Dua Minggu tak terasa telah berlalu, kini pihak rumah sakit dan Dokter, telah memutuskan bahwa Virza dan Leon kini sudah bisa pulang dan tak lupa untuk rajin rajin, kontrol setiap bulan untuk mengetahui perkembangan luka bekas kecelakaanya tersebut.
Dengan di bantu Quad stick( tongkat bantu). Virza melangkah pergi bersama Leon, setelah berpamitan kepada Dokter dan Suster yang telah merawatnya.
"Om, Aku sudah tidak sabar ingin bertemu Ayah dan Ibu." ucap Leon.
"I ya, Leon. Kita berdua akan segera menemuinya hari ini." Virza melangkah dengan perlahan lahan.
"Pelan pelan Om," ucap Leon sambil membatu Virza melangkah.
"I ya, dasar cerewet kamu." Virza tertawa karena Leon tak henti hentinya mengingatkan dirinya agar selalu berhati hati.
Di sela sela indahnya hari itu. Yosep yang belum lama mendapatkan kabar dari rumah sakit, bahwa Virza dan Leon telah telah di nyatakan sembuh dan pulang pada hari ini, dirinya segera menyusul dengan membawa mobil Fortuner berwarna hitam gloss. Dengan niat tiada lain dan tiada bukan, karena memang ingin menjemputnya.
Semoga saja aku belum terlambat, Leon..aku sudah sangat merindukanmu.
"Sial, kenapa jalanan harus macet sih." Yosep memutar arah mencari jalan lain yang di harapkanya tidak macet.
Sementara di lain tempat, Virza yang merasa lelah dengan langkahnya. Meminta Leon untuk beristirahat sejenak, untuk melepas rasa lelahnya.
"Leon kita duduk disini sebentar, Om lelah sekali." ucapnya dengan nafas terengah engah.
"Baik Om." Leon tersenyum sambil berdiri memijat mijat pundak Virza.
Leon, kalau bukan karena dirimu yang sangat berharga. Aku lebih memilih mati saja daripada hidup segan mati tak mau seperti ini.
"Bagaimana Om, sudah hilang lelahnya?" tanya Leon berharap Virza mau melanjutkan kembali langkahnya.
Sejenak Virza tersenyum melihat Leon yang penuh antusias.
"Ayo kita lanjutkan kembali perjalanan kita." ajak Virza pada Leon.
"Ayo om." Leon kembali berjalan di samping Virza.
Ketika melewati sebuah taman, Leon melihat beberapa anak laki laki sebayanya, sedang asyik berlari lari dan bermain, di iringi teriakan kecil dari ayahnya anak laki-laki "Awas jatuh nak", membuat Leon benar benar merindukan sosok kedua orang tuanya, yang sampai saat ini, Leon berpikir kenapa mereka belum menelponya atau menjemputnya ketika ia masih di rumah sakit.
"Kamu kenapa Leon?" tanya Virza yang mengikuti arah kemana Leon memandang.
"Om, kenapa Ayah dan Ibu tidak pernah menelpon kita?, mengapa mereka tak pernah sama sekali menjenguk kita, ketika kita masih di rumah sakit?" suara Leon bergetar, air matanya menetes membasahi pipinya.
Tuhan, cobaan apalagi ini?, apa yang harus aku katakan padanya.
"Leon, bersabarlah." Virza mengusap air mata Leon yang jatuh di pipi.
"Om, apakah mereka sudah lupa dan tidak menyayangi kita lagi?" tanya lagi Leon meminta jawaban pasti.
Tuhan, tolong aku. aku harus menjawab apa padanya.
Di sela sela momen yang membuat Virza bingung, terdengar sebuah klakson mobil, yang membuat Virza dan Leon memalingkan pandangannya ke arah klakson tersebut.
"Hi anak tampan, kenapa kalian tak menungguku?" sapa Yosep yang baru saja keluar keluar dari mobilnya.
"Eh, Pak Yosep. Maafkan saya Pak, saya tidak mau selalu merepotkan Bapak." jawab Virza yang merasa sungkan.
"Kalian jangan sungkan kepadaku." ucap Yosep sambil menepuk pundak Virza.
"Kalian terlihat kelelahan, ayo masuk ke mobil!" Yosep memaksa Virza yang selalu merasa sungkan padanya.
Di dalam mobil, Yosep segera menjalankan kembali mobilnya.
"Kalian sudah makan?" tanya Yosep pada mereka berdua.
Virza hanya menunduk dan terdiam, menahan rasa malu atas segala kebaikan yang telah di lakukan Yosep padanya.
"Diamnya kalian, aku anggap kalian belum makan. Dan aku akan mengajak kalian untuk makan terlebih dahulu!" ucapnya dengan santai.
Tapi, Pak..." ucapnya terpotong.
"Saya benci dengan penolakan!" ucap Yosep penuh dengan penekanan.
Yosep memarkirkan mobilnya di sebuah restoran yang lumayan cukup besar di daerah itu.
"Wah, besar sekali restorannya." Leon berdecak kagum.
"I ya, nanti kita akan makan di dalam Leon." Yosep menjawab sambil membantu Virza keluar dari mobilnya.
"Terima kasih Tuan." ucap Virza yang telah di bantu Yosep.
"I ya, ayo kita masuk ke dalam." ajak Yosep sambil membantu memapah Virza.
Di dalam restoran, Yosep mempersilahkan Leon dan Virza, untuk memesan apa saja yang mereka suka.
"Yang benar Ayah." ucapan itu lolos dari mulut kecil Leon yang terlihat gembira.
Deg...
Kenapa hatiku senang sekali, ketika mendengar anak ini memanggilku ayah.
"Maaf, Pak Yosep. Anak kecil memang selalu ceplas ceplos dalam berbicara." ungkapan maaf Virza yang sekaligus membuyarkan lamunan sesaat Yosep.
"I ya, tidak apa apa." jawabnya dengan santai.
Acara makan selesai dengan khidmat. Tenaga yang hilang kini telah terisi kembali.
"Ayah, apakah Leon boleh meminta sesuatu makanan untuk di bawa pulang?" pintanya pada Yosep.
"Leon!, kamu tidak boleh seperti itu sayang!, itu tidak baik namanya." Virza coba menjelaskan pada Leon.
"Sudah, tidak apa-apa Virza. Namanya juga anak-anak." bela Yosep untuk Leon.
Yosep pun memesan beberapa makanan untuk di bungkus, dan di berikan pada Leon untuk di bawa pulang.
Setelah selesai dengan pesanannya, Yosep mengajak mereka berdua untuk melanjutkan perjalananya.
Karena merasa kenyang, Leon yang belum lama memasuki mobil, dengan mudah tertidur di pangkuan Virza, dengan tangan menggenggam makanan yang telah di bungkusnya tadi.
"Virza." panggil Yosep memecah keheningan.
"I ya, Pak Yosep," Virza yang mengelus rambut Leon, seketika mendongakkan kepalanya.
"Benar dengan yang telah di katakan Johan, dan aku pun setuju dengan pendapatnya." tegas Yosep.
Mungkin inilah waktunya, aku harus menunjukkan hal yang sebenarnya pada Leon.
"Apa kau sudah siap? tanya lagi Yosep membuat Virza bangun dari lamunannya.
"Aku tahu ini berat bagimu Virza, tapi apakah kau tega terus membohongi anak yang tak berdosa ini." tegas lagi Yosep penuh penekanan.
Bagai makan buah simalakama, Virza hanya bisa diam. Bingung menghadapi semua ini.
"Vir, aku akan membantumu merayu Leon." ucapan laksana angin segar di telinga Virza.
"Baiklah, sekarang kita pergi ke makam Kak Barry dan Rebecca." ajak Virza pada Yosep.
Sesampai di area pemakaman, ternyata Johan telah terlebih dahulu ada di depan makam kedua orang tua Leon, dan memberikan titik koordinasi letak (share loc) pada Yosep.
Yosep yang menerima notifikasi share loc dari Johan segera mengajak Virza dan menggendong Leon yang masih tertidur dengan tangan masih yang menggenggam makanan yang di bungkusnya.
Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai di makam Barry dan Rebecca.
Perlahan dengan kesulitan, Virza yang di bantu Quad sticknya, kini merapat pada tanah yang mengubur jenazah kakaknya.
"Maafkan aku kak," Virza melepas Quad stick dan menjatuhkan dirinya tepat di atas tanah kuburan Rebecca.
Tak henti-hentinya Virza menangis memeluk tanah kubur Rebecca dengan penuh kesedihan.
Leon yang mendengar suara Virza menangis, dirinya terbangun, dan meminta turun dari gendongan Yosep.
Perlahan dengan rasa tak percaya. Leon mendekati dan masuk di antara makam kedua orang tuanya.
"Om, kau pembohong!, kau bilang Ayah dan ibu sudah tenang. Tapi apa kenyataannya." Leon berputar menghampiri Virza dan memukul mukul bahu Virza dengan sekuat emosinya.
Yosep yang mencoba menghentikan, seketika di cegah Johan.
"Biarkan Leon meluapkan emosinya." Johan menahan Yosep dengan menjadikan tanganya penghalang pada dada Yosep.
"Tapi..." ucap Yosep yang tak berdaya melihat semua itu.
Virza mencoba memeluk Leon, meredam semua amarah keponakanya
"Lepaskan aku!, aku benci Om. Kau pembohong." Leon kembali duduk di tengah makam antara ayah dan ibunya.
"Ayah, Ibu. Aku mohon bangunlah, jangan tinggalkan Leon, Lihat Ayah, Ibu. Leon bawa makanan untuk kalian berdua, dan ini coklat, sengaja aku sisakan untuk kalian berdua." Leon mengeluarkan sisa coklat di dalam saku bajunya, coklat yang ia simpan ketika ia masih di rumah sakit.
Leon menunjukkan makanan dan coklatnya pada makam kedua orangtuanya.
"Ayah, Ibu, tak inginkah kalian bangun dan memeluku." Tubuh Leon kembali bergetar.
"Ayah, Ibu. Leon rindu kalian." Leon jatuh tersungkur dan pingsan di atas makam Barry.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
eflyn💦
lanjut
2021-09-13
0
raichan
semangat
2021-09-13
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
aaahhhh.... sedih.. btw.. ceritanya keren. penyajiannya jg not too bad
2021-06-15
0