🌺
🌺
🌺
🌺
🌺
Indi pulang kerumahnya dengan hati yang berbunga-bunga. Dia tidak sabar ingin cepat-cepat memberi tahu kabar bahagia ini kepada Ibunya tercinta.
Sesampainya di rumah, indi langsung menunaikan shalat dzuhur karena waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 dan ternyata Ibunya belum pulang. Ibu Ninik memang biasanya pulang pukul 16.00 sore.
"Masih satu jam setengah lagi Ibu pulang, lebih baik aku manasin nasi dulu biar nanti Ibu ga capek," gumam Indi.
Indi pun dengan cekatan memasak nasi dan memasak sayur bayam dan ada tahu dan tempe juga, Indi berpikir biar nanti kalau makan malam tinggal di panasin saja.
Satu jam kemudian Indi pun selesai memasak, nasinya pun sudah matang sembari menunggu Ibunya pulang, seperti biasa Indi menyempatkan membaca Novel online kesukaannya.
***
Sementara itu, seorang pria tampan dengan gerobaknya sampai disebuah kontrakan kecil yang selama ini menjadi tempat berteduhnya dari hujan, panas, dan dingin.
Ya pria itu adalah Azzam, si pedagang tampan yang sudah membuat Ibu-ibu dan anak muda klepek-klepek. Semua orang sangat menyukai Azzam selain tampan, Azzam adalah orang yang sangat baik dia tidak segan-segan membantu siapapun yang membutuhkan walaupun kehidupannya juga serba kekurangan.
"Bang Azzam baru pulang?" tanya Ibu Sri tetangga Azzam.
"Eh, iya Bu Sri baru pulang nih," sahut Azzam dengan duduk selonjoran di teras kontrakannya.
"Wih, kayanya dapat untung nih soalnya jualannya habis," goda Ibu Sri.
"Alhamdulillah Bu Sri."
"Ya bagaimana ga laku Bu Sri, orang si Azzam dagangnya sambil ngegombal mulu mana ada yang bisa nolak pesona Azzam," celetuk seseorang yang baru keluar dari dalam kontrakannya.
"Ah bisa aja kamu Is, ngegombal itu kan kelebihan aku, kata orang punya kelebihan itu ga boleh di pendam harus di tunjukan biar semua orang tahu," sahut Azzam.
"Heleh..ngegombal di bilang kelebihan, ada-ada aja kamu Zam," seru pria yang bernama Fais itu.
Fais pria hitam manis itu adalah seorang penjual nasi goreng, nasib Fais sama dengan Azzam seorang penjual cuma bedanya kalau Azzam suka gonta-ganti jualan karena nasibnya yang selalu rugi karena ulahnya sendiri, sementara Fais dia istiqomah dengan jualan nasi gorengnya.
Nasi goreng Fais sangat laku, selain nasi goreng Fais enak rasanya, Fais juga mempunyai paras yang manis sehingga membuat banyak anak muda yang berbondong-bondong mengantri nasi gorengnya Fais.
"Eh Bu Sri mau kemana?" tanya Azzam.
"Aku mau bobo siang dululah Zam, capek habis kerja," jawab Ibu Sri.
"Bobo mulu Bu Sri, mau Azzam temenin," goda Azzam.
"Dasar, enak aja udah ah aku pusing kalau ngeladenin kamu Zam," ucap Bu Sri dengan melangkah meninggalkan kedua pria muda itu.
Begitulah keseharian Azzam, semua orang tahu kalau Azzam orangnya memang suka bercanda jarang serius, makannya disaat Azzam serius ga ada yang mempercayainya, itulah Azzam.
"Zam, teman aku nanti malam ga bisa jualan nasi goreng, kamu mau ga gantiin teman aku buat jualan nasi goreng? itu juga kalau kamu mau, kalau ga mau ya gapapa juga sih," tawar Fais.
"Boleh..boleh, aku mau lumayan buat tambah-tambah biaya nikah," jawab Azzam dengan antusiasnya.
"Astaga, gaya mu Zam buat tambah-tambah biaya nikah, emang kamu sudah punya calon istri Zam?" tanya Fais.
"Ya belum sih, tapi kan harus dari sekarang ngumpulin jadi kalau suatu saat aku menemukan jodohku, semuanya sudah siap."
"Hebat banget kamu Zam, sumpah aku salut sama kamu setiap hari jualan ga pernah lelah selalu penuh semangat."
"Harus dong Is, kita sebagai manusia yang nasib ekonominya kurang beruntung harus semangat jangan malas-malasan, ya udah aku kedalam dulu mau mandi udah gerah nih bau keringat," ucap Azzam dengan mengendus-ngendus keteknya sendiri.
"Dasar jorok kamu Zam, udah sana mandi."
Azzam pun tertawa dan beranjak dari duduknya dan masuk kedalam untuk mebersihkan dirinya.
Setelah mandi, Azzam terlihat lebih segar dia membaringkan tubuhnya diatas kasur lantai, tatapannya lurus ke langit-langit kamarnya. Diambilnya sebuah bingkai foto yang terpajang diatas nakas disamping tempat tidurnya.
"Bu, Azzam kangen sama Ibu kenapa Ibu begitu cepat meninggalkan Azzam?" gumam Azzam.
Tanpa sadar mata Azzam sudah berkaca-kaca, Azzam sungguh lemah kalau sudah berhubungan dengan Ibunya. Dibalik sikap Azzam yang ceria, petakilan, tukang gombal sana-sini, tapi jauh di lubuk hatinya Azzam adalah manusia biasa yang mempunyai hati juga.
Azzam sangat menyayangi Ibunya, Azzam sudah terbiasa bekerja keras sejak kecil, Ibu Azzam sering sakit-sakitan. Mata Azzam pun mulai sayu dan akhirnya tanpa terasa Azzam pun mulai terlelap dengan memeluk bingkai foto Ibunya.
***
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, Ibu."
"Indi, kamu sudah pulang Nak?"
"Sudah Bu, dari tadi juga malahan Indi sudah masak buat makan malam kita berdua," ucap Indi sembari memijat lembut pundak Ibunya.
"Ada apa ini tumben, kok sepertinya anak Ibu sedang bahagia?" tanya Ibu Ninik.
"Iya Ibu, Indi sedang bahagia banget karena hari ini Indi diterima kerja Bu," ucap Indi dengan antusiasnya.
"Alhamdulillah ya Alloh, selamat ya Nak mudah-mudahan kali ini kamu betah, memangnya kamu bekerja dimana?" tanya Ibu Ninik.
"Di sebuah toko bunga Bu, katanya sih gajinya sedikit tapi gapapalah yang penting sekarang Indi punya kerjaan biar Indi ga selalu menyusahkan Ibu," sahut Indi.
"Ssttt..kok kamu ngomong seperti itu Nak? ga boleh ngomong seperti itu, kamu tidak pernah menyusahkan Ibu justru kamu adalah harta yang paling berharga yang Ibu punya," ucap Ibu Ninik dan memeluk anak kesayangannya itu.
"Maaf ya Bu, selama ini Indi belum bisa membahagiakan Ibu," seru Indi dengan meneteskan air matanya.
"Tidak apa-apa, kamu jangan ngomong seperti itu lagi ya Nak ga baik lho."
"Indi sangat menyayangi Ibu."
"Ibu juga sangat menyayangi Indi."
Tok..tok..tok..
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, Bu sepertinya ada tamu, Indi buka dulu ya pintunya."
Indi pun segera menghapus air matanya, dan beranjak dari duduknya membuka pintu.
"Hallo Indi."
"Aaaa...Keisya."
Indi langsung memeluk sahabat satu-satunya itu.
"Siapa Nak?" teriak Ibu Ninik.
"Ini Bu, ada anak nakal datang kerumah kita."
"Apakabar Ibu?" seru Keisya.
"Masya Alloh Keisya, kemana saja kamu sudah lama tidak mampir kesini?" tanya Ibu Ninik.
"Keisya kan Kuliah di Luar Negeri Bu, dan sekarang baru selesai," jawab Keisya.
"Oh iya ya, Ibu lupa maklum sudah tua, ayo mari masuk Nak jangan berdiri saja di depan pintu."
"Iya Bu terima kasih."
"Ibu tinggal dulu ke belakang ya, mau mandi dulu gerah."
"Iya Bu."
"Ya Alloh Kei aku kangen banget sama kamu," ucap Indi dengan terus memegang tangan Keisya.
"Aku juga kangen banget sama kamu Indi, bagaimana kabarnya? sekarang kamu kerja dimana?" cerocos Keisya.
"Aku baru saja diterima disebuah toko bunga, untuk lulusan SMA seperti aku nyari kerjaan susah Kei," seru Indi sendu.
"Jangan sedih, kamu harus semangat jangan pantang menyerah, Indi yang aku kenal kan selalu optimis dan percaya diri masa baru dua tahun aja ditinggal sudah jadi lemah gini," sahut Keisya.
Keisya adalah sahabat Indi, mereka bersahabat sejak pertama masuk SMA. Keisya merupakan anak orang Kaya Mamahnya seorang Dokter dan Papahnya seorang Direktur Bank ternama.
Disaat lulus SMA, Keisya mendapat Beasiswa Kuliah ke Malaysia dia Kuliah disana selama dua tahun mengambil jurusan Chef profesional.
"Oh iya, kamu sudah dapatkan pekerjaan?" tanya Indi.
"Waktu di Malaysia, aku kerja part time disebuah Restoran ternama disana aku membantu Chefnya, Pemilik Restorannya tampan banget Indi mana masih muda lagi, nah dengar-dengar dia juga akan membuka Restoran disini kayanya aku orang pertama yang akan melamar kesana," ucap Keisya cengengesan.
"Dasar, kalau ngomongin cowok tampan aja langsung semangat," ledek Indi.
Keisya hanya cengengesan, tanpa mereka sadari waktu sudah masuk maghrib, Indi, Keisya, dan Ibu Ninik menjalani shalat berjamaah.
"Ayo kita makan bersama, Ibu sudah memanaskan sayurnya."
Mereka bertiga pun makan malam bersama, walaupun makanannya sederhana tapi Keisya selalu senang dan menikmati setiap makanan dirumah Indi.
Setelah selesai makan, Keisya dan Indi mencuci piring dan gelas kotor bersama-sama. Sementara Ibu Ninik sudah beristirahat, Indi mengajak Keisya untuk duduk-duduk di teras rumahnya.
"Nasi goreng..nasi goreng.." teriak Azzam dan seperti biasa mangkal didepan rumah Indi.
"Malam Indi," sapa Azzam dengan cengiran khasnya.
"Lho Bang Azzam, jualan lagi?" tanya Indi.
"Aku rela jadi Abang nasi goreng asalkan setiap malam lewat depan rumah kamu Indi."
"Alah si Abang, gombal mulu kerjaannya."
"Eh, siapa tuh Indi Bidadari disamping kamu?" tanya Azzam.
"Ini teman Indi, jangan di godain Bang."
Azzam masuk ke teras rumah Indi dan duduk lesehan dibawah Keisya dan Indi. Azzam memang sudah akrab dengan semua warga di tempat tinggal Indi jadi Azzam ga pernah sungkan-sungkan sama siapa pun.
"Perkenalkan nama aku Azzam," seru Azzam dengan mengulurkan tangannya.
"Keisya."
"Nama yang cantik seperti orangnya, Indi kok kamu ga pernah bilang kalau punya teman secantik ini," seru Azzam.
"Buat apa bilang-bilang sama Abang, nanti malah di gombalin terus."
"Azzam, jadi kamu yang jualan nasi goreng ini?" teriak Alex.
"Iya Mas Bro, kenapa mau dibuatin nasi goreng?" tanya Azzam.
"Huuh, buatin satu porsi."
"Asiap, laksakan Mas Bro. Neng cantik Abang mau buat nasi goreng dulu ya, nanti Abang kesini lagi," seru Azzam.
Keisya hanya senyum-senyum malu...
"Mau dibungkus atau disini aja Mas Bro?" tanya Azzam.
"Disini ajalah Zam."
"Bang Alex, tunggunya disini," seru Indi.
"Ah, iya Indi."
Alex pun menghampiri Indi dan Keisya.
"Bang, kenalkan ini Keisya temannya Indi."
"Hallo, Alex."
"Keisya."
"Tumben Abang beli nasi goreng?" tanya Indi.
"Iya Indi lagi pengen aja, tadinya Abang mau kedepan beli nasi goreng tapi aku lihat ada gerobak nasi goreng didepan rumah kamu, eh ternyata yang jualan Azzam," sahut Alex.
"Ini nasi gorengnya."
"Makasih Zam."
Azzam kembali duduk di dekat Keisya..
"Kalian mau juga, kalau mau suruh Azzam bikinin nanti biar sekalian Abang yang bayar," seru Alex.
"Ga usah Bang, kita barusan baru aja selesai makan jadi masih kenyang, iya kan Kei?"
"Iya."
Keisya memang orangnya pendiam dan pemalu kalau didepan orang, kecuali kalau di depan Indi mungkin karena kalau dengan Indi sudah kenal lama jadi tidak merasa malu lagi.
"Kei, orang tua kamu tukang bantal ya?" Azzam mulai menggombal lagi.
"Hah, tukang bantal?" sahut Keisya bingung.
"Iya soalnya kamu sudah membuat Abang nyaman berada didekatmu."
Alex sampai tersedak mendengar ocehan Azzam, dengan sigap Indi langsung masuk kedalam rumahnya untuk mengambilkan minum buat Alex.
"Ini Bang diminum dulu," ucap Indi.
Alex segera meneguknya dengan sekali tegukan.
"Terima kasih ya Indi, astaga Azzam gombalanmu sampai membuat aku tersedak."
"Tahu nih, setiap orang digombalin mulu sama Bang Azzam," sahut Indi.
Keisya hanya tersenyum, tapi Keisya terus saja curi-curi pandang kepada Alex yang sedang sibuk makan nasi goreng.
Waktu sudah menunjukan pukul 20.00 malam, Keisya pun pamit pulang setelah tadi sempat memesan taxi online, sementara Azzam sudah sibuk meladeni pembeli yang seperti biasa rela mengantri untuk melihat penjual tampan itu.
Alex pun sudah pamit pulang, Indi segera masuk rumah untuk istirahat juga soalnya besok dia akan memulai kerja.
🌺
🌺
🌺
🌺
🌺
Hai..hai..datang lagi nih,,siapkan vote dan hadiahnya sebanyak-banyaknya 🙏🙏🤗🤗 Biar Authornya makin semangat lagi😘😘
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU💋💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ᴳᴬᴺᴰᴼˢ࿐𝐀⃝🥀
waoooo seru cerita tpi maaf ya author aku baru sempet baca 🤭🤭🤭 🙏🙏🙏
2021-04-08
0
☪wHEniA1102™◼KB☪
mas Azzam tebar pesona muluk
2021-03-21
0
🌺ziRa_hEnY💞🐊🐊
ampun ampun kak Poppy aku ngakak gegara Azam🤣🤣🤣ganteng2 gesrekkk..🤭
2021-02-14
1