Dreettt,,, dreetttt,,,
Ponselku terus bergetar menandakan ada seseorang yang menghubungiku tapi aku memilih mengacuhkannya. Aku tak ingin kehilangan sosok Chaira. Awalnya aku ingin membawa mobilku tapi saat aku melihat dia berjalan menuju halte bus yang tak jauh dari gerbang kampus aku mengurungkan niatku.
Aku menaiki bus sesaat setelah Chaira naik duluan. Dia berdiri di bagian tengah memegang bulatan bulatan besi yang memang disiapkan untuk para penumpang yang berdiri untuk berpegangan. Aku segera mengambil tempat didekatnya berdiri. Hari ini bus padat penumpang hingga tak ada kursi kosong tersisa. Ini pertama kalinya bagiku menaiki bus dan aku tak habis pikir bagaimana bisa aku berada disini saat ini.
Bus mulai berjalan dan berhenti kembali saat mencapai halte berikutnya. Tak ada satu pun penumpang yang turun tapi penumpang bertambah. Bus itu makin sesak. Keadaan ini membuat kami para penumpang mulai berdiri berdekatan.
Deeggg,,,
Hatiku terasa ingin melompat keluar saat bus itu mengerem dan membuat Chaira hampir terjatuh namun berhasil ku tahan dengan tubuhku. Gadis berhijab itu sedang tersandar di badanku. Cepat menyadari dirinya menempel padaku dia segera menarik tubuhnya
"maaf" lembut suaranya terdengar kembali olehku
"Tidak apa apa" sahutku tersenyum
Chaira hanya menganggukkan kepalanya lalu membuang pandangannya keluar jendela. Sesaat kemudian dia kembali menoleh ke arahku yang langsung pura pura memandang keluar
"kamu???Sedang apa kamu disini??" tanyanya
Rupanya dia baru menyadari bahwa aku adalah Darren mahasiswa kaya yang tak seharusnya berada di dalam bus sesak ini.
"akk,,, akk,, aku naik bus" jawabku tergagap namun ku buat se cool mungkin menjawabnya. Aku tiba tiba merasa bodoh tak tau apa tujuanku sendiri menaiki bus ini.
Ku pandang mata Chaira yang menyorotkan rasa penasarannya tapi tak sepatah kata pun terucap lagi dari bibirnya. Halte berikutnya dia beranjak turun.
"Chai,,, aku ikut turun denganmu" aku menarik tangannya yang langsung dia tepiskan.
"ohh sorry" aku yang menyadari bahwa dia tak ingin disentuh langsung meminta maaf
Chaira diam dan turun. Aku mengikutinya hingga dia duduk di bangku halte. Aku masih berdiri memandangnya
"Kamu mau apa? " tanyanya
"Ak,, aku minta tolong kamu menemaniku disini hingga temanku datang menjemputku" pintaku sopan
Chaira mengerutkan alisnya.
"Be,, beg,, begini Chai, aku tak biasa naik taksi. Aku akan menelpon temanku saja" jelasku
"kamu bisa naik bus kenapa tak meneruskan perjalananmu saja dan memilih turun disini? kamu juga bisa naik bus kenapa tidak bisa naik taksi" pertanyaan lugu Chaira itu terasa semakin membuatku bodoh
Tak ingin tampak semakin bodoh aku segera mengambil ponselku dan mengirim lokasiku pada Dion agar dia segera menjemputku. Dion tanpa banyak tanya segera mengiyakan. Aku memintanya menjemputku sendirian.
Chaira masih menatapku keheranan. Aku duduk di sebelahnya. Dia menggeser duduknya lebih menjauh dariku.
" Chaira,,, namaku D,,, " aku tak melanjutkan perkataanku karena dia sudah menjawab
"aku tahu" jawabnya
" Ohh begitu ya,,, "aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal
Chaira terus saja menatapku dengan pandangan herannya itu.
" Chai,,, stop menatapku seperti itu!!! " seruku dan ternyata itu mampu membuat matanya mengejap beberapa kali
"Astaghfirullah" serunya seraya mengusap wajahnya dengan tangan kanannya. Sepertinya dia baru menyadari bahwa dirinya terlalu lama memandangi pria yang bukan muhrimnya.
"Kamu sebenarnya sedang apa disini?" tanyanya lagi seraya menunduk tak lagi menatapku. Aku tersenyum melihatnya tertunduk malu seperti itu
"Sengaja mengikutimu" jawabku jujur
Chaira terkejut mendengarnya dan kembali menatapku.
"Maksudmu? " tanyanya lagi namun tak ku jawab karena Dion sudah sampai. Dia membunyikan klakson mobil memanggilku dan segera ku jawab dengan lambaian tangan. Aku menatap Chaira kembali
"kamu mau aku antar?" tanyaku lembut
Chaira hanya menggeleng pelan. Aku tak ingin memaksanya walau aku sebenarnya ingin sekali mengantarnya agar aku tau dimana rumahnya.
"Baiklah aku pergi dulu ya" ucapku
"Assalamu'alaikum" Chaira mengucapkan salam padaku
Aku yang sudah hendak melangkah kembali memutar badanku menoleh ke arahnya yang sudah berdiri. Chaira menunggu jawaban salamnya.
"Wa,, wa,, waalaikum,, sa,, sa,, salam" jawabku terbata bata karena tak terbiasa mengucap salam selama ini
Chaira kembali menangkupkan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya. Aku yang canggung mengikuti gerakannya itu. Chaira memutar badannya dan berjalan menjauhiku. Kemudian memanggil sebuah becak.Aku terdiam dan terpaku disitu. Dion yang dari tadi memperhatikan tampaknya heran dengan sikapku itu. Dia kembali membunyikan klakson dan membuatku tersadar. Aku segera menuju mobil.
"ikuti dia" titahku
Dion tak menjawab dan hanya melongo memandangku yang sibuk memasang seat belt. Aku yang menyadari mobil ini tak kunjung berjalan menoleh ke arah Dion yang masih melongo memandangku tak berkedip
"Ayooo,,, buruan,,, keburu kehilangan jejaknya!!!! " aku kembali memerintahnya dan kali ini dia tergopoh gopoh mengoper gigi.
Aku meminta Dion menjaga jarak mobil kami dan becak yang ditumpangi Chaira. Beberapa kali Dion menanyakan apa tujuanku mengikuti Chaira tapi aku memintanya untuk diam dulu karena aku ingin fokus melihat kemana arah perginya Chaira. Aku tak ingin kehilangan jejaknya.
Becak yang ditumpangi Chaira berhenti tepat di sebuah rumah yang halamannya rindang karena ditumbuhi sebuah pohon mangga besar dengan berbagai jenis tanaman hias lainnya. Seorang perempuan paruh baya yang juga berhijab keluar menyambutnya. Tak lama kemudian mereka berdua memasuki rumah.
"Maaf bu,,, saya mau tanya itu rumah siapa ya? " tanyaku menunjuk rumah yang dimasuki Chaira pada seorang ibu yang sedang menggendong anaknya.
Aku memutuskan untuk turun dari mobil dan menghampiri wanita itu yang berdiri tidak jauh dari mobilku. Wanita itu memandangiku dari atas ke bawah kembali ke atas lagi. Sepertinya dia heran melihat seorang pria tampan turun dari mobil mewah di kawasan itu. Tempat itu lebih mirip seperti kampung yang dipenuhi dengan pendatang. Jauh dari kata bersih bahkan cenderung sedikit bau.
"rumah bu Fatimah,,, Dia janda beranak satu" jawabnya dengan nada setengah mencibir saat menyebut kata janda
"siapa nama anaknya? " tanyaku lagi
"Chaira,,, mas ini siapa sebenarnya?" tanyanya mulai curiga
"Bukan siapa siapa" jawabku singkat dan segera meninggalkan ibu itu namun ku urungkan niatku. Aku kembali menghampiri ibu itu.
"Bu,,, ini saya ada beberapa uang. kalau ibu mau saya bisa menambah lagi jumlahnya asal ibu mau memberitahuku tentang keluarga bu Fatimah" kataku pada wanita itu yang langsung berbinar melihat sejumlah uang di tanganku. Wanita itu mengajak aku masuk kerumahnya tapi ku tolak karena melihat rumahnya saja aku tak ingin masuk. Aku memintanya segera mengganti baju dan ikut denganku. wanita itu tak menolak sama sekali. Dengan ssgera dia mengganti bajunya dan baju anaknya kemudian mengunci pintu rumah dan masuk mengikuti aku ke mobil.
Dion semakin keheranan melihat aku mengajak seorang wanita dengan penampilan khas emak emak masuk ke mobil mewahku. Aku memerintah Dion untuk membawa kami ke sebuah restoran cepat saji karena aku mulai lapar.
Jangan lupa vote dan like nya ya para pembaca
Terima kasih 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Lili Astuti
susah juga kalau bertetangga sama orang yg enggak suka sama kita
2023-08-31
1
Yovi Zakaria
,dugaan ku salah. mala daren menvari tau sampai mengikuti terus sampai chair ke rumah nya
2021-08-18
1
Nona Cherry Jo
tetangga mulut comberan...... 🤗🤗🤗🤗🤒
🤗
2021-03-23
1