Happy reading 📖😍
Area pelataran Adhytama Star Group.
Pemuda yang sebentar lagi memasuki usia dua puluh empat tahun baru saja memasuki lift menuju ke lantai tertinggi gedung Adhytama Star Group. Sesaat pintu lift terbuka,pemuda bertampang oriental itupun melangkah menyusuri lorong penghubung antar ruangan.
Jika resah memilih untuk melanda hati yang rapuh, maka segunung kalimat penguatpun tidak akan mampu untuk meredakannya ... Yang ada hanyalah keinginan untuk tetap di dekatmu, bersamamu, dan menatapmu semuanya akan baik-baik saja..
Suasana lengang di pagi hari membawa langkah pelannya maju sembari melirik arloji di tangan. Melalui benda kotak persegi panjang yang menempel di telinga, hati-hati ia mengutarakan niat baiknya kepada seseorang di seberang sana.
Ucapan sayang, mohon batasi dulu aktivitasmu, dan peringatan kecil bahwa seminggu lagi pernikahan kita akan berlangsung, menjadi alasan utama ia menghubungi Lian dan menahan agar Lian jangan pergi ke luar kota meskipun dalam rangka menyelesaikan urusan pekerjaan.
Atau bahkan mengajukan permohonan agar gadis itu secara sadar menggantikan utusan lain sebagai wakil dirinya. Namun tetap saja ditolak mentah olehnya.
Yank, tenanglah. Ini tanggung jawabku yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. Kasihan tuan Yaw Le Hwa jauh-jauh datang dari Tiongkok.
Masih ada lagi upaya peringatan yang diberikan oleh pemuda itu dengan harapan sang gadis bersedia mendengarkannya. Apa kau tahu jika calon mempelai wanita harus di pingit saat menjelang hari H, ayolah sayang, mama pasti akan menanyakanmu. Ucapan memelasnya masih tidak digubris lantaran keinginan menjalin kerja sama yang telah lama ia dan sang papa harapkan.
Yank,aku pasti akan pulang untuk menjalani ritualnya oke, aku tidak akan lama di sana.Kau tenanglah calon suamiku, tuan Danang Danuarta Setiawan.
Pupuslah harapannya. Sang gadis bersikeras mengikuti kehendaknya tanpa mau mendengarkan perkataan sang calon suami. Niat hati untuk melarang secara tegas, namun mulutnya tak kuasa juga angkat bicara.
Akhirnya, ikhlas dan mendoakan agar keselamatan sang calon isteri tetap terlindung selama di perjalanan, menjadi lantunan termerdu di bibirnya seharian suntuk.
Malam kian larut...
"Selamat bergabung dengan Ah Hwa Group!" ucap tuan Yaw Le Hwa usai menandatangani perjanjian kerja sama dengan Carnelian Group.
Seraya menjabat mantap dan tegas tangan Lian yang telah menampilkan presentase terbaik mengenai kinerja perusahaannya. Hal ini membuat tuan Beijing tersebut dengan senang hati menerima kerja sama itu tanpa syarat yang menyulitkan pihak Lian.
"Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada pihak kami tuan," balas Lian sopan dengan genggaman tangan yang tidak kalah tegasnya.
Sesaat setelah tuan Beijing pamit meninggalkan ruang pertemuan, Lian bersama Salsa sekretarisnya berjalan santai menyusuri lorong penghubung antar ruangan hotel K yang mereka tempati di luar kota.
Mereka baru saja usai melakukan kerja sama dengan tuan Yaw Le Hwa,sang pemilik salah satu bisnis raksasa di negara Tiogkok dan beberapa negara asia lainnya.
"Sa, akhirnya mimpi papa berhasil terwujud," ucap Lian semringah.
"Ya, Li. Dan kau harus berjanji...., ini adalah tugas terakhir pra nikahmu," timpal sekretaris Salsa.
"Ya, ya, enggak perlu diingetinpun gue udah tau Sa. Sejak kapan otak elu berubah jadi tuan Danang?" cebik Lian tidak terima.
"Bukan berubah Li, tapi ini aturan mainnya. Gitu-gitu dia calon suamimu," desah sekretaris Salsa.
"Aih! Sa...., hari gini masih percaya sama yang mitos," balas Lian sinis tidak mau kalah.
"Ya sudah, terserah kau saja," pungkas Salsa pasrah.
"Oke..., gimana kalau malam ini kita party. Sedikit wine saja enggak bakal buat mabuk kok," lanjutnya semringah.
"Li, gadis baik itu nggak bakal minum di masa menjelang hari H pernikahannya." Sekretaris Salsa mengingatkannya kembali.
"Udah akh!...., enggak usah ceramah lagi. Gue jamin enggak bakal ada party lagi setelah ini," celetuknya,
"cukup ambil keputusan. Ikut, atau tinggal, itu aja titik!" pungkasnya sembari berlalu.
'Terserah kau Lian. Aku nurut. Lagian apa bisa seorang Lian dibantah?' decit gadis bernama Salsa sembari mengedikkan bahu. Mengekori langkah bosnya.
Tidak ada alasan buat membantah seorang Lian di saat itu. Yang ada juga pasti sang sekretaris bakal mendapat sentilan yang menyakitkan. Menyebalkan bukan.
Sekarang kedua gadis itu tengah membersihkan diri di kamar mandi secara bergantian dikarenakan mereka menginap di kamar yang sama. Butuh waktu yang cukup lama bagi kedua gadis itu mempercantik dandanan hingga merasa bahwa tampilan mereka benar-benar memuaskan.
•
•
Lounge - Hotel K
Bos Lian dan sekretaris Salsa, terlihat antusias memasuki rumah minuman beralkohol termahal di hotel K. Kedua sahabat itu tampak bercengkerama ria sambil sesekali tertawa kecil menampakkan deretan gigi mereka yang putih dan rapi.
Bukk!
"Hei, hati-hati! Pakai mata juga kalau berjalan!" sentak Lian dengan dialek bahasa Inggris karena baru menyadari seorang pria bule telah menabrak lengannya begitu keras.
Pria bule tersebut sempat membalikkan badan seraya mengangkat tangan membentuk high five dari jauh dengan senyum permohonan maaf. Namun setengah wajahnya tidak kelihatan lantaran tertutup topi hitam di kepalanya.
Singkatnya Lian dan Salsa memesan minuman termahal milik Hotel K. Mereka bersulang demi merayakan pesta kecil keberhasilan mereka dalam menjalin kerja sama dengan tuan Beijing si pemegang saham terbesar dari Beijing itu.
"Gue happy banget Sa!" seru Lian usai meneguk wine sembari menikmati musik pop 'space age' yang didengungkan oleh musisi lounge.
"Hmm.." gumam sekretaris Salsa yang sudah terpengaruh reaksi alkohol.
"Huh! Baru beberapa gelas sudah KO," celetuk Lian.
"Bukan gitu Li, tapi ini minuman baunya sangat aneh," sanggah Salsa membela diri.
"Apanya yang aneh, itu minuman termahal punya Lounge ini. Elu aja yang aneh," tukas Lian membangkang.
Kedua gadis itu menikmati momen kesuksesan mereka hingga benar-benar lupa diri. Salsa yang sedari tadi sudah beberapa kali membujuk Lian untuk pulang namun tidak digubris sudah mulai meracau tidak jelas. Manakala Lian juga mulai berada dipuncak hangover, gadis itu baru rela beranjak dari lokasinya sembari menarik tangan sahabatnya yang terasa berat.
"Gue udah nggak tahan lagi Li," desahnya lemas.
Lian berusaha membujuk Salsa, "Ayolah, Sa!..., dikit lagi sampai ke kamar. Anggap saja ini pesta bersulang terakhir kita oke." Salsa yang langkahnya semakin berat, membuat Lian juga semakin berat menahan tubuh limbungnya, dan kesulitan memapah tubuh sahabatnya itu.
"Sa, bangun Sa.., Salsa...," ucap Lian pasrah melihat sahabatnya ambruk karena memang dirinya juga sudah tidak kuat lagi menahan gejolak yang menghantam isi perut dan tenggorokannya.
Mau tidak mau Lian terpaksa memuntahkan apa-apa yang terasa mengganjal di sana.
Hoek Hoek Hoek Hoeeekk
Belum puas, ia memuntahkan hingga berulang kali namun tetap saja kepalanya terasa berat dan matanya kian memicing memikirkan keanehan pada dirinya.
Tidak biasanya dia bisa semabuk itu karena alkohol yang dipesannya tadi tidak jauh berbeda dengan jenis alkohol yang sering ia pesan ketika menang job. Apalagi porsi pesanannya lebih sedikit dibandingkan dengan momen biasa sebelumnya.
Hoek Hoek Hoek Hoeeekk
Lagi-lagi ia memuntahkan isi perutnya ke dalam tong sampah yang terdapat di lorong penghubung antar ruangan. Sorot matanya melirik ke arah Salsa yang terbaring pasrah sudah tidak sadarkan diri.
Derit ponsel yang berasal dari sang calon suami Danang tidak berhasil ia angkat lamat-lamat menghilang dari pandangan hingga dunianya terasa semakin gelap.
Dini hari setelah Lian sadar, ia sudah berada sendirian di kamar. Sorot matanya menyisir seisi ruangan yang terasa aneh.
'Salsa ke mana ya?' batinnya.
Sesaat ketika ia ingin beranjak turun dari kasur, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan sekujur badannya terasa sakit yang luar biasa.
Perlahan ia mengangkat gelungan selimut miliknya dan betapa kaget melihat keadaan dirinya sendiri. Fix ia terbelalak mendapati tubuhnya yang polos tanpa sehelai benangpun yang melekat.
Pikirannya mulai kalut. Ia merasakan sakit yang luar biasa di area pangkal pahanya. Otaknya mulai menebak, mencerna alur kejadian semalam.
"Sa! Salsa! Salsa elu di mana?...., woi!...., apa ada orang di sana?" pekik Lian mulai lepas kontrol. Matanya mulai berkaca-kaca menyapu seluruh ruangan yang lengang.
"Selamat menyambut pagi nona," ucap suara berdialek bahasa Inggris yang tiba-tiba muncul dari ujung ruang tamu dengan balutan jas hitam dan topi yang menutupi wajahnya. Menatap misterius, mengukir senyum sinis, menyeringai ke arah Lian yang tergolek lemas di balik gelungan selimut yang bersimbah darah selaput tipisnya.
•
•
Bersambung...
******
Teman-teman sekalian,
Selamat bergabung di dunia fiktif karya IM Lebelan. Asli dari buah pikiran author yang berjuang mencari ide dan ini tidak untuk ditujukan kepada siapapun. Maaf ya, ini menyangkut karya. Dan perjuangan dalam membuat suatu karya yang jungkir balik, tidaklah mudah. Ya, sekedar menghibur hati kita semua yang sudah berjibaku dengan rutinitas harian dan lelah seharian.🤗
Maaf juga baru muncul lagi. Terima kasih atas dukungan setia dari teman-teman semuanya. Jika ada yang tidak berkenan di hati bisa tinggalkan komentar yang membangun boleh ya..
Jangan lupa like rate dan vote juga favoritkan jika berkenan biar bisa ikuti kelanjutan cerita amburadul ini.🙏 😍
Salam lanjut dan saling dukung 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Bloom Atlon
sehebst apapun kita ttp mmbutuhkn orsg lain..oke lanjut baca dulu y...👉
2022-03-14
0
OceanoDolphin
asyik seru
2021-09-14
1
AmB2512
like
2021-09-13
1