Teroris 2

Tim penyelidik dari kepolisian devisi satu masuk ke gedung yang tak memiliki sisa apa-apa tersebut setelah kejadian. Sekelompok orang tersebut ingin melakukan penyelidikan lebih lanjut mereka.

Bagaimana pun pengalaman masa lalu mereka mengajari mereka bahwa penjahat gila tersebut selalu meninggalkan jejak yang sangat misterius.

Mereka harus menemukan jejak tersebut dan mengumpulkan semua yang mereka temukan menjadi satu kesimpulan yang mereka harap akan sangat membantu.

Mereka mulai masuk. Yang terlihat dari dalam hanyalah ruangan tempat kayu arang berserakan.

Dalam kondisi ini, mereka seperti mendengar teriakan para korban yang terbakar hidup-hidup di gedung ini.

Secara alami mereka merasakan pundak mereka dingin dan rasa takut muncul begitu saja di hati mereka. Berada di dalam gedung yang hangus ini membuat mereka merasa seolah mereka juga menjadi korban yang terjebak di dalam gedung ini dengan frustasi berteriak meminta tolong.

Tempat yang baru saja kehilangan kemewahannya ini langsung memberikan kesan yang mengerikan untuk para penyelidik tersebut. Mereka tahu berurusan dengan penjahat satu ini bisa saja menjadikan mereka korban selanjutnya.

Namun, mereka harus menyelidiki gedung ini untuk mendapatkan informasi penting agar penjahat yang telah melakukan semua ini harus segera ditangkap dan agar semua ini tak perlu terulang lagi.

Penjahat tersebut harus mendapatkan balasan yang layak dengan perbuatannya.

Walau semua orang dalam tim ini sadar bahwa menangkap penjahat itu tidak seperti menangkap penjahat lain. Namun mereka tetap melakukannya dengan resiko besar yang menanti mereka.

Kehebatan orang tersebut telah mereka ketahui. Penjahat yang memiliki strategi dan tentunya bukan penjahat bodoh.

Lantai satu. Lantai dua. Lantai tiga hingga lantai dua belas tidak ada apa-apa walau mereka sudah sangat teliti mencarinya. Mereka belum menemukan apa yang mereka harapkan.

Tim mereka telah mereka bagi menjadi lima tim. Tetap tak menghasilkan apa-apa. Mereka lelah dan terasa putus asa. Hanya satu orang ini yang membuat mereka sangat tertekan dan memaksa mereka bekerja dengan lebih keras meski hasilnya selalu kembali pada angka nol.

Mereka istirahat di lantai dua belas. Setidaknya kekuatan dan semangat mereka harus kembali sebelum mereka bisa memulai pencarian ini lagi.

"Berapa tinggi IQ ******* ini?" keluh salah satu dari tim penyelidik itu. "Dia selalu tidak meninggalkan jejak apapun," tambahnya dengan nada agak kesal karena merasa selalu gagal dalam memburu orang yang satu ini.

"Kalau pun kita menemukan sesuatu, kita selalu berpikir bahwa kita telah maju satu langkah. Tapi ternyata kita selalu jatuh dalam rencananya," Omelan tersebut bertambah.

Beberapa tidak peduli dengan keluhan itu. Namun, segalanya tetap sama. Mereka merasakan hal yang sama. Mereka marah, kesal dan merasa dipermainkan oleh penjahat pintar ini.

Sudah berapa lama mereka mengejar orang ini? Sehari, seminggu, sebulan, atau setahun? Itu pertanyaan tidak penting tetapi sangat membosankan.

Lama mereka mencari orang yang bahkan mereka tidak tahu apa-apa tentang orang itu. Mereka tidak memiliki informasi apapun selain keyakinan mereka bahwa orang itu adalah seorang *******, orang yang berbahaya, orang yang harus dihentikan. Hanya itu yang mereka tahu tentang buronan mereka.

Mereka seperti berlari di padang gurun pasir mengejar angin. Di sisi lain penjahat ini terus menertawakan kebodohan mereka dan mempermainkan mereka dengan tak terlihat dan terasa begitu dekat.

Menyerah? Mereka selalu memikirkan keputusan tersebut. Pilihan yang sangat sederhana dan mudah.

Tetapi menangkap penjahat adalah pekerjaan mereka, tugas mereka. Mereka polisi. Tugas mereka menangkap si psikopat yang tergila-gila dengan suara ledakan dan jeritan manusia.

Menyerah bukan pilihan yang bagus untuk diambil oleh seorang polisi di saat penjahat sesungguhnya menari bebas di jalanan berkumpul dengan orang-orang di luar sana dengan rasa aman.

Mereka polisi. Tidak boleh menyerah. ******* gila harus mereka tangkap. Mereka harus membuat ******* itu merasa tidak aman ada di bumi ini. Sepanjang yang mereka tahu, polisi selalu berhasil menangkap buronan mereka meski memerlukan waktu lama dan menghadapi banyak hal yang terjadi.

Begitu pun dengan ******* satu ini. Dia juga akan tertangkap suatu hari nanti.

"Dimana Jaksa Young dan Detektif Han?" tanya pemimpin tim yang tidak melihat adanya dua anggota tim mereka.

"Mungkin ada di lantai tiga belas," jawab yang lain asal tebak dengan nada lelah dan tampak begitu malas untuk bicara.

Mood mereka sedang berada dalam mood yang tak menyenangkan. Dan mereka harus berusaha mengembalikan mood mereka kembali seperti sedia kala.

Pria berumur itu mengangguk dengan kemungkinan itu. Memang bisa saja kedua orang itu berada di lantai tiga belas masih bersemangat mencari bukti dan tidak tertarik untuk beristirahat.

Kedua orang itu adalah orang yang paling bersemangat di antara mereka. Entah apa urusan mereka dengan ******* asing itu sehingga mereka sangat bernafsu untuk menangkap orang itu hidup ataupun mati.

Tapi bagus juga dengan adanya semangat kedua orang itu untuk mempengaruhi semangat yang lain. Setidaknya mereka masih bisa melihat ada orang yang memiliki tekat kuat dan percaya mereka akan berhasil.

Tak lama kemudian ponsel salah satu dari mereka berdering bertepatan mereka semua sepakat ingin kembali memulai penyelidikan.

Orang yang ponselnya berdering tersebut segera mengeluarkan ponselnya di saat yang lain melihat kepadanya karena bunyi ponsel tersebut. Dia membaca nama pemanggil yang masuk ke ponselnya.

"Jaksa Young," ucapnya membaca nama penelpon.

Dia melihat kepada yang lain dengan wajah heran dan bingung kenapa Jaksa Young menelpon dirinya.

Sementara yang lain masih melihat kepada orang tersebut. Orang itu kemudian mengangkat panggilan tersebut.

Sebelum dia bicara. Terdengar suara seorang wanita yang bicara lebih dulu. Wanita tersebut bicara dengan nada yang begitu tenang dan meminta mereka semua untuk segera ke lantai tiga belas.

"Iya Jaksa Young. Kami akan langsung ke lantai tiga belas sekarang," ucap si pemilik ponsel setelah mendengar apa yang dikatakan oleh si penelpon.

Yang lain justru terdiam ingin tahu.

Sambungan terputus. Orang di yang menelpon tersebut memutus telpon secara sepihak.

Orang itu kemudiansegera menjelaskan rincinya apa yang dikatakan oleh Jaksa Young di telpon dengan sangat ringkas kepada yang lain. Yang intinya mereka diminta segera ke lantai tiga belas.

Setelah menjelaskan bahwa mereka diminta ke lantai tiga belas mereka segera ke sana tanpa banyak bicara lagi. Mereka penasaran. Mungkinkah wanita muda dengan status seorang jaksa dan pria muda penuh semangat itu menemukan sesuatu? Penerangan untuk mereka dalam pencarian ini mungkin telah didapat di lantai tiga belas itu.

Mereka segera berangkat bersama-sama ke lantai tiga belas yang dimaksud.

Terpopuler

Comments

Nana

Nana

next kaka

2021-03-08

0

Bagus Effendik

Bagus Effendik

wah ada yang baru perlu di dukung

Novel T O H mendukungmu

tetap semangat

2021-02-04

0

🌻Ruby Kejora

🌻Ruby Kejora

boom untuk mu

2021-02-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!