Saat Caca sedang mengotak atik ponsel, satu e-mail masuk. Dia sudah tau kalau ada yang masuk di e-mail yang bernama Mirorr, pasti itu berhubungan dengan pekerjaan sampingan yang di jalani dengan Tiara.
Selama ini memang Caca yang memegang kendali, tapi yang eksekusi adalah Tiara. Pekerjaan yang sudah di jalani selama 2,5tn.
Setelah membaca isi pesan tersebut Caca langsung mengirimkan Tiara pesan. "Ra, ada orderan nih gimana? Terima nggak?"
Klik, pesan pun terkirim.
Tak lama ada balasan dari pesan yang di kirimnya.
💌"Kasus apa kali ini?" Isi pesan Tiara.
"Biasa Penjabat yang di ancam selingkuhannya, paling juga pakai video mes*m mereka." balas Caca.
💌"Ok, ambil aja."
"Kasih harga berapa, apa seperti biasa?" tanya Caca.
💌"Ok."
Tiara adalah seorang Hecker, makanya tidak heran jika Tiara bisa tinggal di apartemen mewah. Hanya saja tidak ada yang tau.
Uang bayaran yang di dapatkan pun tidak sedikit, hanya saja uang itu hanya di biarkan menumpuk di rekeningnya. Entah Tiara akan menggunakannya untuk apa.
Tiara bekerja di Cafe hanya untuk tameng, jikalau ada yang mempertanyakan dari mana dia mendapatkan biaya hidup.
Berbeda dengan Caca yang memang anak orang kaya, pasti tidak akan yang curiga.
Sore hari panas matahari yang mulai menghangat, membuat Tiara semangat untuk melanjutkan rencananya yang akan berkunjung ke Panti.
Tapi, sebelum itu Tiara akan kembali terlebih dahulu ke apartemen. Untuk mengambil barang yang akan di bawahnya, dan berangkat menggunakan taksi online.
Tak berapa lama taksi yang di pesan datang. "Dengan Mbak Tiara?" tanya supir taksi itu.
"Ya ... Pak," jawab Tiara.
Supir taksi itu segera turun dari mobil, dan membantu untuk memasukkan barang bawaan Tiara kedalam bagasi.
"Sesuai app ya Pak, Panti Asuhan Kasih Bunda." Ucap Tiara saat sudah duduk di dalam mobil yang segera berangkat. "Baik Mbak Tiara," jawab supir taksi.
Saat di perjalanan, Tiara tidak henti-hentinya membayangkan wajah adik-adik panti yang bahagia menerima oleh-oleh darinya.
Tak berapa lama taksi yang di tumpangi Tiara tiba di pelataran panti, tebakan Tiara benar. Baru saja Tiara turun dari Taksi, sudah banyak anak-anak panti yang menyambutnya.
"Kak Ara ...." teriak salah satu anak panti yang bernama Vino. Vino yang tadi dari dalam rumah panti pun sontak berteriak dan juga memanggil anak-anak lainya.
Tiara tersenyum lebar melihat anak panti yang antusias menyambutnya, mereka semua berlari ke arah Tiara. "Sayang ini oleh-oleh untuk kalian semua," ucap Tiara.
"Hore ...." teriak meraka.
"Vino di mana Bunda?" tanya Tiara saat sosok yang di carinya tidak ada.
"Bunda di dalam kak, lagi masak," jawab Vino.
Setelah barang-barang yang di bawa Tiara sudah berpindah tangan ke anak-anak panti, Tiara segera membayar taksi yang ditumpanginya. Dan berjalan masuk ke dalam rumah panti bersama anak-anak.
Saat di dalam, Tiara langsung menuju dapur untuk bertemu Bunda Dilla, Tiara melihat Bunda yang sedang memasak di temani beberapa anak panti.
"Bunda ...." sapa Tiara.
Bunda yang hafal dengan suara Tiara langsung menghentikan kegiatannya dan menghampiri Tiara, Bunda Dilla menautkan pipinya dengan pipi Tiara bergantian. Setelah itu Bunda Dila memeluknya dengan hangat.
Sudah satu tahun ini Tiara sering mengunjungi Panti Asuhan Kasih Bunda ini, karena waktu itu Tiara melihat beberapa anak panti yang berjualan kue. Dan waktu Tiara mencari tahu ternyata panti asuhan kekurangan donatur.
Tiara memutuskan untuk menjadi donatur, Tapi melalui Caca. Karena kalau tidak begitu Bunda akan bertanya bagaimana dia mendapatkan uang.
Saat selesai saling melepas rindu antara Bunda dan Tiara, Bunda menyuruh Tiara untuk duduk. Karena masakan sebentar lagi akan matang. Dan ikut makan malam bersama.
Tak lupa juga, Tiara menyampaikan salam dari Caca untuk Bunda Dilla karena tidak bisa ikut. Dan Caca hanya menitipkan amplop coklat untuk Bunda. Padahal yang sebenarnya dari Tiara.
...----------------...
Andien berada di dalam kamarnya, duduk bersandar di kepala ranjang. Mengingat kembali waktu indah bersama Alex sang kekasih.
Mulai kemarin Andien menghindar dari Alex, Andien masih tidak tau harus bersikap seperti apa. Memikirkan bagaimana jika takdir tidak memihak hubungannya dengan Alex.
Tok.
Tok.
Tok.
Lamunan Andien buyar seketika, saat mendengar ketukan di pintu kamarnya.
"Masuk ...." sahut Andien.
Klek.
Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. "Sayang kamu tidak makan?" tanya Mama Astrid, karena sepulang dari kantor sang putri hanya berada di dalam kamar.
Mama yang melihat wajah sendu pada Andien, lalu menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Di belainya rambut pendek Andien dan menatap mata sendu itu.
"Sayang ... mungkin ini keputusan yang berat buat kamu, tapi mungkin juga Papa mempunyai alasan tersendiri untuk melakukanya." ucap lembut Mama Astrid.
Mama yang yang melihat sang putri diam saja hanya menghela nafasnya pelan, bagaimanapun hati seorang ibu tau apa yang di rasakan oleh anaknya.
"Ayo makan!" ajaknya lagi. "Nanti kamu bisa sakit kalau tidak makan," imbuhnya.
"Nanti Ma, sekarang aku belum lapar. Nanti kalau aku lapar, aku akan turun." jawabnya pelan.
Mama Astrid pun tidak bisa memaksa anaknya, Mama Astrid beranjak dari kasur memutuskan keluar dari kamar Andien.
Setelah melihat Mamanya keluar, Andien melihat ponselnya yang dari tadi terus berbunyi. Saat di lihatnya adalah sang kekasih yang terus mencoba menghubunginya.
Alex menanyakan bagaimana keadaanya karena tidak bisa di hubungi, Andien hanya membalas singkat pesan Alex. "Aku baik-baik saja tidak perlu khawatir, maaf sayang aku sedang ada banyak pekerjaan," balasnya.
Ting.
Pesan pun terkirim, akhirnya Andin memutuskan untuk memejamkan matanya sekedar melupakan sejenak masalahnya. Hingga tak terasa Andien terlelap dalam tidurnya.
Sedangkan disisi lain, Alex yang mendengar ponsel-nya berbunyi langsung di raihnya benda pipih itu. Ternyata ada pesan masuk dari sang kekasih yang mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
Lantas itu tak langsung membuat Alex percaya, karena selama menjalin kasih dengan Andien. Sikap Andien tak pernah seperti ini.
Dengan cepat Alex mengotak atik ponsel-nya dan melakukan panggilan kepada seseorang.
Tut.
Tut.
"Halo!" jawab seorang laki-laki di seberang sana, dia adalah Riko sang asisten pribadi.
"Riko, cepat suruh anak bua mu mengawasi dan mengikuti kegiatan Andien."
"Ba--" Tut, tut, tut. Belum juga Riko menjawab tapi sambungan telfonnya sudah di putuskan secara sepihak.
Riko yang melihat layar ponsel-nya sudah menggelap, hanya mendengus kasar. Bosnya itu tidak tau waktu sekali saat memberi perintah.
*
*
Jam sudah menunjukkan 23.00. Tapi Tiara masih betah menatap layar laptopnya yang menampilkan tulisan-tulisan kecil.
Tiara baru mengerjakan pekerjaannya saat pulang dari panti.
Caca yang berada di sampingnya, hanya menemani dan memakan cemilannya. Karena Caca tidak paham apa yang di kerjakan Tiara.
Sesekali Caca menguap dan matanya yang merah sedikit berair, menandakan bahwa ngantuk telah menyerangnya.
Tiara yang melihat Caca sudah mengantuk. "Ca, balik sana dah ngantuk gitu. Lagian aku bentar lagi juga selesai," suruh Tiara.
Tapi Caca hanya menggeleng. "Nggak, nanti aku tidur sini aja." Jawabnya.
Mana mungkin Caca Tegah membiarkan Tiara bekerja sendirian, yah ... walaupun Caca hanya bisa membantu dengan cara duduk di sampingnya.
Tapi belum juga 10 menit Caca berbicara, Tiara sudah mendengar dengkuran sahabatnya. Tiara hanya menatapnya dengan malas.
Sebenarnya Tiara sendiri juga mengantuk tapi apa daya pekerjaannya belum selesai. Sesekali mata Tiara hampir terpejam tapi tiba-taba.
Dud......dut.....tuuuuutttttt
Seketika mata Tiara langsung terbuka lebar, mendengar bunyi yang begitu nyaring. Sontak Tiara melihat kerah Caca, mata Caca masih terpejam tapi bagaimana dia buang angin sebegitu dahsyatnya.
"Ya ampun Caca ...." teriak Tiara. Tapi Caca sama sekali tidak terganggu dengan teriakan Tiara.
Dan baunya pun tak main-main, pengharum kamar Tiara pun kalah dengan parfum gas beracun Caca.
Tiara langsung mengangkat laptopnya dan berpindah ke ruang tengah, dari pada nanti dia mabuk. Tak apalah malam ini begadang karena besok pagi kan libur sekolah.
*
*
Pagi hari yang cerah telah menyambut, cahayanya pun masuk melalui celah gorden kamar Tiara, Caca yang merasa silau pun terusik dari mimpinya.
"Ara sekarang jam berapa?" Dengan suara serak khas bangun tidur, Caca meraba tempat tidur sampingnya tapi tidak ada siapapun.
Hingga akhirnya Caca memutuskan turun dari tempat tidur dengan mata yang masih setengah terpejam, Caca berjalan sempoyongan sambil meraba raba tembok.
Setelah sampai di ruang tengah Caca baru menemukan Tiara yang tertidur di sofa ruang tengah. "Ara ngapain tidur di sini? Kan enak di kamar!" tanya Caca.
Tiara sebenarnya sudah bangun, tapi masih malas beranjak dari sofa. Tiara yang mendengar pertanyaan Caca hanya menatapnya dengan jengah.
"Kemarin ada orang buang gas beracun," cibir Tiara
Caca yang mendengar jawaban Tiara langsung melotot. "Siapa? Dimana? Kenapa kamu nggak bangunin aku, kalau aku keracunan gimana? Terus kalau aku lewat gimana?" tanya Caca dengan panik.
Tiara yang mendengarkan ocehan Caca langsung menutup wajahnya dengan bantal.
...----------------...
...Untuk hari ini update segini dulu ya ... jangan lupa vote, like dan komen. Semoga sehat selalu.aminnn. 😀...
...kunjungi juga...
...Facebook : auraaurora...
...iG : auraaurora / ninikdwifauria...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Tanisha Almahyra
kerennnn
2022-06-15
2
྅≞⃗Lovy 🖤
kocaaakk bgt sih Ca
2022-04-30
0
྅≞⃗Lovy 🖤
wkakkakaka astaaagaa Caca
2022-04-30
0