Kini ketiga orang itu masih fokus pada pembicaraan serius di pagi hari.
"Bisakah kau jelaskan kenapa aku harus membangun hotel di Jepang dan bukan di Jerman? Dan untuk Jerman, bisa kau beritahu aku investasi apa yang sangat menguntungkan bagi perusahaanku?"
Karina berjalan ke arah sofa dan duduk. Bergabung bersama mereka dan dengan anggun membuka iPad yang sejak tadi dipegangnya. Ia pun mulai serentak meng-krem.
"Hm ... hm … begini, Pak Gerald ... Jepang pada beberapa tahun ke depan akan menjadi tujuan destinasi dunia baik di bidang pariwisata maupun bidang terknologi. Ingat lho, Jepang memiliki sistem kelola yang rapi dan kompeten. Sedangkan Jerman, Anda sebaiknya berinvestasi di bidang properti karena masyarakat Jerman menyukai sesuatu yang baru dan unik. Untuk Wijaya Group batalakan saja, Pak."
Gerald dan Tomi kembali saling memandang.
"Kenapa?" tanya Gerald.
Lalu Karina memperlihatkan hot news pagi itu di layar iPad-nya ke depan muka Gerald. "Putri Group Wijaya terlibat skandal dan gara-gara itu saham mereka anjlok. Beberapa anak perusahaan mereka, sebagian sudah menjual saham dan sisanya masih menunggu keajaiban."
Gila nih cewek, ajaib! Analisis kurs bursa saham dan investasinya mantep banget! Bahkan jurusan magester nggak sedetail ini analisisnya. Dia tau betul untung ruginya di mana, permainan sahamnya di mana. Hebat Karina! Kamu … memang berbeda. Akhirnya aku mendapatkan berlian di tengah lautan luas dan ganas ini. Gerald terkagum dalam hati. Kini lagi-lagi Tomi dan Gerald saling berpandangan.
"Ge, lo ingat Sania?"
"Astaga! Tuhan! Dia Sania Wijaya?" Gerald kembali tersadar pada ingatannya akan kejadian dua hari lalu saat ia menggoda Sania. Ia pun menepuk jidatnya.
Karina terkekeh sesaat, melihat dua orang idiot yang baru saja kena tipu oleh seorang janda yang mengaku perawan. Nahas, seorang pewaris tunggal kerajaan bisnis Pratama Group ternyata tak lebih seperti badut yang bersembunyi di balik sayap malaikatnya. Kalau gue mah ogah. Orang kayak gini nggak cocok jadi pewaris, cocoknya jadi pengemis! Opsss! Kok gue maki sendiri, sih?
"Apa kita bisa pergi sekarang?" ucap Gerald dan Tomi serempak sambil memelototi Karina. Ia hanya mendelik dengan sorot ragu.
**Agenda Tn. Gerald hari ini:
08.00: Tanda tangan kontrak dengan investor Jepang.
10.00: Tanda tangan kontrak dengan investor Jepang.
11.02: Observasi proyek kantor cabang.
13.00: Makan siang dengan presdir Wijaya Group.
14.00: Menemui Sania Wijaya.
17.00: Flight ke New York bertemu Mr. Davis.
18.00: Jumpa selebriti ternama di Star Club.
19.15: Meeting pribadi dengan direktur anak cabang.**
Sore itu, setelah menyelesaikan semua tugasnya. Karina merebahkan tubuh ke atas ranjang melepaskan penat yang mulai menyapanya.
"Sial! Si Gerald idiot! Dia pikir gue robot mainannya apa? Kasih kerjaan setumpuk gini!"
Anggi keluar dari kamar mandi dan mengeringkan rambut dengan handuk kecil pink soft kesayangannya lalu melempar handuk itu ke wajah Karina.
"Buset ... lo apaan sih, Ang? Gue kecapean tau!" pekik Karina menyibak handuk dari wajahnya dan duduk kembali.
"Daripada lo ngoceh melulu, mending mandi sana biar seger! Lo kayak cucian abis dikucek tau, gak!"
"Gila! Badan gue pegel semua, Ang!"
"Ya, itu udah risikonya, Rin. Namanya juga kita orang level 1. Dibandingkan dengan Pak Gerald, paket komplet dan nggak perlu capek-capek mikirin mau makan apa besok lusa, tinggal jentikkan jari semua udah di hadapannya."
"Itu menurut lo, gue nggak!"
"Jelaslah! Lo, kan, emang udah berasal dari lautan emas, Rin. Tau apa lo tentang kami yang dari telaga keruh gini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Wina Ningsih
next....
2021-03-31
0
Anawahyu Fajrin
suka,,suka banget.
2021-02-19
0