Setelah mengikuti arah yang telah di jelaskan Suster, tibalah Yosep di sebuah lorong, yang sebentar lagi akan mendekati ruang UGD.
Dengan nafas tersengal sengal, Yosep mencari keberadaan Johan si pemuda yang berkostum Taekwondo yang ia temui tadi pagi.
"Pak, pak Yosep." panggil seseorang sambil melambai lambaikan tanganya kepada Yosep.
Yosep pun bergegas menghampiri Johan yang telah memanggilnya dari kejauhan.
"Bagaimana dengan keadaan anak itu?, apa sudah ada informasi dari dokter?" tanya Yosep dengan wajah cemas.
"Sabar Pak, sampai saat ini. Dokter hanya mengintruksikan untuk tetap sabar menunggu." jawab Johan pada Yosep.
Semoga saja tuhan menyelamatkan nyawa anak kecil itu.
" O ya Pak, Bagaimana dengan keadaan keluarga korban lainnya?" tanya Johan yang ingin mengetahui keadaan si korban.
"Kedua orang tua anak kecil ini tewas di tempat, sedangkan yang satunya lagi, di perkirakan masih mempunyai harapan untuk di selamatkan." jawab Yosep pada Johan.
"Terus, di ruangan mana sekarang orang itu?" tanya lagi Johan padanya.
"Petugas menghubungiku, katanya di rumah sakit ini. akan tetapi aku sendiri belum tahu, karena ketika aku kesini. Aku selalu terfokus pada anak kecil ini." jawabnya sambil menunjuk ruang UGD dengan meliriknya.
"Baiklah, aku akan cari satu korban lainnya. Kebetulan rumah sakitnya sama." ucap Johan sambil berlalu menuju ruang receptionis untuk menanyakan keberadaan ruang Virza.
Kebetulan sekali, petugas kepolisian dan pihak penyelamat sedang berada di ruang receptionis.
"Maaf Sus, saya mau bertanya tentang korban kecelakaan tadi pagi yang di bawa kesini." ucap Johan mengawali percakapannya.
"Maaf, apa Bapak masih ada ikatan keluarga dengan si korban?" tanya petugas kepolisian pada Johan.
"Bukan Pak, saya hanya kebetulan membantu korban saja ketika kecelakaan terjadi." jawab Johan.
Kemudian Petugas kepolisian menunjukan identitas berupa KTP Virza kepada Johan.
"Apaa, Virza!!!" Johan tersentak ketika baru mengetahui, bahwa si korban adalah teman seperjuangannya ketika di SMA.
"Bapak kenal dengan korban?" tanya lagi petugas kepolisian itu.
"I ya, Pak. Saya kenal, dia sahabat saya ketika SMA." jawabnya petugas.
"Kalau begitu, saya titip Korban pada anda. Karena saya harus mengurus pelaku penabrakan dengan cepat." pinta petugas tersebut pada Johan.
"Baik Pak, dengan senang hati." jawab Johan sambil berjabat tangan dengan sang petugas.
Para petugas pun berlalu pergi meninggalkan Johan yang masih berdiri menatap kepergianya.
Johan yang telah mengetahui keberadaan Virza, segera menuju ruang Dokter untuk menanyakan informasi keadaanya.
Di ruangan Dokter, Virza berbincang tentang seberapa parah luka yang di derita sahabat terbaiknya.
"Jadi Dok, apakah teman saya bisa di sembuhkan?" tanya Johan pada sang Dokter.
"Bisa Pak, tapi korban akan mengalami kelumpuhan, akibat benturan keras di kakinya." jawab sang Dokter.
Johan tak menyangka akan nasib sahabat terbaiknya akan seperti ini.
"Baik Dok, kalau ada perkembangan apa pun tolong hubungi saya." pinta Johan pada Dokter.
" I ya, Pak. Nanti akan saya hubungi anda." jawab Sang Dokter.
Johan pun berlalu pergi keluar meninggalkan ruangan sang Dokter.
Lima hari berlalu, hari dimana keluarga Barry Kennedy mengalami kecelakaan naas yang merenggut nyawa istri dan dirinya.
Hari itu pula, Leon telah tersadar dari komanya.
Leon sadar dengan keadaan perban telah melilit di kepalanya.
"Aku dimana." ucap Leon sambil mengedarkan pandangannya ke segala arah.
Suster yang Baru saja mengetahui Leon telah sadar dari komanya, segera menghubungi Dokter untuk segera mengecek keadaanya.
Dokter yang baru saja datang dengan 2 orang perawatnya. Segera menyiapkan beberapa alat untuk memudahkan sang Dokter yang akan mengecek keadaan Leon.
Setelah selesai dengan pemeriksaanya, Dokter itu segera melepas stetoskop dan mengusap bahu Leon.
"Anak tampan, Masih sakit sekali kepalanya?" tanya Dokter pada Leon.
Alih alih menjawab pertanyaan sang Dokter, Leon malah balik bertanya kepada Dokter.
"Pak Dokter, Ayah dan Ibu saya dimana?, Om saya dimana?" tanya Leon dengan tak sabarnya sambil menarik-narik jas putih yang di gunakan sang Dokter.
Sejenak sang Dokter terdiam, dia terlihat berperang melawan pikirannya. Dia berpikir keras bagaimana caranya ia menyampaikan pada anak kecil yang usianya baru 5 tahun itu.
*Jikalau aku jelaskan padanya, apakah anak ini akan mengerti, dengan keadaan orang tuanya yang telah tiada. Oh tidak, aku tak ingin membuat anak ini trauma berat.
Tuhan, apa yang harus aku lakukan*?
"Anak tampan, siapa namamu?" Dokter mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Namaku Leon, Leon Scott Kennedy." jawabnya dengan lugas.
"Baiklah Leon, Pak Dokter harus memeriksa keadaan Om kamu sekarang. Jadi Leon tampan jangan bersedih!, ini Pak Dokter kasih SilverQueen." ucap Dokter sambil mengeluarkan coklat dari saku jasnya dan memberikannya pada Leon.
"Terima kasih Pak Dokter, coklatnya." ucap Leon sambil tersenyum.
Dokter pun berlalu meninggalkan ruangan Leon, dan menuju ruangan Virza di rawat.
Sepanjang perjalanan sang Dokter merutuki kebohongan yang telah ia lakukan pada Leon.
Semoga Tuhan mengampuni hambamu ini yang telah berbuat bohong demi kebaikan.
Di ruangan Virza, Dokter baru saja masuk untuk mengecek perkembangan keadaan Virza.
"Selamat siang." sapa sang Dokter pada Virza.
Virza yang sedari tadi melamun, kini telah buyar setelah mendengar sapaan sang Dokter.
"Siang juga Dok, bagaimana keadaan keponakan saya Dok?" tanya Virza.
"Dia telah sadar, dan belum lama saya telah sedikit mengobrol dengannya." jawab Dokter.
"Syukurlah, kalau begitu Dok." ucap Virza.
"Tapi maafkan saya, saya belum bisa menjawab jujur, ketika Leon bertanya tentang keadaan orang tuanya." ucap Dokter sedikit kecewa.
"Tidak apa apa Dok, saya mengerti. Seandainya saya jadi anda pun, saya pasti akan mengambil hal sama seperti anda." ucap Virza.
Setelah mengecek keadaan Virza, Dokter pun berlalu pergi meninggalkan Virza sendiri.
"Maafkan aku Leon, Om sungguh tak berdaya." ucap Virza sambil menangis.
Sementara di lain ruangan, Leon meminta kepada perawat agar ia di pertemukan dengan OM nya yang bernama Virza.
Leon mengancam akan mengamuk, apabila keinginanya tak di penuhi kepada perawat yang menjaganya. Dan akhirnya perawat mendapat persetujuan dari Dokter, untuk mempertemukan mereka berdua.
Leon berjalan perlahan di temani perawat di sampingnya, dengan Coklat SilverQueen di tangan kanannya, Leon tersenyum. Tak sabar rasanya ingin membagi coklat yang besar dan panjang itu kepada Om dan kedua orang tuanya.
"Ini ruangan tempat dimana Om Virza di rawat." ucap Perawat memberi tahukan kepada Leon.
Setelah mengetahuinya, Leon yang merasa kangen dan tak sabaran, langsung masuk tanpa mengetuk pintu lagi terlebih dahulu.
"Om, Om Virza." panggil Leon yang baru saja masuk kedalam kamar Virza.
"Eh, keponakan Om sudah sembuh sayang?" tanya Virza sambil membuka kedua tangannya agar di peluk Leon.
Leon langsung naik ke atas ranjang kasurnya, dan memeluk Virza.
"Om, Om. Leon kangen ayah dan Ibu, Dimana mereka?" tanya Leon
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
merry
lanjut
2021-09-13
1
eflyn💦
next next
2021-09-13
1
💈🦃༺เყαɳɠ༄ᶦᶰᴳᴬ°᭄࿐
.cerita nya wow deh..keep spirit authorhs
2021-08-31
1