#3

Mama kembali ke mejanya untuk mendengarkan apa yang papa dan pak Wisnu bahas. Dua orang itu terlihat sangat serius membahas tentang pernikahan Sabrina dan Satya.

Sedangkan mama, ia hanya jadi pendengar sejak tadi. Dengan sesekali memberikan pendapatnya jika memang di butuhkan. Namanya juga wanita, walau bagaimanapun, pendapatnya juga sangat penting dalam segala hal.

Sebenarnya, mama juga merasa sedikit bosan. Ia tidak punya teman ngobrol jika kembali ke mejanya. Dua orang laki-laki itu sibuk dengan bahan obrolan mereka masing-masing. Sedangkan mama hanya perempuan sendirian disini.

Iya, mama perempuan sendirian diantara suami dan calon besannya. Karena Satya tidak punya mama sejak ia masih kecil, makanya mama Sabrina tidak punya teman untuk ngobrol. Mama Satya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat Satya masih anak-anak.

Sejak saat itu, Satya tidak punya mama lagi. Papanya memilih menduda sampai detik ini. Papa tidak ingin Satya punya mama tiri. Ia takut anaknya sengsara jika punya mama tiri.

Papa Satya memilih hidup menduda merawat Satya dengan kasih sayang penuh darinya. Demi cinta yang ia miliki, pada istri yang paling ia sayangi, menduda adalah pilihan terbaik selama belasan tahun.

Faktor itu juga yang membuat Satya jadi anak manja. Yang hanya bisa mengandalkan kekayaan dan kekuasaan yang papanya miliki. Karena sang papa sangat memanjakan Satya, sehingga hidupnya sudah terbiasa dengan semua kemewahan dan kesenangan.

Begitulah yang dikatakan oleh orang-orang. Peran orang mama dan papa sangat menentukan dalam mendidik anak-anak. Membentuk karakter anak itu dari orang tuanya.

Mama mengerti akan hal itu. Makanya ia ingin menjodohkan Sabrina anaknya dengan Satya. Mama yakin kalau Satya adalah jodoh yang terbaik untuk Sabrina yang agak keras untuk ukuran seorang gadis.

Setelah mama kembali ke mejanya. Satya melihat wajah gadis yang ada di hadapannya untuk sesaat. Ia tahu sedikit tentang Sabrina. Bagaimana gadis itu saat di kampus, dan sedikit kepribadian Sabrina Satya juga tahu.

Karena mereka kuliah di kampus yang sama, tentu saja mereka saling mendengar jika ada hal-hal yang sedikit menonjol dari masing-masing mereka.

"Ngapain lo liat-liat gue?" tanya Sabrina ketus. Untuk yang pertama kalinya ia bicara pada Satya.

"Lo kok galak banget ya. Galaknya bukan hanya mitos ternyata," kata Satya sambil senyum.

"Lo pikir gue apaan lo bilang mitos."

"Maksud gue, ternyata bukan hanya katanya doang. Tapi memang kenyataan kalo lo itu galak."

"Terus?"

"Ya gak ada keterusan nya. Gue cuma mau bilang gitu doang."

"Lo tahu gak, kalo gue itu paling gak suka sama orang yang ngomongin gue."

"Ya gak tahulah. Gue aja baru pertama kali bertatap muka sama lo. Cewek yang katanya terkenal dengan judes seantero kampus."

"Lo .... " Sabrina terlihat sangat kesal saat Satya mengatakan kalau dirinya terkenal dengan sebutan cewek paling judes satu kampus.

"Lo marah ya?"

"Gak!"

"Kalo gak kok kelihatan kalo lo itu lagi kesal ya?"

'Kalo aku turut kan rasa hati ini. Ingin sekali rasanya aku kasih jotosan di wajah Satya yang bermulut menyebalkan ini. Biar cowok sok tampan ini tahu rasa, kalau dia sedang berhadapan dengan siapa sekarang,' kata Sabrina ngomel dalam hatinya sambil menahan rasa kesal yang semakin lama semakin bertambah.

Tapi, Sabrina tidak boleh melakukan hal-hal yang bisa membuat nama baik kedua orang tuanya tercoreng. Jika ia egois dan bertindak sesuka hati, maka mama akan kecewa dengannya.

"Satya Adinata, gue mau tanya satu hal pada lo sekarang .... "

"Tanya aja. Gue dengan senang hati jawab pertanyaan dari lo," ucap Satya dengan cepat memotong perkataan Sabrina.

"Eh, tapi tunggu. Lo tahu nama lengkap gue ya," kata Satya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun dengan wajah kesal yang Sabrina tunjukkan.

"Berhenti sok kecakapan didepan gue. Mual gue lihat wajah lo yang sok ganteng itu."

"Gue rasa gue bukan sok kecakapan deh. Tapi emang cakap bawaan dari lahir," kata Satya sambil tersenyum manis memperlihatkan dua gigi ginsulnya.

'Ya Allah ... manusia kayak apa ini. Kenapa bisa hidup dimuka bumi ini dengan wajah tanpa dosa?' kata Sabrina dalam hati.

Tapi, tidak bisa Sabrina pungkiri, kalau Satya memanglah cowok tampan dengan semua keistimewahan yang ia miliki. Apalagi jika dilihat dari jarak dekat, sedekat mereka saat ini. Ketampanan yang Satya miliki memang terlihat sangat jelas sekarang.

Terpopuler

Comments

Maria Agustina Bungalay

Maria Agustina Bungalay

perempuan kok menyalahi kodrat ya
jangan kasar² mbak.jadilah perempuan yg lemah lembut

2021-08-02

0

MUKAYAH SUGINO

MUKAYAH SUGINO

Visualnya

2021-05-19

0

Marlina Dalipang

Marlina Dalipang

awal2 benci lama2 jatuh cinta

2021-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!