Di pinggir jalan ada seorang gadis yang berjalan terburu-buru, sesekali dia melihat jam tangan yang melingkar di tangan mungilnya.
"Gara-gara sakit perut tadi, sekarang jadi buru-buru kan." gerutunya.
Karena tidak hati-hati, gadis itu sampai tidak melihat jalan di depannya. Hingga dia menabrak seseorang.
Bruk.
"Ouch ...." pekik gadis itu saat jatuh terduduk di lantai, sedangkan yang di tabrak hanya berdiam diri di depannya.
"Maaf," ucap Tiara kepada seseorang itu, gadis yang terburu-buru itu adalah Tiara, setelah Tiara berdiri dari duduknya. Dan melihat orang yang di ditabraknya, Tiara terpaku. "Tampan ...." lirih Tiara.
Saat sadar ucapan maafnya tidak di tanggapi oleh orang itu, Tiara mencoba untuk meminta maaf lagi.
"Maaf," ulang Tiara. "Saya tidak sengaja karena buru-buru," tambahnya lagi. Tapi pria itu hanya mengangkat sebelah alisnya dan memandang Tiara dengan dingin, lalu melenggang pergi tanpa mengucapkan sepatah kata.
Tiara yang melihat sikapnya hanya bisa menggerutu. "Tampan, tapi kaku banget dasar Om Om."
Saat Tiara sadar jam kerjanya yang hampir terlambat, Tiara bergegas masuk ke dalam Cafe.
*
*
Malam telah tiba, sudah waktunya bagi Tiara untuk pulang.
Sejenak Tiara mengambil ponselnya dari saku celananya, sekedar melihat mungkin ada pesan atau panggilan penting. Tapi yang ada hanya pesan dari sahabatnya Caca, untuk di belikan ice cream.
Setelah menempuh perjalanan pulang ke apartemen menggunakan bus, Tiara pun turun di saat bus yang ditumpanginya sudah sampai dekat apartemennya.
Tiara menyempatkan mampir ke supermarket, sebelah apartemen untuk membeli pesanan Caca.
Di saat Tiara mengambil beberapa ice cream, matanya tak sengaja melihat seseorang gadis berparas cantik, tinggi semampai dan berambut sebahu.
Sesaat kemudian gadis itu juga bertatapan dengan Tiara.
Deg.
Jantung Tiara berdetak cepat. "Bukanya itu Non Andien, kenapa bisa ada di sini?" ucapnya dalam hati.
Andien adalah putri dari majikan mendiang ibu Tiara, dulu ibu Tiara sempat bekerja menjadi asisten rumah tangga di keluarga Andien selama 2th.
Setelah itu keluarga Andien memutuskan untuk pindah ke surabaya, karena perusahaan keluarga Andien mendirikan anak cabang di sana.
Andien yang merasa mengenal Tiara pun menghampirinya. "Kamu Tiara kan? Anaknya bik Asih?"
Tiara hanya diam mendengar pertanyaan dari Andien, sampai Andien memegang bahunya. "Kamu benarkan Tiara?" tanyanya lagi.
Hingga sepersekian detik Tiara mengerjapkan matanya beberapa kali dan menatap paras ayu Andien. "Eh iya Non, saya Tiara," jawabnya.
"Uhm ... apa kamu tinggal di dekat sini Tiara?"
"Tidak, saya hanya sekedar mampir Non," elaknya.
"Oh ...."
"Oh ya bagaimana kabar bik Asih?"
Tiara yang mendapat kan pertanyaan tentang sang Ibu, membuat raut wajahnya berubah sendu.
"Tiara kamu tidak apa-apa?" Tanya Andien, karena melihat Tiara yang diam saja. Dan raut wajahnya yang berubah sendu.
Tiara hanya menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa Non," jawab Tiara dengan senyum terpaksa.
"Apa Non Andien sekarang tinggal di dekat sini?" Mengalihkan pembicaraan.
"Tidak, tadi saya juga hanya sekedar mampir."
"Apa Non Andien sudah lama kembali ke jakarta?"
"Baru 6 bulan."
"Oh."
"Tiara bukanya kamu masih sekolah?"
"Iya Non, tapi saya bekerja setelah pulang sekolah."
"Benarkah!"
Tiara hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Di mana?" tanya Andien.
"Di Cafe Raja."
"Cafe yang lagi hitz itu!"
"Iya."
Ddrrtt ddrrtt ddrrtt
Setelah beberapa saat ponsel Tiara yang berada di sakunya berdering, sesaat Tiara melihat siapa yang menelponnya. Ternyata Caca.
Tiara pun menatap Andien yang berada di depannya. "Maaf Non saya angkat telfon dulu!"
Andien hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Tiara sedikit bergeser. "Halo Ca!"
(""")
"Iya bentar lagi aku pulang, tunggu sebentar."
Tut ....
Sambungan telfon pun terputus.
Setelah mengakhiri teleponnya, Tiara menghampiri Andien untuk berpamitan pulang.
"Uhm, Non maaf saya harus pulang sudah malam."
"Oh iya saya juga sebentar lagi pulang, apa kamu sekalian bareng pulangnya?"
"Tidak Non, terima kasih. Saya sudah pesan ojek online." tolaknya. "Kalau begitu saya pulang dulu."
Setelah berpamitan Tiara langsung menuju kasir untuk membayar belanjaannya dan bergegas keluar supermarket.
Sesekali Tiara menoleh kebelakang saat berjalan menuju apartemennya, memastikan bahwa tidak ada yang mengikutinya.
Saat tiba di depan pintu apartemen Caca. "Huft ...." Tiara langsung menghembuskan nafas lega dan menekan bel Apartemen Caca.
Tidak lama pintu itupun terbuka, menampilkan Caca dengan wajah kesalnya. "Kok lama sih Ra!" semprotnya.
Tiara yang mendengar Caca menggerutu, karena pesanannya telat datang hanya bisa menampilkan senyum manisnya.
Sudah biasa bagi Tiara menghadapi sifat Caca, yang terkadang seperti anak kecil.
Maklum saja Caca sedari kecil lebih sering hidup dengan Bibinya (asisten rumah tangga), apalagi setelah perceraian kedua orang tuanya. Bahkan kedua orang tuanya jarang sekali pulang ke rumah untuk melihat Caca. Hanya uang bulanan saja yang di kirimkan oleh orang tuanya.
"Nih pesanan kamu, aku langsung balik yah. Dah capek banget." Menyodorkan pesanan Caca.
"Gak main dulu?"
"Gak usah ... aku besok ada jadwal piket. Jadi aku berangkat lebih pagi, aku pesan ojek online aja."
"Oh ya udah kalo gitu, makasih ya Ra."
"Bye."
"Bye."
Tiara memutuskan kembali ke apartemennya, dan langsung membersihkan diri agar bisa cepat beristirahat.
*
*
Malam telah berganti pagi, seperti biasa rutinitas Tiara. Tapi hari ini dia memutuskan untuk sarapan sebelum berangkat.
Tiara mengotak atik ponsel-nya untuk memesan ojol.
Tak lama ojol yang di pesannya pun datang. "Dengan Mbak Tiara?" tanyanya sang ojol.
"Iya Pak," jawab Tiara seraya menerima helm.
Setelah 20 menit, akhirnya Tiara sampai di sekolah nya. Turun dari ojol-nya dan memberikan helm serta membayar ongkos ojol. "Ini Pak."
"Waduh Non ... tidak ada kembaliannya, masih belum dapat pelanggan."
"Gak apa-apa Pak, kembaliannya buat Bapak saja."
"Beneran Non?" tanya ojol itu tak percaya, karena tarifnya hanya 20rb. Sedangkan Tiara memberikan uang 50rb.
"Iya Pak, anggap saja rezeki untuk keluarga Bapak."
"Terima kasih Non."
"Iya Pak sama-sama."
Tiara memang selalu baik dengan orang- orang yang kurang beruntung, mungkin dia dulu juga pernah merasakan itu.
Hidup kekurangan, apalagi di saat dia membutuhkan biaya untuk pengobatan ibunya. Banyak orang yang tak mau memberikan pinjaman karena takut tak bisa melunasinya .
Hingga nyawa ibunya pun tak dapat tertolong, karena tidak mendapatkan perawatan maksimal. Sang Ibu hanya mendapatkan rawat jalan.
Itupun hanya di periksa di Puskesmas desa, sebenarnya sudah sering kali pihak Puskesmas merujuk untuk di bawah ke Rumah Sakit. Tapi ibunya tidak mau, beralasan bahwa dirinya baik-baik saja.
Sebenarnya ibunya sering menahan sakit, di saat dadanya yang tiba-tiba terasa sakit. Menyembunyikan rasa sakit agar Tiara tidak mengetahuinya. Ibunya tidak mau membuat Tiara sedih dan merasa bertanggung jawab atas penyakitnya.
Penyakit jantung tidaklah sedikit biayanya, meskipun dapat bantuan dari pemerintah itupun tidak 100%. Tentu saja siapa yang akan pusing mencari biayanya kalo bukan Tiara.
Sedangkan Tiara waktu itu kelas 3 SMP, ibu mana yang tega membiarkan anaknya mencari uang sebanyak itu. Di saat seharusnya dia seharusnya menikmati masa remajanya.
*
*
Di tempat lain.
Andien yang sedang menikmati sarapan dengan keluarganya, sebelum berangkat ke kantor.
"Andien Papa mau bicara sebentar."
Andien yang merasa ada nada serius pada ucapan Pak Teguh, sang Papa. Langsung menghentikan kegiatan makannya. "Tanya apa Pa?"
"Apa kamu masih berhubungan dengan Alex?"
"Masih Pa, kenapa?"
"Apakah kamu tidak bisa memutuskan hubunganmu dengannya?"
Andien yang mendengar pertanyaan papa nya terdengar Aneh hanya menautkan kedua alisnya. "Maksud Papa?" tanyanya.
"Huh ...." Papa nya membuang nafasnya kasar.
"Andien, Papa tau kamu mencintai alex, tapi sepertinya Alex tidak cocok denganmu." Papa menjeda kalimatnya. "Papa ingin menjodohkan mu dengan Anton, memang Anton tidak sekaya Alex tapi percayalah Anton pria baik dan bisa menjagamu," terusnya.
Andien merasa terkejut dengan apa yang di katakan oleh papa nya, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba papanya ingin menjodohkannya. "Pa, kenapa tiba-tiba papa bicara seperti itu!" Suara Andien bergetar saat mengucapkan itu.
"Papa tau kalau Andien mencintai kak Alex meskipun hubungan kami masih berlangsung 5 bulan." Andien mengatakan dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Rasa kecewa yang ada di dalam hatinya karena tiba-tiba Papa menjodohkannya dengan pria lain, padahal Papa juga tau kalau Andien sedang menjalin kasih dengan Alex.
Di saat hatinya tidak tahan melihat Papa dan mamanya yang diam saja, Andien memutuskan untuk mengakhiri acara sarapannya dan bergegas ke kantor.
Papa yang melihat punggung putrinya semakin menjauh dari pandanganya hanya menghela nafas, Mama yang duduk di sebelah suaminya hanya bisa menggenggam tangannya untuk memberi kehangatan. "Sabar saja Pa, semuanya butuh proses."
"Entahlah Ma, Papa cuma merasa bahwa Alex bukan lelaki yang baik untuk putri kita." ucapnya sendu.
"Pa ... Mama selalu percaya apa yang di lakukan Papa hanya untuk yang terbaik untuk putri kita."
"Semoga Ma ...." lirih Papa.
...***********...
...Sampai di sini dulu update hari ini, mungkin update nya tidak bisa menentukan jam karena harus curi-curi waktu tidur si kecil. Terima kasih atas dukungannya jangan lupa vote dan like semoga sehat selalu. Amiiinn....
...kunjungi juga...
...facebook auraaurora...
...iG auraaurora/ ninikdwifauria...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
urus anak tanggung jawab ibu, jgn sampai terlantar. hobby yg menghasilkan jg perlu. restu suami apalg, agar otaknya ora puyeng 😘😍😘😍
2022-03-29
2
Alivaaaa
masih nyimak 😁
2022-01-18
1
Halimah(ima)
ikut2an.nyimak
2021-05-03
1