Mencintai pria misterius

Apesnya lagi, aku akan sering bertemu dengannya karena setiap hari aku akan mengambil makananku di ndalem.

Ibu Nyai Maryam telah berbaik hati dengan memberiku makan gratis untuk berbuka piada dan sahur setiap harinya karena Ibuku juga merupakan sahabat dekat beliau dulu sewaktu mondok, jadi aku sudah dianggap seperti tamu disini.

Sebenarnya aku menolak karena tidak enak dengan santri lainnya, namun beliau tetap kekeh memaksaku untuk menerimanya. Katanya beliau ingin memuliakan tamu seperti anjuran Rasulullah saw. Jadi ku iyakan saja agar tidak menyinggung hatinya.

Saat mengambil makananku, seringkali aku tidak sengaja berada dalam satu dapur dengan Gus Abdi.

Namun sepertinya dia tidak suka bila bertemu denganku karena setiap kali aku bertemu dengannya dia akan buru-buru pergi, seperti menghindar dariku.

Ah, masa bodo. Aku tidak peduli, toh aku juga tidak ingin melihatnya.

***

Jika hari-hari biasa dipesantren ini santri hanya boleh membawa ponsel saat hari jum'at. Maka dibulan puasa ini semua santri diperbolehkan membawa ponsel selama bulan ramadhan sampai setelah lebaran. Peraturan ini sama persis dengan peraturan yang ada dipesantrenku, Raudlatul Jannah. Dengan syarat jika waktunya kegiatan mengaji harus tetap disiplin dan ponsel harus disimpan, hanya boleh digunakan saat tidak ada kegiatan.

Pukul 11.00 malam, kegiatan ngesahi kitab gundulan telah berahir. Tapi mataku masih enggan untuk tidur, kuambil ponsel yang kuletakkan didalam lemari lalu kurebahkan badanku diatas kasur.

Seperti biasa aku akan berchating ria dengan sesorang yang telah mengisi hari-hariku selama 5 bulan terahir ini.

"Dek..". Sebuah chat inbox masuk sekitar 10 menit yang lalu.

"Dalem kang, maaf baru balas. Baru pulang ini". Kubalas pesan sambil mengulum senyum.

Tak menunggu lama, chatku mendapat balasan.

"Sudah ngantuk apa belum?"

"Belum kok". Aku menguap.

"Alhamdulillah, nggak sia-sia aku nungguin dek Hilya dari tadi, hehe." Balasnya lagi.

Aku pun tersenyum kegirangan membacanya.

"Masa sih, ditinggal bentar aja udah kangen. Haha..". Kugoda saja sekalian.

"Iya, kangen pengen ketemu. Kepengen menatap mata dek Hilya secara langsung".

Ya Allah.. aku klepek-klepek.

Jujur saja aku belum pernah bertemu dengannya didunia nyata. Selama ini kami hanya berbalas pesan lewat inbox pesbuk, sebenarnya aku ingin meminta nomor whatsappnya tapi aku gengsi, diapun juga tidak pernah meminta nomorku. Ya sudahlah, ber-inbox ria pun sudah cukup bagiku, asalkan bisa chating dengannya.

Berawal dari saling berbalas komentar disebuah grub terbuka dipesbuk, grub yang penghuninya santri dan satriwati maupun alumni dari berbagai pondok pesantren, hingga ia berani mengirimkan pesan inbox padaku dan masih berlanjut hingga sekarang.

Entah mulai kapan hubungan kami terasa dekat meski belum pernah bertemu sekalipun.

Akupun tidak tau seperti apa rupanya, karena dia hanya memasang foto profil seekor kucing imut berbulu belang telon. Kulihat album fotonya juga hanya ada foto pemandangan dan kata-kata mutiara. Dia tidak pernah memposting foto pribadinya maupun mengupdate status. Heran juga, dengan cara apa dia memanfaatkan aplikasi pesbuknya.

Nama profilnya "Kawulo Gusti", entah siapa nama aslinya aku juga tidak tahu menahu, saat kutanya dia malah menjawab,

"Panggil saja Kangmas ganteng dan imut". Hah..sebel aku jadinya.

Sedangkan dia sudah pasti hafal dengan wajahku karena aku sering memposting fotoku, kadang juga bersama teman-temanku. Setiap kali aku memposting foto atau update status pasti selalu ada dia dikolom komentar.

Kembali lagi ke chat tadi.

Aku mulai mengetik balasan,

"Saya juga kepengen ketemu njenengan kang".

Ah, jangan deh. Kuhapus lagi lalu kuganti dengan kalimat,

"Alah.. palingan juga njnengan tidak berani ketemu denganku". Kupencet tombol kirim.

"Belum saatnya dek, nanti. Kalau jodoh pasti ketemu kok".

Jodoh? Membaca kalimat tersebut jantungku seketika berdegub kencang.

Ya Allah.. perasaan apa ini.

"Hil.." suara Indri sedikit mengagetkanku. Aku mendongak keatas,

"Dalem".

"Anterin aku ke kamar mandi yuk," Indri turun dari ranjang atas.

"Ayo". Aku beranjak dari tempat tidur lalu mengantarkan indri ke kamar mandi serta kubawa ponselku.

Sambil menunggu indri selesai menuntaskan hajatnya, aku hendak membalas pesan dari si Dia. Sejenak jempolku yg bertugas mengetik terdiam, aku bingung harus membalas apa.

"Aamiin". Kupencet tombol kirim.

Dug..dug..dug.. Jantungku rasanya ingin melompat dari tempatnya, tanganku seketika dingin. Aku senyum-senyum sendiri.

"Hilya..!" Indri menepuk pundakku. Aku menoleh.

"Dari tadi dipanggil nggak nyaut-nyaut. Ngapain kamu senyum-senyum sendiri, jangan bikin aku takut dong. Kita lagi dikamar mandi ini". Indri merangkul lenganku, nampaknya dia sedikit ketakutan.

"Masa sih, maaf aku nggak denger kalau kamu manggil."

"Yuk, buruan balik ke kamar. Lama-lama kamu bisa kesurupan kalau kelamaan disini, dari tadi senyam senyum nggak jelas". Kata indri sambil menarik lenganku untuk segera kembali ke kamar.

Saat aku hendak menarik selimut terdengar getaran notifikasi pesan dari poselku, lalu aku membukanya.

Kangmas ganteng dan imut itu mengirimkan sebuah foto yang membuat aku tercengang.

Terpopuler

Comments

Aysel

Aysel

like 🤗🤗🤗🤗

2021-06-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!