Semangat Pagi

💐

💐

💐

💐

💐

Pagi ini begitu sangat indah, Matahari bersinar dengan cerahnya masuk melalui celah-celah jendela membuat mata seorang wanita cantik mengerjap karena silau.

 

Indiana Khan itulah nama wanita cantik berhijab itu, setelah melaksanakan shalat subuh memang sudah menjadi kebiasaan Indi selalu tidur lagi, bukan sebuah tidur nyenyak melainkan tidur sebentar sembari menunggu hari sedikit terang.

 

Tok..tok..tok..

 

"Indi, bangun Nak sudah siang," teriak Ibu Ninik yang tidak lain adalah Ibu Indi.

 

"Iya Bu, ini juga sudah bangun kok," sahut Indi.

 

Indi pun segera merapikan tempat tidurnya dan mencuci wajahnya supaya lebih segar.

 

"Indi, Ibu pergi dulu ya ada cucian di rumah sebelah, Ibu sudah membuatkan nasi goreng untukmu kalau kamu mau keluar simpan saja kuncinya di tempat biasa," seru Ibu Ninik.

 

"Baik Bu."

 

Indi memperhatikan punggung Ibunya yang mulai menghilang dibalik pintu, ada perasaan miris dihatinya melihat wanita yang paling dia sayangi harus bekerja keras demi mencukupi keperluan sehari-hari.

 

Indi melihat nasi goreng yang sudah Ibunya buat, tiba-tiba air matanya menetes bahkan Ibunya hanya makan sedikit dan menyisakan banyak untuk dirinya. Indi tahu karena tadi malam Indi melihat sisa nasi yang ada di didalam rice cookernya hanya sedikit.

 

Indi memakan nasi goreng itu dengan deraian air mata, Indi bertekad kalau hari ini akan mencari pekerjaan, Indi akan menerima pekerjaan apapun asalkan pekerjaan itu halal.

 

Susah payah Indi menelan makanan itu, hingga akhirnya nasi goreng itu pun habis tak bersisa. Indi segera bersiap-siap mengganti pakaiannya untuk mencari pekerjaan hari ini.

 

"Roti...roti...roti enak dan nikmat ayo siapa yang mau beli, Azzam yang tampan sudah datang ayo beli...beli," teriak Azzam.

 

Seketika mendengar teriakan tukang dagang tampan nan gagah itu, semua Ibu-ibu keluar dari rumahnya dengan terburu-buru saling berebut satu sama lain. Entah apa yang ada dipikiran Ibu-ibu itu mereka rela meninggalkan suaminya demi membeli dagangan yang Azzam jajakan.

 

Azzam adalah seorang pedagang tampan nan gagah, Azzam tidak pernah terpaku sama satu dagangan, dia selalu gonta-ganti jualan kadang jualan bubur, buah-buahan, roti, kue, dan sebagainya.

 

Azzam tidak pernah terpatok pada satu jualan karena setiap Azzam jualan pasti ujung-ujungnya mengalami kerugian. Azzam itu tukang gombal setiap orang habis dia gombali tapi mirisnya kebanyakan emak-emak yang nyangkut dengan gombalannya.

 

Kadang-kadang karena saking fokusnya dengan gombalan dan tebar pesonanya, Azzam sampai tidak memperdulikan dengan Ibu-ibu yang pergi begitu saja tanpa membayar. Sehingga membuat Azzam selalu merugi, tapi Azzam tidak pernah mengeluh dan malu dengan profesinya dia jalani dengan penuh rasa syukur.

 

Seperti pagi yang cerah ini, Azzam sudah dikerubungi Ibu-ibu tidak tahu diri, mereka ada yang sibuk memilah roti yang mau mereka beli, ada yang hanya sekedar ingin pegang-pegang badan kekar Azzam, ada yang setia mendengarkan gombalan-gombalan Azzam, bahkan ada yang hanya melongo melihat Azzam tanpa berniat untuk membeli dagangan Azzam.

 

"Bang Azzam, kok makin hari makin tampan saja," celetuk salah satu Ibu-ibu dengan nada genitnya.

 

"Masa sih Bu? Alhamdulillah kalau begitu, Ibu juga makin hari makin cantik saja seperti bunga yang baru mekar cantik sekali," gombal Azzam.

 

"Ih, Bang Azzam bisa saja," ucap Ibu-ibu itu dengan gayanya yang sok imut membuat Azzam bergidik ngeri.

 

"Kalau begitu aku beli sepuluh rotinya Bang Azzam."

 

"Wuidih mantap, siap Ibu cantik."

 

Tiba-tiba, Indi pun keluar dari rumahnya dengan membawa tas selempang karena hari ini Indi akan mencari pekerjaan.

 

"Pagi Indi yang cantik, sini mau beli roti Bang Azzam yang tampan ini," teriak Azzam.

 

"Tidak Bang terimakasih Indi mau berangkat dulu," sahut Indi yang langsung melangkahkan kakinya.

 

"Indi tunggu sebentar," teriak Azzam yang berlari menghampiri Indi.

 

"Ada apa Bang?" tanya Indi.

 

"Ini ada roti buat Indi yang cantik."

 

"Tidak usah Bang, nanti Abang rugi lho."

 

"Tidak apa-apa Abang rugi, yang penting Indi bahagia."

 

"Lho tidak bisa begitu dong Bang, kasihan kan Bang Azzam sudah capek keliling jualan mencari pembeli untungnya juga tidak seberapa malah Abang kasih ke Indi."

 

"Sudah ini buat kamu, pamali lho nolak rezeki," Azzam menarik tangan Indi dan memberikan rotinya.

 

"Makasih ya Bang, semoga jualan Abang hari ini habis."

 

"Amin."

 

"Kalau begitu Indi pergi dulu ya Bang, Assalamualaikum."

“Waalaikumsalam.”

 

Indi pun akhirnya meninggalkan Azzam, Azzam dengan senyum-senyum menghampiri gerobak rotinya dan dilihatnya Ibu-ibu sudah sedikit berkurang dan betapa terkejutnya Azzam saat melihat rotinya sudah ludes, habis dan uangnya hanya ada beberapa lembar saja di gerobaknya.

 

"Astaga selalu seperti ini," Azzam menepuk jidatnya sendiri.

 

"Makasih ya Abang Azzam yang tampan, ini rotinya aku borong tinggal lima lagi dan ini uangnya," ucap seorang Ibu terakhir sembari mencolek dagu Azzam dengan genitnya.

 

"Do'a kamu langsung terkabul Indi, jualan aku laku habis tak bersisa tapi uangnya tidak ada," gumam Azzam dengan tatapan nelangsanya.

 

Sementara itu dengan semangatnya Indi menyusuri setiap trotoar memasuki setiap toko dan Restoran mencari lowongan pekerjaan.

 

Toko demi toko, restoran demi restoran sudah Indi masuki satu persatu tapi tidak ada satu pun yang membutuhkan Karyawan baru.

 

Akhirnya Indi duduk di sebuah kursi taman merenungi nasibnya sendiri sembari istirahat, Indi ingat ada roti pemberian Azzam perlahan Indi memakan rotinya. Indi sedikit memijat kakinya yang terasa pegal karena karena terlalu lama berjalan kaki.

 

Indi melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan sudah menunjukan pukul satu siang, sesaat Indi menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara kasar, Indi pun beranjak dari duduknya dan mencari Mesjid untuk melaksanakan shalat dzuhur.

 

***

 

Sementara itu di Negara Jiran nan jauh disana, seorang Pria tampan tampak sedang termenung didalam Kantornya yang berada di lantai dua Restoran miliknya. Pria itu tidak lain adalah Aiman Arsyad Ady seorang Pengusaha dan Pemilik Restoran ternama di Malaysia.

 

Aiman mempunyai Restoran di semua sudut Kota yang ada di Malaysia dan Restoran Aiman semuanya merupakan Restoran terkenal dan sukses. Aiman tidak sendirian, dia mengelola semua Restorannya bersama Sepupunya yang bernama Junaidi Maulana atau yang terkenal dengan sebutan Joe.

 

Joe adalah orang yang dingin dan cuek, berbeda dengan Aiman yang tampak ramah dan gampang bergaul dengan siapa pun juga.

 

Joe langsung memasuki ruangan yang dijadikan Kantor itu...

 

"Kamu kenapa pagi-pagi sudah melamun?" tanya Joe.

 

"Aku sedang memikirkan Adik aku Joe, dimana dia sekarang?" sahut Aiman.

 

"Kamu yang sabar, mudah-mudahan Adik kamu selamat dan masih hidup."

 

"Firasat aku mengatakan kalau Adik aku masih hidup Joe, tapi aku tidak tahu keberadaan dia," ucap Aiman.

 

Tok..tok..tok..

 

"Masuk."

 

"Selamat pagi Tuan, maaf mengganggu pagi-pagi, saya cuma mau mengatakan kalau saya sudah mendapatkan informasi tentang keberadaan Adik Tuan," seru anak buah Aiman.

 

"Benarkah? dimana dia sekarang?" tanya Aiman yang langsung berdiri dari duduknya.

 

"Menurut informasi, orang itu membawa Tuan muda ke Indonesia tapi tepatnya dimana saya belum tahu, saya akan segera menyelidikinya kembali."

 

"Indonesia...baiklah, terimakasih sudah bekerja keras selama ini," ucap Aiman.

 

"Sama-sama Tuan, kalau begitu saya pamit, permisi."

 

Anak buah Aiman pun membungkukkan tubuhnya tanda hormat dan pergi meninggalkan ruangan itu. Aiman pun kembali duduk di kursinya.

 

"Joe, bukannya ini suatu kebetulan?"

 

"Maksud kamu apa?" tanya Joe bingung.

 

"Kita kan sudah ada rencana akan mengembangkan bisnis Restoran kita di Indonesia, sekalian kita bisa mencari Adikku disana," seru Aiman.

 

"Benar juga Im, sambil menyelam minum air itu namanya," sahut Joe.

 

Kembali ke Indonesia.....

 

Setelah berjalan sangat jauh dan mencari pekerjaan kemana-mana, Indi memutuskan untuk pulang kerumahnya. Mungkin hari ini bukan hari keberuntungan buat Indi.

 

Dengan langkai gontai, akhirnya Indi menyusuri trotoar kembali. Sebenarnya Indi sudah capek dan lelah berjalan tapi Indi lebih memilih jalan kaki karena sayang dengan uangnya, takutnya Ibunya tidak mempunyai uang buat beli beras jadi Indi berpikir uangnya lebih baik buat beli beras daripada dipakai untuk ongkos.

 

Di tengah-tengah rasa lelah yang menderanya, tiba-tiba ada bunyi klakson motor diselingi dengan panggilan yang ditujukan untuk dirinya.

 

"Indi...Indi tunggu," panggil seseorang.

 

"Lho, Bang Alex."

 

"Kamu darimana kok kelihatan capek seperti itu?" tanya Alex.

 

"Biasalah Bang, habis nyari kerjaan."

 

"Sudah dapat kerjaannya?" tanya Alex kembali.

 

Indi menggelengkan kepalanya lemah..

 

"Jangan lemas gitu dong harus semangat, sekarang boleh saja bukan hari keberuntunganmu tapi kan besok mana tahu kamu dapat kerjaan," seru Alex.

 

"Amin."

 

"Ya sudah, ayo naik kita pulang bareng," ajak Alex.

 

"Memangnya tidak apa-apa Bang kalau Indi ikut?" tanya Indi dengan polosnya.

 

Seketika tawa Alex pecah mendengar pertanyaan Indi itu.

 

"Astagfirullah Indi, kalau ada apa-apa ngapain Abang ajak kamu, nih pakai helmnya."

 

Indi pun tersenyum dan memakai helmnya, dengan ragu-ragu Indi naik keatas motor Alex dia bingung harus berpegangan kemana soalnya kalau tidak pegangan takut jatuh juga.

 

"Pegangan Indi, entar jatuh lho."

 

Indi pun dengan ragu-ragu memegang pundak Alex, dasar si Indi kaya emak-emak naik ojeg saja peganganya ke pundak.

 

Alex seorang pria tampan yang merupakan tetangga Indi, Alex sudah sejak dulu menyukai Indi cuma Alex tidak berani untuk mengungkapkannya.

 

Alex seorang pekerja Kantoran, Alex orangnya sangat baik dan penyayang sehingga ditempat tinggal mereka semuanya sangat menyukai Alex.

 

Tidak ada pembicaraan selama dalam perjalanan, Alex fokus mengendarai motornya dan sesekali Alex tampak curi-curi pandang melalui kaca spion. Alex selalu merasa gerogi dan deg-degan saat dekat dengan Indi.

 

"Subhanallah cantik sekali kamu Indi, seandainya kalau kamu tahu Abang sudah menyukaimu dari dulu," batin Alex sembari kembali melihat Indi dari kaca spion.

 

Tidak lama kemudian mereka pun sampai, Rara yang merupakan anak Pak RW di wilayah tempat tinggal Indi merasa kesal melihat Indi dibonceng oleh Alex, pasalnya Alex itu paling anti dekat-dekat dengan perempuan tapi saat ini Rara melihat Alex dengan santainya membonceng Indi.

 

"Ih kok bisa sih si Indi di bonceng sama Bang Alex, memangnya mereka dari mana sampai pulang barengan kaya gitu," gerutu Rara dengan kesalnya.

 

Rara adalah tetangga Indi juga, bahkan rumah Rara dan Indi itu bersebelahan, jelaslah bersebelahan soalnya Ayahnya Rara selain seorang RW beliau juga merupakan Pemilik kontrakan yang saat ini ditempati oleh Indi dan Ibunya.

 

"Terimakasih ya Bang Alex sudah mau boncengin Indi."

 

"Sama-sama Indi."

 

"Bang Alex mau mampir dulu?" tawar Indi.

 

"Ah tidak usah Indi, Abang langsung pulang saja soalnya sudah gerah pengen cepat-cepat mandi."

 

"Oh ya sudah, kalau begitu sekali lagi makasih ya Bang."

 

Alex pun menganggukan kepalanya dan langsung melajukan motornya untuk pulang kerumahnya. Indi pun melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam rumahnya karena Indi sudah tidak kuat lagi ingin cepat-cepat merebahkan tubuhnya.

💐

💐

💐

💐

💐

Jangan lupa

like

gift

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU

 

Terpopuler

Comments

☪wHEniA1102™◼KB☪

☪wHEniA1102™◼KB☪

memang tukang gombal sekali mas Azzam ya😁😁

2021-03-01

0

💚JieHa-Bicaraᴴᵃᵗⁱ😕<_

💚JieHa-Bicaraᴴᵃᵗⁱ😕<_

🙄🙄🙄😂😂

2021-02-15

1

HIATUS

HIATUS

Semoga tenang di sana ya kk🤧🤧

2021-02-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!