Siang hari di sekolah Antar Bangsa semua murid berhamburan keluar dari kelas untuk menikmati jam istirahat.
Ada yang menikmati nongkrong di taman sekolah, ada juga yang pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar.
Tapi ada juga yang menghabiskan waktu istirahat di Perpustakaan, untuk menikmati suasana sepi di sana.
Seperti yang di lakukan Tiara saat ini, dia menikmati masa sendirinya di pojok Perpustakaan. Entah dia membaca buku atau menghindari dari bising suara teman-temanya yang bersenda gurau.
Tak lama ada seseorang yang duduk di sebelahnya, dan Tiara pun menyadari itu. Tapi Tiara tidak tau siapa.
Hingga beberapa saat seseorang itu bertanya pada Tiara. "Apa kamu tidak lapar? Kenapa tidak makan di kantin?" tanya seseorang itu.
Tiara yang merasa seseorang di sebelahnya mengajak bicara, lantas menoleh ke sumber suara itu.
Saat Tiara tau siapa yang bertanya padanya, Tiara hanya menghembuskan nafasnya pelan, siapa lagi kalau bukan Alan.
Tiara heran dengannya, kenapa Alan selalu mengikutinya. Padahal Tiara sudah menghindar sebisa mungkin, karena tidak mau memberikan harapan kepada Alan.
Tapi bersikap kasar pun Tiara juga tidak tegah, karena Tiara tau Alan adalah orang yang baik.
Jadi Tiara hanya menjawab seadanya. "Uhm ... aku nggak lapar, jadi aku memilih ke Perpustakaan." jawabnya.
Alan yang mendengar jawaban Tiara, hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban mengerti.
"Oh ya kapan kamu libur kerja?" tanya Alan lagi.
"Mungkin besok," jawab Tiara seadanya.
"Apa kamu punya acara? Kalau tidak ada bagaimana besok kita pergi jalan-jalan mencari buku?" tanya Alan.
Tiara yang mendengar lagi-lagi pertanyaan dari Alan hanya menghembuskan nafasnya pelan. "Kenapa dia tidak mau menyerah," pikir Tiara.
"Maaf Alan aku besok sudah ada acara jadi tidak bisa," ucap Tiara. Tiara yang melihat wajah Alan yang awalnya sumringah langsung berubah sendu, seperti tanaman yang tersiram minyak tanah.
Karena tidak tegah dengan raut wajah Alan yang sendu. "Mungkin lain kali," imbuh Tiara.
Seketika ekspresi Alan langsung berubah cerah, tapi Tiara sendiri juga tidak tau kapan kesempatan itu.
Mau bagaimana lagi, hati Tiara terlalu lembut hingga dia tidak tegah dengan Alan.
Setelah Tiara mengucapkan itu, Tiara bergegas pergi dari sana karena tidak ingin Alan bertanya lebih banyak padanya.
"Uhm ... Alan aku kembali ke kelas dulu, sebentar lagi jam istirahat habis. Bye ...." Setelah mengucapkan itu Tiara langsung pergi dari perpustakaan, bahkan sebelum Alan menjawabnya.
Beberapa saat kemudian, Alan yang diliputi rasa bahagia karena ada secuil harapan. Baru tersadar kalau Tiara sudah beranjak pergi, dan hanya bisa melihat punggung Tiara yang semakin menjauh dari penglihatannya. "Bye ...." jawabnya sambil mengangkat satu tangannya dan menggoyangkan ke kiri dan ke kanan.
(Jatuh cinta itu indah, tapi sakit kalau harus berjuang sendiri)
...-----------------...
Di tempat lain ada seorang gadis cantik yang tidak bisa fokus dengan pekerjaannya karena pikirannya terganggu dengan pembicaraan antara dirinya dan papa nya tadi pagi.
Entah apa yang harus di lalukan setelah ini, kenapa harus dengan tiba-tiba papanya menjodohkannya, lagi pula ini bukan zaman Siti Nurbaya.
Dia adalah Andien, gadis yang sedang galau dengan masalah percintaannya. Memilih keinginan Pak Teguh Prayoga sang papa atau perasaan cintanya.
Mungkin karena usia Andien yang menginjak 27th, sehingga Pak Teguh ingin melihat putrinya segera menikah.
Sebenarnya Andien sendiri menyadari kalau papa nya tidak suka dirinya menjalin hubungan asmara dengan Alex sang kekasih.
Terbukti saat Andien menceritakan tentang awal jalinan asmaranya, Pak Teguh hanya diam tidak menanggapi.
Andien kira mungkin ini baru awal jadi wajar papa nya tidak menyukainya, karena belum saling mengenal antara sang kekasih dan papa nya.
Dan Andien berharap dengan berjalan seiring waktu Alex dan Papa-nya akan cocok, tapi nyatanya kini harapan itu sirna sudah.
Andien hanya mengusap wajahnya kasar menghadapi hal yang tiba-tiba seperti ini.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu ruangannya dari luar. "Masuk," perintah Andien.
Klek.
Pintu terbuka, seorang wanita cantik masuk kedalam ruangan Andien, dia adalah Rita Sekretaris Andien.
"Ada apa?" tanya Andien.
Rita segera mengotak atik tabletnya untuk mengingatkan jadwal Andien. "Maaf Bu, sebentar lagi kita akan ada meeting dengan perusahaan Bima Sentosa untuk membahas proyek kita yang baru di Restoran Bintang Kejora jam dua siang nanti," lapornya.
Andien yang melihat jam tangan yang ada dalam pergelangannya sudah menunjukkan jam 13.00. Masih ada waktu 1 jam lagi.
Apalagi lokasi restoran yang di jadikan tempat meeting tidak jauh dari perusahaanya, jadi tidak perlu takut terlambat.
"Apa proyek kita yang akan di bangun di kota Sidoarjo?" tanya Andien.
"Iya Bu," jawab Rita.
"Huft ...." Andien hanya menghembuskan nafasnya kasar.
Bagaimana Andien tidak pusing masalah yang baru saja di hadapi belum ada solusinya, sekarang di tambah lagi rencana proyek yang di luar kota.
Jelas Andien juga harus bolak-balik untuk memantaunya, mungkin sibuk dengan pekerjaan akan sedikit mengalihkan masalah asmaranya.
"Ok, kalau begitu siapkan saja berkas-berkasnya." Perintahnya kepada Rita.
"Baik Bu," jawab Rita seraya keluar dari ruangan Andien untuk segera mempersiapkan semuanya yang harus di bawah saat meeting.
Perusahaan Andien adalah perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan, tapi perusahaanya tidaklah sebesar perusahaan yang di miliki Alex.
Tapi itu pun sudah membuat Andien bersyukur, karena perusahaan itu adalah perusahaan yang di bangun dengan jeri payah Pak Teguh, papa nya. Sehingga dia kini yang meneruskan menjalankannya.
Setelah Pak Teguh 6 bulan lalu memilih untuk pensiun, menikmati hari tua di rumah bersama sang istri.
1jam kemudian
Bintang kejora restoran
Saat Andien memasuki Restoran sudah ada pelayan yang menyambutnya. "Selamat siang ... ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu sopan.
"Siang ... saya tadi sudah reservasi atas nama Prayoga Group," jawab Rita tak kalah sopan.
"Oh ... kalau begitu sebelah sini, mari saya antar," setelah pelayan itu menunjukkan ruangan yang di pesan oleh Rita, segera pelayan itu permisi untuk pergi. Dan akan di jamu oleh pelayan lainya.
Andien yang berada dalam rungan itu mengedarkan pandanganya seraya duduk di tempat yang di sediakan.
Tempat yang nyaman, ruangan yang tertutup untuk menjaga privasi yang di bahas nya. Serta pendingin udara yang menyejukkan, ruangan yang mampu untuk menampung 6 orang.
Beberapa saat kemudian.
Kolega yang di tunggu pun datang, Andien dan Rita menyambut kolega mereka dengan ramah. "Selamat siang, silahkan duduk Pak," ucap Andien kepada dua orang laki-laki yang di depannya.
Yang satu sekitar umur 40th, dan yang satu sepantaran dengan Andien.
"Ah, iya terima kasih Bu Andien." jawab salah satu pria itu yang bernama Yogi, tidak lama pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka. Setelah selesai mencatat pesanan mereka, pelayan itu undur diri untuk menyiapkan pesanannya.
Sambil menunggu pesanan datang mereka berbincang-bincang, hanya sekedar basa basi untuk mencairkan suasana sebelum membahas pekerjaan.
10 menit berlalu.
Pelayan datang untuk membawa pesanan mereka, setelah makanan tersaji tertata rapi. "Selamat menikmati," ucap Pelayan itu seraya undur diri dari ruangan itu.
Mereka menyantap makanan dengan tenang, setelah dirasa makanan yang di pesan tadi sudah berpindah ke perut mereka. Dan mulai membahas pekerjaan yang jadi pokok utamanya.
"Oh ya Bu, kenalkan dulu ini adalah Pak Anton yang akan menjadi Arsitek untuk pembangunan Hotel yang akan kita bahas," perkenalkan nya.
Yogi adalah Kepala Pimpinannya sedangkan Anton adalah Arsitek yang bertugas untuk merancang Interior Hotel.
Sesaat kemudian, Anton mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Andien.
Deg.
"Nama itu."
"Ah ... tidak tidak tidak, mungkin hanya kebetulan," batin Andien.
Hingga sepersekian detik Andien baru menjabat tangan Anton, dan juga memperkenalkan Rita.
"Anton," memperkenalkan dirinya.
"Andien, dan ini Sekretaris saya Rita," jawab Andien juga melakukan hal yang sama dengan Anton.
Merekapun sibuk membahas proyek yang akan di bangun dengan serius dan teliti sehingga tidak ada kesalahan di kemudian hari.
Setelah 2 jam berlalu meeting pun selesai dengan di akhiri keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak.
"Terima kasih Bu Andien atas kerja samanya, saya berjanji tidak akan mengecewakan Bu Andien." ucap Pak Yogi seraya menjabat tangan Andien.
"Sama-sama Pak, saya harap juga begitu," sahut Andien yang juga menjabat tangan Pak Yogi.
Setelah berpamitan, Andien memutuskan untuk kembali ke kantor untuk mengantar Rita. Karena tadi berangkat menggunakan mobil Andien, jadi tidak enak kalau Andien menyuruhnya kembali dengan naik taksi.
Sedangkan di dalam mobil, Andien hanya menyandarkan kepala di kursi mobilnya sambil menikmati pemandangan luar dari kaca mobil. karena Rita yang sedang menyetir mobil.
Entah apa yang ada dalam otaknya, pikirannya berterbangan kemana mana.
...********...
...Untuk update hari ini sekian dulu yah ... jangan lupa vote, like dan juga komen. Terima kasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Yustikarini Susanti
ini Andien yg tokoh utamanya bukannya Tiara ....kok terlalu dominan ke Andien nya ..maaf Thor....🙏 tetap semangat.,.👍
2023-03-05
1
྅≞⃗Lovy 🖤
penasaran dr Tiara... sbnrya ada apa D balik semua.. kn td Caca blg uang nya tak akan hbs... brarti org mampu kan yaa..
2022-04-30
1
྅≞⃗Lovy 🖤
majuu tak gentar keknya Alan.. hehe
2022-04-30
1