Merekapun terkekh pelan, Namun Glan baru menyadari sesuatu, pasti gadis itu mengalami banyak perubahan setelah kepergian kakaknya.
"bagaimana kabarmu?" tanyanga sambil menatap Melody penuh arti.
Melody mengangkat sudut bibirnya ke atas, memperlihatkan senyum yang sulit diartikan. "seperti yang kau lihat!" ucapnya tak bisa menyembunyikan kikuknya. "dan kau? apa orang tuamu juga baik baik saja? aku sangat merindukan nereka" lanjutnya.
Yah, Glan juga merindukannya.
"merema sudah tiada saat kau pergi menghilang" ucapnya begitu mendalam.
Melody terkejut bukan main, berarti selama ini dia mengalami hal yang sama. Takdir terlalu kejam untuk memaksa mereka dewasa.
"takdir kita benar benar menyakitkan, saat seseorang yang kita cintai pergi, rasanya disini sakit sekali, apa itu yang dinamakan sakit hati?" tanya Melody sambil meletakan tangan di dadanya.
Glan tersenyum hambar, sakit hati? lebih dari itu.
"Ahh....Berbicara soal masa lalu, kenapa tidak bahas masa depan saja...o ya, aku mau bilang, kalau kau semakin tampan saja" ucapnya mencoba mencairkan suasana canggung ini.
Glan tersenyum tipis, sepertinya warna dalam dirinya sudah kembali.
"apa yang kau sukai dari diriku yang sekarang?" Melody berdiri dan memutar tubuh idealnya dihadapan Glan.
"semuanya" Glan tersenyum dengan tulus, sampai membuat pipi gadis musim semi itu terasa panas dan bersemu merah seperti tomat.
"Untuk pertama kalinya, wajahku memanas!" tuturnya tampak heran.
Glan terkekh pelan, gadis itu bebar benar masih sangat polos.
"artinya kau merasa malu, tapi senang" jawabnya seadanya saja.
"benar juga, ternyata kau tetap Alga-ku yang pintar" cengirnya sambil mengacungkan kedua ibu jari.
Lagi lagi Glan terkekeh, bukan Alga yang pintar, tapi Melody yang polos.
dibalik keasyikan mereka, sepasang mata sedang menperhatikan merek dengan tatapan tidak suka, siapa lagi kalau bukan Resya.
"kau mau kembali ke rumahku kan?" tanyanya penuh harap.
Melody menundukan kepalanya dalam, "tidak sekarang, aku harus pergi, sampai jumpa!" ucapnya lalu berlari meninggalkan Glan yang termenung menatap kepergiannya
"ada yang berbeda" gumamnya sambil memandangi kepergian Melody yang perlahan hilang dari pandangan.
##
Glan pulang kerumah dengan hati yang sedikit tenang, dia tidak perlu mengenang masa lalunya dengan pergi kebukit. Meskipun kebahagiaan tidak kembali sepenuhnya, setidaknya akan ada banyak warna yang mewarnai hidupnya.
"kau?" kagetnya saat melihat Resya sedang mengepel lantai.
"emm...tadi kakakmu menelponku, katanya dia kerja lembur, kemungkinan besar dia akan pulang besok pagi, jadi dia menyerahkan semuanya padaku" jelas Resya membuat Glan ambigu.
Menyerahkan semuanya? yah, semuanya. Gray adalah alasan Resya untuk dapat keluar masuk rumah sesuka hatinya. Dia selalu bilang tidak mau membuat adiknya bersedih dan ingin dia melupakan masa lalunya. Mungkin dengan menghadirkan Resya dalam hidupnya, Glan akan melupakan Melody.
tapi sekarang Glan menyanggah hal itu, sahabatnya sudah kembali membawa cintanya,
"emm...anak baru itu, apakah dia yang menbuatmu bersedih selama sepuluh tahun ini?" tanya Resya terdengar sebagai pertanyaan mengingatkan kalau gadis itulah yang membuatnya tersiksa selama itu.
Glan duduk disofa dan melepas sepatunya. "semua sudah berubah"
cih, bahkan baru kali ini dia mau basa basi dengannya, biasanya manusia dingin itu akan langsung pergi.
"semuanya memang berubah, dan sekalipun dia kembali tapi pasti akan ada yang berbeda"
ucapan Resya cukup membuatnya tersinggung "kau benar" ucapnya lalu berjalan menaiki tanggan menuju kamarnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
玫瑰
Seiring pertambahan usia, pasti ada berubah. Baik penampilan mahu pun sikap.
2022-05-29
3
Santý
musuh dlm selimut gkan hati2
2022-05-13
4
kai
boleh gk thor...aku santet raesya
2022-05-12
2