Penerbangan dari Texas, Austin ke Langley, Virginia nyatanya tak membuat Chelsea lelah. Dia tiba sekitar pukul 11 malam di Bandara Nasional Ronald Reagan Washington.
Kantor CIA sepi di malam hari, tapi itu dari luar. Nyatanya, masih banyak staf dan petugas yang masih bekerja. Langkah kaki Chelsea membawanya ke ruang kerja Elena yang masih terang benderang, menandakan bahwa orang-orang di dalamnya masih belum ada di rumah.
Elena tersenyum ramah melihat Chelsea masuk ke kamar. Sudah tiga tahun mereka menjadi pasangan yang cocok karena sifat mereka yang mirip. Keberhasilan setiap misi Chelsea pasti memiliki orang-orang di belakangnya, dan salah satunya adalah Elena.
Elena, agent di bawah Departemen Freya yaitu Divisi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selalu menyediakan setiap senjata yang diminta Chelsea dan memodifikasi benda sehari-hari agar memiliki fungsi tambahan.
"Apa yang kau butuhkan?" Elena bertanya tanpa basa-basi ketika dia melihat Chelsea berdiri tepat di depan mejanya.
Chelsea meletakkan kantung kain di atas meja yang berisi pistol Weida Weiheng. Elena mengambil dan memperhatikan pistol itu dengan cermat saat dia membalikkannya.
"Pistol itu memiliki identifikasi sidik jari. Aku tidak bisa menggunakannya, jadi ku bawa ke sini." Chelsea mengetukkan jari telunjuknya di atas meja.
"Aku yakin tidak sesederhana itu." Elena melipat tangannya di atas meja sambil menatap Chelsea.
"Alasan yang sama membuat ini terlalu rumit untuk kau ketahui." jawaban Chelsea sederhana namun mampu membuat Elena tak mau ikut campur.
"Yah aku tidak bisa menjelaskan tentang ini tapi yang pasti, peluru di dalamnya adalah peluru tajam yang bahkan bisa menembus rompi anti peluru." Elena menjelaskan.
"Lalu bagaimana dengan sensor sidik jarinya?" Chelsea menatap ujung pistol.
"Kenapa kau harus bertanya padaku? Tuan Ford menciptakan divisi baru yang menyediakan analisis senjata, kan? Tanya saja mereka." Elena menjawab, teringat pada divisi baru yang dibuat oleh Ford yaitu Departemen Investigasi dan Analisis Senjata.
"Kenapa kau tidak bilang dari tadi." Chelsea langsung keluar dari ruangan Elena ke Divisi Investigasi dan Analisis Senjata.
Elena menggeleng pelan melihat Chelsea bisa melupakan Divisi yang dibentuk 2 tahun lalu.
Chelsea tiba di sebuah ruangan yang cukup unik. Ada banyak meja dan kursi dengan peralatannya masing-masing. Orang-orang di divisi ini lebih sibuk dari biasanya. Mereka terlihat sedang memeriksa dan menguji senjata di papan target di dinding ruangan sebelah kanan.
Chelsea mendekati salah satu meja, dia meletakkan pistol di atasnya sambil duduk setelah menarik salah satu kursi lainnya.
"Apa yang bisa ku lakukan untukmu?" seseorang bertanya saat Chelsea duduk di seberangnya.
"Peluru dan senjata ini. Cari tahu fungsi tambahan apa yang ada di sana dan yang terpenting pelurunya." Chelsea menunjukkan gagang pistol dan peluru yang telah dia keluarkan.
Petugas itu mengangguk dan mulai melakukan pekerjaannya. Tidak ada alasan baginya untuk tidak mengikuti keinginan Chelsea, salah satu agen senior dan yang bisa disebut sebagai As CIA.
Jam menunjukkan pukul 12 siang saat Chelsea mendapat hasil dari Divisi Investigasi Senjata. Menarik sudut bibirnya saat dia berjalan, Chelsea melangkah ke ruangan Chief nya, Myra yang kebetulan ada Alice, seorang agen di bawah Departemen Myra untuk pengumpulan informasi.
"Mengapa kau tidak mengirimkan laporan mu?" Myra memprotes ketika Chelsea tidak memberikan laporan apapun setelah mengincar Weida di Texas.
"Karena tidak ada yang bisa ku laporkan sebelum aku mendapatkan ini." Chelsea mengangkat klip plastik berisi peluru dan kertas.
"Aku yakin kau punya penjelasan." Myra melirik kursi di sebelah Alice, meminta Chelsea untuk duduk.
“Peluru dari pistol yang ku temukan di kamar Weida bukanlah peluru biasa. Peluru ini bisa menembus rompi anti peluru bahkan melubangi dinding. Karena itulah agen kita yang di bunuh langsung mati meski hanya satu peluru yang menempel di jantungnya." Chelsea menjelaskan, mengeluarkan peluru dari klip plastik itu.
"Richenle Company." narasi Alice menarik perhatian Chelsea dan Myra ke arahnya.
"Richenle?" Chelsea mengulangi.
“Ya, perusahaan pemasok senjata legal terbesar Amerika Serikat yang telah merambah ke berbagai Negara. Mereka menjual kebutuhan tempur berupa senjata, bom, atau kendaraan kepada pemerintah Amerika yang didistribusikan ke seluruh Negeri. Perlu kau ketahui bahwa CIA juga membeli senjata dari mereka ... " Alice menyahut sambil melihat ke bagian peluru yang bertuliskan nama Richenle Company.
"Ini akan menjadi sangat rumit. Weida adalah anggota mafia Jepang yang bertugas membunuh agen kita Roy. Roy berbakat dalam mencari informasi tentang pemerintah asing. Jika dia berhasil mencium organisasi mafia, maka tentu saja pemerintah tidak akan tinggal diam." Chelsea menggelengkan kepalanya dengan ringan.
"Pertanyaannya, bagaimana mereka bisa membeli senjata seperti pistol dengan sistem sidik jari di Richenle Company? Tidak sembarang orang mampu membeli senjata mereka. Khususnya untuk kelompok organisasi pemberontakan." Myra meletakkan kertas yang berisi analisis tentang senjata yang dibawa Chelsea.
"Itulah yang membuat semua ini tidak sederhana. Yang ku tahu mereka hanya membeli peluru tapi tidak pistolnya." balas Chelsea yang tentunya mengundang tanda tanya.
“Richenle Company, perusahaan pemasok senjata terbesar, tentu tidak akan membuat senjata sidik jari hanya untuk satu pelanggan. Jika benar mereka menjual senjata, mereka akan menjualnya per pak. Membuat pistol dengan sistem sidik jari yang dimana pembelinya harus ada selama periode produksi .... Itu tidak masuk akal." Chelsea mulai menganalisis apa yang ada dalam pikirannya.
"Dia benar, Myra. Apa keuntungan dari Richenle Company yang hanya menjual satu senjata semi-otomatis dengan sidik jari." Alice menambahkan seolah-olah setuju dengan analisis Chelsea.
"Terlepas dari itu, bagaimana kau menjelaskan peluru ini?" Myra bertanya sambil melirik peluru yang tergeletak di atas meja.
"Kamuflase, tentu saja." Chelsea menjawab dengan enteng.
"Kamuflase?" Alice mengulangi dan Chelsea mengangguk sebagai jawaban.
"Kau bilang mereka menjual senjata kepada pemerintah. Jadi pasti ada penyusup yang menyamar sebagai petugas saat berkemas untuk mengirimkan senjata." Seringai Chelsea membuat Myra dan Alice saling memandang.
"Kalau begitu, kasus pembunuhan Roy selesai dengan terbunuhnya Weida. Kita tinggal menunggu informasi dari agen Leela untuk penyelidikan mafia di Jepang. Kuharap kau tidak mengacau jika ingin tahu lebih banyak tentang teka-teki ini. " Myra menatap tajam Chelsea yang mengangguk.
Alice menggelengkan kepalanya perlahan, dia bukanlah orang yang tidak tahu bahwa Chelsea selalu dapat menemukan informasi apapun yang dia inginkan. Dan benar saja, Chelsea kembali ke ruangannya hanya untuk mengecek memori yang didapatnya dan bermain dengan laptop yang selama ini selalu menjadi andalannya.
***
Sementara pada malam hari di Jepang, atau lebih dikenal dengan Negeri Sakura, mobil di kawasan Narusawa melaju kencang seolah menghindari sesuatu hingga akhirnya berhenti di Aokigahara, hutan lebat di sisi Gunung Fuji.
Lima pria dengan pakaian tempur keluar ketika mobil lain berhenti. Ada tembakan keras saat lima pria yang mengenakan rompi dengan logo itu perlahan mundur ke dalam hutan karena musuh membalas tembakan.
"Kita kehabisan amunisi! Mundur!" teriak salah satu dari mereka.
Perlahan kelima orang tersebut mundur dan masuk lebih dalam ke dalam hutan, namun musuh yang mereka hadapi juga maju sambil terus melepaskan tembakan.
Hingga akhirnya langkah kelima pria itu terhenti ketika 10 orang berpakaian hitam seperti ninja menghadang mereka dengan cara melompat dari pohon ke pohon.
"Tidak ada harapan, kita tidak bisa menghubungi siapa pun!" teriak satu dari lima orang yang terkepung.
SRETTT
Satu per satu kelima orang itu jatuh saat tebasan pedang ninja mengenai urat leher mereka. Kehidupan demi kehidupan mati tanpa perlawanan berarti menghadapi betapa lincahnya para ninja yang sudah terlatih.
"Ini adalah balasan untuk CIA karena membunuh rekan kita. Kematian Weida Weiheng tidak akan sia-sia." salah satu Ninja berbicara sambil menyeringai ketika logo CIA terlihat di senapan yang tergeletak, setelah 5 agen utusan Leela tewas mengenaskan.
Leela adalah Chief atau Kepala Divisi CIA yang memimpin Departemen Pengumpulan Informasi Pemerintah Asing, sehingga semua informasi yang didapat CIA tentang masalah di luar Amerika tentu berasal dari agen-agen Leela yang tersebar luas di seluruh dunia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Silvy Cahyani
baru baca n hrus ulang paragraf,, entah q bodoh/telmi,, entah othor nya yg keterlaluan🤣🤣
2022-01-15
0
Santi Putri
sungguh....
kerennnn 👍👍👍
2021-12-21
0
❄️ sin rui ❄️
author nya bukan kaleng2, selain pinter wawasan nya juga luasss, berattttt ini mahh
2021-12-09
0