Kiran menepuk lengan Naina.
"Hei, apa kamu tahu siapa yang akan kamu temui? Dennis Atmajaya." Kiran benar-benar tidak yakin kalau Naina akan berhasil menemui langsung direktur tampan itu.
"Aku tidak tahu siapa dia dan aku tidak peduli siapa dia, yang pastinya aku akan mendapatkan tip sebesar satu bulan gajiku. Kamu bayangkan bulan ini aku akan double gaji." suara Naina kegirangan. Dia hanya membayangkan uang untuk membeli obat buat pamannya, biaya sekolah adiknya dan juga biaya kuliahnya.
"Dasar tidak waras, jadi kamu benar-benar tidak tahu siapa Dennis Atmajaya? aku tidak menyangka masih ada orang yang tidak mengenal Dennis Atmajaya." Kiran kembali mengulang pertanyaannya.
Naina hanya mengangguk.
Kiran menepuk keningnya.
"Memangnya dia siapa? kenapa dia terdengar sangat penting?" ujar Naina santai.
"Dia itu kakak dari Azea Ruanna Atmajaya, artis terkenal itu. Dia putra sulung Tuan Atmajaya sekaligus pemimpin salah satu perusahaan Atmajaya Group. Aku berani taruhan kalau kamu tidak akan bisa menemui dia." Kiran menjelaskan sedetail mungkin kepada Naina.
"Wah ... berarti aku akan bertemu dengan orang hebat dong ... tahu begitu tanpa tip-pun aku mau. Tapi eh, uang lebih penting dari apapun." Naina memukul balik lengan Kiran kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.
Waktu terus berjalan, sudah menunjukkan pukul 10.30.
"Hai Maemunah, apa kamu sudah siap mengantarkan bunganya?" tanya selfy dengan buket bunga yang begitu indah di tangannya. Tidak usah tanya harganya, sudah pasti sangat mahal.
"Siap, Bu Selfy. Aku pastikan bunga ini akan sampai ke tangan tuan muda konglomerat itu," balas Naina dengan penuh percaya diri.
"Bagus, sepertinya nona Arumi tidak salah memilihmu." Selfy memberikan buket bunga indah itu ke tangan Naina.
"Oh, jadi nama wanita tadi Nona Arumi."
"Ingat, pastikan kamu yang mengantarnya langsung dan ambil foto tuan Dennis setelah ia menerima bunganya, itu permintaan Nona Arumi tadi," jelas Selfy dengan penuh penekanan.
"Tenang saja, Bu Selfy. Jika saya gagal maka jangan panggil saya Maemunah." Menepuk dadanya dengan penuh percaya diri.
"Ya sudah, berangkatlah! Rudi sudah menunggumu di luar. Jaga bunganya dengan baik!"
"Siap, Ibu Komandan." Memberi hormat kepada Selfy.
"Dasar keterlaluan, aku bukan polisi." Hendak memukul Naina tapi sejurus Naina sudah jauh dari hadapannya.
Selfy hanya tertawa melihat tingkah lucu Naina.
"Semoga kamu berhasil, Maemunah. Aku tahu kalau kamu sangat membutuhkan uang," lirih Selfy seraya tersenyum menatap Naina yang sudah keluar dari pintu kaca.
***
"Apa kamu yakin akan berhasil menemui Dennis Atmajaya?" tanya Rudy dari balik kemudi mobil box pengantar bunga yang sudah didesain dengan suhu yang sesuai untuk bunga-bunga yang akan diantarkan agar tetap fresh.
"Sejak tadi pertanyaan semua orang seperti itu, kenapa kalian tidak yakin dengan diriku." Naina masih tetap percaya diri dengan bunga dipangkuannya. Bunga ini tidak ia gabung dengan bunga lain di box belakang karena bunga ini sejak awal memang sudah menjadi amanah besar baginya.
"Yah ... aku percaya dengan kemampuan dan acting yang kamu miliki, tapi menemui tuan Dennis itu tidak semudah yang kamu bayangkan."
"Selama dia masih bernafas dengan udara yang sama denganku maka tidak ada yang tidak sulit bagiku untuk menemui orang tersebut." Apapun yang orang katakan, Naina tetap dengan percaya dirinya.
"Aku suka dengan percaya dirimu. Ok Maemunah, kita sudah sampai." Mobil box bertuliskan Beauty Flowers tersebut sudah masuk ke halaman parkir gedung pencakar langit milik Atmajaya Group.
"Hei, apa aku sudah terlihat cantik?" Naina merapikan sedikit rambutnya di hadapan Rudi.
"Apa maksud pertanyaanmu? apa kamu ingin menggoda direktur tampan itu?"
"Ah, mungkin saja dia bisa jatuh cinta padaku." Naina masih sempat membuat lelucuan kecil.
"Awas saja kalau dia berani jatuh cinta kepadamu, aku akan menghajarnya," balas Rudi tertawa.
Naina memukul lengan Rudi.
"Dasar tidak waras, mana mungkin dia mencintai wanita seperti diriku." Naina segera turun dari mobil Box tersebut.
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Naina. Kamu wanita yang cantik dan sangat baik, bisa saja dia akan mencintaimu,
batin Rudi dan segera ikut turun dari mobil.
Mereka berdua sudah masuk ke pintu kaca.
"Aku menunggumu di lobby saja, jangan lama-lama. Semoga berhasil!" Rudy segera duduk di sofa yang berada di lobby.
Naina melanjutkan langkahnya, tiba-tiba ia ditahan oleh dua orang security yang berdiri tidak jauh dari pintu kaca tempat ia masuk.
"Maaf, Nona. Ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu security.
"Kenalkan, saya Naina dari toko bunga Beauty Flowers." Memperlihatkan ID Cardnya dari tas kecil yang ia kalungkan di dadanya seperti abang parkir.
"Saya ke sini untuk mengantarkan bunga kepada tuan Dennis Atmajaya."
Kedua security melihat buket bunga yang berada ditangan Naina.
Kedua security ini saling menatap setelah melihat nama sang pengirim bunga.
'Arumi'
"Mari kami antar Nona ke ruangan sekretaris Tuan Muda."
"Tapi aku diperintahkan langsung untuk memberikan bunga ini kepada tuan Dennis Atmajaya."
"Sebelum memasuki ruangan tuan muda, Nona harus melapor dulu kepada ibu Via."
"Baik," jawab Naina dan langsung mengikuti kedua security tersebut memasuki lift.
Suara lift terbuka, mereka sampai ke sebuah ruangan dimana seorang wanita yang kira-kira berusia 35 tahun sama seperti Selfy.
"Permisi." Kedua security mengetuk pintu ruangan sekretaris Via.
"Masuk!" seru seorang wanita dari dalam ruangan.
Naina dan kedua security tersebut masuk ke ruangan sekretaris Via.
"Maaf, Bu. Gadis ini dari toko bunga Beauty Flowers, dia ingin menemui tuan muda untuk mengantarkan buket bunga" kedua Security menjelaskan kepada sekretaris Via.
"Dari siapa bunganya?" tanya sekretaris Via.
"Nona Arumi, Bu," jawab Naina.
"Arumi." Sekretaris Via tertegun mendengarnya.
"Maaf, tidak ada celah buat gadis itu di kantor ini apalagi untuk berhubungan langsung dengan tuan muda. Itu pesan dari sekretaris pribadinya dan tidak ada yang bisa menentang itu," jelas Via kepada Naina.
"Nona sudah mendengarnya. Mari, Nona. Silahkan keluar!" kedua security mempersilahkan Naina keluar.
"Tidak." Naina maju mendekati sekretaris Via.
"Saya mohon kepada Anda, izinkan saya menemui tuan muda. Saya tidak tahu hubungan tuan muda dengan wanita itu tapi saya harus menemuinya karena ini adalah amanah besar yang di berikan kepada saya dan ini menyangkut pekerjaan saya. Saya mohon kepada Anda, Ibu Sekretaris," rengek Naina kepada Via.
"Maaf, ini juga menyangkut pekerjaan kami dan bunga Anda tetap tidak bisa sampai ke tangan tuan muda," sambung Via yang sudah mendapat pesan dari sekretaris Ben, sekretaris pribadi Dennis yang sudah memberi pesan tegas bahwa apapun yang menyangkut dengan Arumi tidak akan bisa memasuki kantor ini.
"Ternyata memang sulit menemui dirimu, Tuan muda," batin Naina seraya berfikir.
Tiba-tiba dia duduk di kursi di depan meja sekretaris Via dan langsung saja ia memasang wajah sedihnya.
"Kenapa kalian begitu tega kepadaku, saya ini hanya seorang yatim piatu, pekerjaanku sedang dipertaruhkan pada bunga ini. Jika saya kehilangan pekerjaan, maka saya akan hidup di jalanan dengan adik dan keluarga saya yang lain." Naina mengeluarkan acting sedih terbaiknya dihadapan Via dan kedua security itu.
"Saya adalah tulang punggung di keluargaku," sambungnya dan langsung mengeluarkan air matanya dengan paksa.
Aku mohon percayalah dengan kebohonganku kalau aku akan dipecat,
batinnya sembari sesekali melirik Via.
"Ahhh ... kenapa malah jadi dramatis begini. Tunggulah, aku akan menghubungi ruangan Tuan muda," gerutu Via yang juga merasa iba dan mengambil telefon di atas mejanya kemudian menyambungkan ke ruangan Dennis.
"Halo,Tuan muda. Maaf Tuan muda, di sini ada wanita pengantar bunga yang ingin masuk ke ruangan anda." suara Via yang sepertinya sudah tersambung.
"Dari Nona Arumi, Tuan muda. Kami sudah melarangnya tetapi wanita ini terus memohon kepada kami." Itu yang Naina dengar, dia tidak bisa mendengar suara Dennis dari sana.
Naina berdiri dari duduknya dan langsung saja ia berteriak.
"Tuan muda yang baik hati, saya mohon kepadamu izinkan saya menemuimu. Pekerjaanku sedang di pertaruhkan oleh bungamu ini, Tuan muda," teriak Naina yang membuat Via dan kedua security terkejut.
"Hei, Anda sudah tidak sopan berbicara seperti itu kepada tuan muda," bentak security kepada Naina.
"Saya tidak peduli. Memangnya kalau saya kehilangan pekerjaan,apa kalian akan mau menanggung hidupku dengan keluargaku?" teriak Naina lagi agar Dennis mendengarnya.
"Baik, Tuan muda," terdengar suara dari sekretaris Via dan langsung menutup telefonnya.
"Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak kepada Anda, ayo ikut denganku ke lantai atas," ucap Via dan melangkah menuju lift.
Naina sangat kegirangan, sepertinya ia berhasil untuk menemui tuan muda Dennis Atmajaya. Segera ia mempercepat langkahnya mengikuti Sekretaris Via.
"Aku akan mendapat tip, yesss." Suara kecilnya seraya berjalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Zamri Hijrah Hisyam Ajis
dapat tips n jodoh 🤣😅
2022-01-06
0
Rizoe Zhatura
semangaaaaat......lanjut....💖💖💖💖💖💖
2021-03-16
0
Tri Hartatik
adusss gemess ma naina😁😁
2021-02-12
0