Pertemuan keluarga

Keesokan paginya Riri melakukan aktivitas hariannya, ia sedang  asyik menyapu halaman rumah dari dedaunan yang berguguran dengan sebuah sapu lidi. Tidak lama kemudian ada seorang ibu turun dari mobil datang menghampirinya untuk bertanya. "Assalamu'alaikum," ucap ibu Yani.

"Wala'ykum salam," jawab Riri terhenti menyapu.

"Numpang nanya nak, rumahnya Pak Abdul Malik yang mana ya?" tanya ibu itu.

"Ini dia, saya anaknya Pak Abdul Malik, Bu." Sambil menunjuk ke arah rumahnya.

Seketika raut wajah ibu itu berubah, ia memberikan senyuman hangat padanya. "Oh kamu anaknya Abdul, geulis pisan atu!" 

Riri tersipu malu mendengar pujian darinya. "Ibu masuk aja dulu, biar Riri panggilin Ayah," sautnya.

Saat Riri beranjak masuk ke dalam rumahnya, seorang pria dan anak kecil turun dari mobil yang sama dengan Ibu Yani mengikuti mereka dari belakang masuk ke dalam rumahnya.

Tidak lama kemudian pertemuan antara keluarga Riri dan ibu Yani terjadi, tujuan dari pertemuan mereka sebenarnya untuk memutuskan tanggal pernikahan antara Riri dan anak tertua ibu Yani.

Riri sedang menyiapkan teh di dapur, sayup-sayup ia mendengar percakapan antara ayahnya dan ibu itu. Riri awalnya juga tidak menyangka, tamu yang di katakan ayahnya merupakan calon mertuanya. Ia masuk ke ruang tamu membawa nampan berisi teh dan beberapa cemilan untuk disuguhkan. Saat meletakkan nampan itu di atas meja, rasa penasarannya membuat Riri sedikit mendungakkan kepalanya dan melihat sosok calon suaminya.

Mereka berdua saling bertukar pandang, dan sontak terkejut  satu sama lain. "Kamu!" ucap mereka  bersamaan.

Melihat sikap putranya dan Riri yang sedikit malu-malu, ibu Yani pun sengaja angkat bicara. "Lihat tu Dul mereka berdua ternyata sudah saling kenal," saut ibu Yani.

Sementara ayahnya tertawa melihat tingkah mereka. "Haha anak muda jaman sekarang, memang cepat bergaul. Ini berarti sudah jadi takdir mereka," kata ayah Riri.

"Kamu tuh bisa aja, tapi aku setuju perkataan mu. Bagaimana kalau kita majukan tanggalnya, minggu depan?" tanya ibu Yani.

"Tentu! Semakin cepat, semakin bagus, jadi aku bisa tenang meninggalkan Riri jauh di sana."

Sosok calon suami Riri adalah Angga, pria berumur 21 tahun putra tertua ibu Yani. Berparas tampan, berkulit putih, bertubuh tinggi dan tidak terlihat gemuk. Angga yang kemarin malam, secara tidak sengaja sudah memotivasi Riri untuk menikah dengannya, ia pun terkejut mengetahui kalau Riri ternyata adalah calon istrinya.

Angga sama seperti Riri, yang tidak memiliki keluarga utuh. Ayahnya meninggal beberapa tahun yang lalu, karena sebuah penyakit. Hanya tinggal ibunya seorang diri sebagai tulang punggung dan kepala keluarga.

Ibunya menjalankan sebuah restoran terkenal milik kakeknya, dari sanalah mereka mendapatkan uang untuk keperluan sehari-hari.

"Kakak jelek yang tadi malam!" saut Galu adiknya Angga yang dari tadi duduk diam di sebelah pria itu.

"Hus! Anak kecil gak boleh ngomong sembarangan ke yang lebih tua, Mama gak pernah ngajarin Galu ngomong kayak gitu!" 

Galu hanya bisa tertunduk malu karena ditegur oleh ibunya. "Maafin Galu, Ma."

"Riri gak usah dengar ya, perkataan anak ini. Dia memang agak nakal, maklum anak bungsu yang masih manja, jarang dimarahin," ucapnya yang sengaja memecah keheningan.

"Gak papa kok Tan, Riri udah biasa digituin." Sambil menunduk menyembunyikan perasaan sedihnya.

Mendengar jawaban Riri yang begitu merendah, ayahnya sedikit kesal. "Tu lihatkan! Mana bisa aku sebagai ayah biarin dia ke Jakarta, bela diri sendiri aja masih belum bisa!" 

Angga yang dari tadi hanya mendengar, berusaha membatu ibunya bicara. "Galu! Minta maaf sekarang sama Kakak dan Paman!" tegas Angga.

Galu pun mengangguk merasa bersalah. "Kak Riri, Galu minta maaf. Paman jangan marah lagi ya. Galu tau, kalau Galu salah," ungkapnya dengan wajah sedih.

Belum sempat di jawab Riri, ibu Angga langsung angkat bicara, "Tuh lihat kan! Mas tenang aja, Angga anak yang bisa diandelin kok. Dia pasti jagain Riri di sana."

Merasa puas dengan calon mantu pilihannya, terpancar senyum tipis dari wajah Pak abdul. "Angga, paman mengandalkan mu di sana, kalau ada apa-apa jangan sungkan bilang pada Paman."

Dengan perasaan canggung, Ia sedikit menganggukkan kepalanya. Sebenarnya sebelum datang ke rumah Riri, ibu Yani sudah memaksa anaknya untuk menikah dengan Riri.

Karena Angga paling tidak suka mengecewakan ibunya, ia pun langsung menyetujuinya tanpa pikir panjang, walaupun sesungguhnya jauh di dalam lubuk hatinya ia menolak untuk menikah.

Sementara Riri sudah menyiapkan seribu cara, agar pernikahan mereka hanya sebatas pernikahan di atas kertas, bukan pernikahan atas dasar rasa suka satu sama lain.

Kedua keluarga akhirnya sepakat memutuskan tanggal pernikahan mereka berdua.

Sebenarnya aku tidak ingin cepat-cepat menikah, apalagi dengan pria yang baru ku kenal. Aku masih mau hidup bebas tanpa ada yang mengekang keinginan ku. Walaupun Angga cukup tampan, tapi aku tidak tau sifat apa yang ia sembunyikan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!