#4

Sabrina menarik napas dalam-dalam untuk menetralisir rasa kesalnya. Ia tidak boleh terpancing emosi jika sedang bicara dengan laki-laki seperti Satya. Manusia tidak punya malu yang bicara dengan lidah tanpa berpikir.

"Lo kenapa? Sesak napas?"

"Lo bodoh atau apa sih? Bikin kesal gue mulu kayaknya dari tadi."

"Wah, wah-wah, enak banget itu bibir ngomongnya ya. Kata-katanya gak dipikir-pikir dulu neng sebelum keluar?" kata Satya tiba-tiba kesal saat Sabrina mengatakan kata-kata bodoh padanya.

Sebenarnya, Satya memang sedang ingin menguji Sabrina. Sejauh mana gadis itu bisa bertahan dengan tingkah konyol yang ia buat. Ia ingin memastikan sendiri, seperti apa gadis judes yang terkenal galak dan tidak bersahabat dengan kaum laki-laki di kampus.

"Salah lo sendiri, ngapain mancing emosi gue sejak tadi. Kalo gue turutin rasa hati gue ini, mungkin lo udah gue bikin rujak sejak tadi."

"Waduh ... sadis banget tuh kayaknya."

"Bisa bicara serius gak?"

"Kalau mau bicara ya bicara aja. Sejak tadi juga gue udah serius. Lo aja tuh bicara dengan emosi melulu," kata Satya malah menyalahkan Sabrina.

"Jika kali ini lo bikin gue emosi lagi, maka lo akan tahu akibatnya. Gak disini, dimana gue bisa bales aja."

"Njjjiiiir ... takut gue."

Sabrina memberikan tatapan yang menusuk pada Satya. Tatapan tajam yang mewakili rasa kesal yang teramat sangat di hatinya. Membuat Satya mendadak ngeri melihat tatapan tajam Sabrina ini.

"Ya udah. Lo mau tanya apa tadi. Gue udah serius sekarang. Lo bisa tanyakan apa yang ingin lo tanyakan pada gue," ucap Satya mendadak serius.

"Gue ingin tanya, kenapa lo mau menerima perjodohan ini? Sedangkan, yang gue tahu selama ini, lo itu banyak peminat di kampus. Banyak cewek cantik yang sedang ngejar-ngejar lo kan. Mereka berharap ingin jadi pacar lo. Kenapa gak sama mereka aja?"

"Pertanyaan yang bagus Sabrina. Sekaligus, gue mau bilang, lo tahu juga tentang kehidupan kampus gue ya."

"Siapa gak tahu cowok manja kayak lo. Yang hidup cuma numpang sama orang tua. Yang hanya bisa jual tampang doang."

"Ya apa yang lo katakan itu benar Sabrina. Gue hanya anak manja yang bisa numpang hidup sama orang tua gue. Tapi satu hal yang lo harus tahu, gak selamanya anak manja itu tetap manja dan tetap bergantung pada orang tuanya."

"Kami cowok manja. Tapi juga bukan anak yang tinggal diam hanya memanfaatkan kekayaan orang tua untuk kesenangan pribadi. Kami juga punya tanggungjawab yang harus kami pikul," kata Satya dengan tegas.

"Oh ya, untuk pertanyaan yang kamu tanyakan tadi, aku hanya punya satu jawaban yang tidak akan pernah berubah sampai kapan pun. Aku terima perjodohan ini, hanya karena menghormati papaku yang telah membesarkan aku selama ini. Aku tahu bagaimana sulitnya hidup papa sejak aku masih kecil. Apalagi saat papa harus kehilangan mama dan menggantikan posisi mama dalam hidupku."

Jawaban yang Satya berikan memang terkesan panjang kali lebar. Tapi Sabrina mampu mencerna apa yang Satya katakan. Satya dan dirinya sama. Sama-sama mengikuti apa kata orang tua. Mereka menerima perjodohan itu hanya karena sayang dan menghormati orang tua mereka.

Satu hal yang Sabrina garis bawahi dari jawaban Satya adalah, Satya sangat menyayangi papanya. Sehingga ia rela mengikuti apa yang papanya inginkan. Dan ... Sabrina baru tahu satu hal malam ini, kalau Satya ternyata tidak punya mama. Ia hanya punya papa yang telah bersedia menduda selama belasan tahun hanya demi anaknya.

Hati Sabrina sedikit tersentuh ketika melihat wajah sedih dari cowok yang ia pikir sangat menyebalkan ini. Apalagi saat Satya begitu memperlihatkan kalau ia begitu merindukan sosok seorang mama dalam hidupnya. Hal itu mampu membunuh rasa kesal yang ada dalam hati Sabrina.

"Lo udah tahukan apa alasan gue terima perjodohan ini. Sekarang, giliran lo ngomong alasan lo nerima perjodohan ini. Yang gue yakin, lo gak mungkin terima perjodohan ini hanya karena lo suka sama gue," ucap Satya kembali pada bentuk semula. Bentuk menyebalkan bagi Sabrina.

"Sama seperti yang lo katakan. Gue terima permintaan mama dan papa gue hanya karena gue gak ingin mama gue kecewa dan sakit hati. Mama gue adalah segalanya bagi gue. Permintaan mama gue adalah hal tersulit bahkan tidak mungkin untuk gue tolak. Selagi gue bisa melakukannya, maka akan gue lakukan apapun permintaan mama gue."

Terpopuler

Comments

lily

lily

haish sama2 masih menumpang di ortu gak usah banyak omong sab, semua sama kuliah jga masih yang nguliahin ortu , hidupnya jga masih bergantung sama ortu,, blum pada kerja kan ,,,

2024-08-05

0

MUKAYAH SUGINO

MUKAYAH SUGINO

Anak yg berbakti

2021-05-19

0

Marlina Dalipang

Marlina Dalipang

anak baik

2021-05-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!