Mereka berdua belas berdiri melingkar dengan rapi pada sebuah amplok coklat dan sebuah tablet berwarna hitam yang tak hidup di tengah lingkaran mereka.
Dua benda yang tampak mencurigakan tersebut mereka lihat tanpa mereka sentuh sama sekali.
Mereka kemudian menatap satu sama lain dengan penuh tanya. Di permukaan tablet itu menempel selembar notes kecil berwarna orange dengan tulisan "Aku akan menghubungi kalian nanti. Jii Joon".
"Maksud kalian berdua, dia ada di bangunan ini saat kita juga ada di bangunan ini?" tanya pemimpin kepada sepasang manusia yang langsung mengangguk secara serentak memberi jawaban iya.
"Iya," jawab si pria setelah mengangguk.
Pemimpin tim itu langsung menarik nafas yang panjang sambil mengacak-acak rambutnya sendiri dengan sangat frustasi. Dia bahkan langsung melonggarkan dasi yang ia kenakan karena merasa geram.
Pria berumur itu langsung berjalan ke jendela yang kacanya telah pecah saat peristiwa ledakan besar terjadi. Dia mencari udara dari sana. Pria berumur tersebut merasa sangat frustasi juga sangat marah.
Orang itu benar-benar mempermainkan mereka tanpa ampun seperti badut dengan meninggalkan barang-barang ini seolah mereka tak punya kemampuan untuk menangkap ******* itu.
Orang itu begitu sombong, angkuh juga percaya diri. Merasa hebat dan tak terkalahkan. Terlebih lagi semua orang memang mengakui dia hebat dalam segala hal.
Dia tak tahu apa yang akan dia lakukan kepada penjahat menyebalkan itu jika penjahat itu telah dia tangkap. Menghajar orang itu sampai tak bisa berdiri lagi sepertinya tidak akan membayar apa yang dilakukan oleh orang tersebut.
Bahkan hukuman mati atau penjara seumur hidup tetap tidak akan sepadan dengan apa yang dilakukan oleh makhluk yang satu itu.
"Sangat memalukan! Apalagi yang kalian tunggu!? Cepat cari psikopat gila itu!" teriak pria itu lantang dengan mengeluarkan kekesalan dan kemarahan dalam dirinya.
Benar-benar memalukan. Penjahat itu begitu dekat dengan mereka tetapi mereka bahkan tidak bisa melihat wajah orang itu. Apa lagi yang akan dikatakan oleh orang-orang tentang mereka? Ini telah terjadi lebih dari tiga kali. Penjahat itu terus saja mempermainkan mereka. Dengan bertingkah seperti ini. Bermain-main mungkin menjadi gaya dari penjahat tersebut.
Beberapa orang yang selalu bertugas di lapangan pertarungan siap untuk bergerak memulai perburuan yang mereka tahu itu akan sedikit sia-sia atau sedikit memerlukan usaha keras lebih. Mereka tidak akan menemukan orang bernama Jii Joon itu di sini. Bukan karena mereka tidak percaya diri. Tapi begitulah fakta yang selalu mereka hadapi.
Jelas-jelas buruan mereka sangat cerdas. Mereka pun bergerak. Walau mereka tahu ini menjadi sesuatu yang sulit, mereka tetap melakukannya. Itu lebih baik daripada berdiam diri menunggu dipermalukan lagi dan lagi.
Lebih baik mereka mencari orang tersebut dan bergantung pada keberuntungan yang akan membimbing mereka.
Baru dua detik mereka mulai bergerak untuk memulai perburuan. Para detektif itu pun bahkan belum melakukan lima langkah kaki mereka.
Secara otomatis tablet hitam yang masih tidak tersentuh itu menyala secara tiba-tiba dengan otomatis.
Mereka semua kaget. Pemimpin tim segera mengambil tablet itu tanpa pikir panjang. Sosok pemuda yang tampak berusia dua puluh lima tahun ke atas muncul di dalam tablet. Wajah tampan dan bersih itu asing bagi mereka. Ini baru pertama kali mereka melihat wajah tersebut.
Memang ini pertama kali, tapi mereka memiliki satu nama yang mereka yakini itu adalah milik pemuda yang berdiri di dek kapal dengan celana sepanjang lutut yang ia kenakan di musim dingin ini juga baju putih tipis tanpa lengan. Jii Joon. Siapa lagi kalau bukan orang gila itu.
Tapi untuk apa orang itu menunjukkan wajahnya sekarang setelah menyembunyikannya begitu lama? Untuk mengejek mereka? Untuk memperkenalkan diri? Itu tidak penting. Yang sudah sangat jelas sejak awal adalah mereka harus menangkap orang ini secepat mungkin.
"Hai kapten. Kau terlihat tidak baik sekarang," sapa pemuda tersebut ramah dengan tersenyum puas juga memperlihatkan senyuman mengejek.
Pemuda itu tampak begitu puas melihat raut wajah-wajah dari orang yang mengejarnya.
Semua orang terdiam melihat satu sama lain dengan waspada. Mereka seperti mendapat insting tidak baik dalam hal ini.
Bukan hanya satu atau dua yang merasa aneh dengan semua ini, tapi mereka semua.
Tentu pria tampan di seberang sana telah terlatih menyembunyikan identitas dirinya dan ia selalu melakukannya dengan mudah. Lalu apa ini? Dia memperlihatkan sendiri wajahnya bersama senyuman sombong itu juga pistol colt di tangan kirinya.
Apa tujuan sebenarnya dari orang ini? Detektif Han yakin bahwa apa yang dilakukan orang ini tidak mungkin tidak punya tujuan. Orang ini pasti memiliki motif lain yang mungkin sebuah motif besar.
Bagaimanapun juga seperti itulah Jii Joon yang dikenal semua orang. Tak akan melakukan apapun dengan sia-sia atau tanpa tujuan.
"Dimana kau brengsek!?" tanya ketua tim dengan nada geram, kesal juga marah.
Pemuda itu justru terkekeh menahan tawa. Melihat ekspresi orang-orang itu yang tampak semakin frustasi mengejarnya. Benar-benar memuaskan baginya.
"Kupikir kapten bisa melihat air laut di belakangku. Dari bangunan sialan tempat kapten berada itu, kapten bisa langsung melihatku jika kapten berputar ke belakang (Serentak semuanya melakukan itu) Bukankah aku orang yang baik hati?" Ucap Jii Joon tanpa masalah.
Tempat gedung yang mengalami peristiwa mengerikan tersebut tak jauh dari arena laut. Tanpa menunggu aba-aba Detektif Han dan empat rekannya yang lain langsung berlari keluar. Mereka harus menangkap si psikopat itu dan memasukkannya ke rumah sakit jiwa. Paling tidak mereka harus dapat menghajar orang itu terlebih dahulu.
"Tadi aku ingin bilang tidak usah mengejarku itu hanya sia-sia," ucap Jii Joon yang dapat mendengar langkah kaki beberapa orang yang bergegas pergi ke luar.
Lagi-lagi Jii Joon tersenyum mengejek dengan angkuh. "Aku tidak punya banyak waktu untuk bermain lagi dengan kalian, biar ku jelaskan agar kalian mengerti. Aku berencana untuk liburan dan aku tidak bisa meninggalkan orang-orang seperti kalian menganggur. Di dalam amplop coklat ada kode berisi tanggal dan tempat. Aku telah memasang beberapa bom aktif di negaramu. Semuanya aktif dan sudah diatur dengan baik," ucap Jii Joon memberitahu dengan terus terang dan begitu santai.
Mendengar hal itu berhasil memancing emosi pemimpin tim yang sedang memegang tablet. "Brengsek kau!" teriak ketua tim marah sangat marah.
Pemuda di seberang sana justru tersenyum ramah menerima kalimat itu dengan senang hati. Ia telah sering mendengar kutukan seperti itu dan ia sudah terlalu kebal untuk tersinggung dengan kalimat-kalimat semacam itu.
Pemuda tersebut kemudian tersenyum ramah sebagai tanpa salam perpisahan. Lalu dia mengarahkan pistol colt ke depan seolah sedang mengarahkan pistol kepada pria tersebut.
Mata Jii Joon yang sebelumnya tampak begitu tenang mendadak berubah menjadi dingin layaknya seorang pembunuh tanpa perasaan. Entah apa yang terjadi, pemimpin tim langsung merasakan tekanan yang mengerikan dari sorot mata tersebut. Seolah dia menyadari tak akan pernah menang melawan pemuda tersebut.
Bersama dengan sorot mata membunuh tersebut, jari Jii Joon bergerak menarik pelatuk pistolnya.
DOR! Tembakan dilepas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
annisa sullivan
mas ji changwook
2021-03-09
0
Nana
like egen
2021-03-08
0
Bagus Effendik
lanjuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut
2021-02-04
0