Jiaqi berlarian menuju kelas adiknya tanpa ada rasa lelah, ia ingin segera sampai untuk segera bertemu dengan sosok itu. (sosok gaib?)
Sesampainya di kelas sang adik, Jiaqi tak menemukan Wati. Ia pun mencoba untuk bertanya kepada teman-teman adiknya, "Em... maaf, apa kau melihat Wati? Dia kemana ya?"
"Oh, Wati... Dia ada di kantin bersama Dimas," ucap salah satu teman kelas Wati.
"Em... makasih," setelah mengucapkan kata terimakasih. Jiaqi pun segera menyusul adiknya di kantin.
Di perempatan jalan menuju kantin, Jiaqi tak sengaja bertemu dengan Menik yang sedang mengobrol dengan temannya, 'Aiissh... perempuan itu lagi!!' gumam Jiaqi dalam hati. Jiaqi yang tak memiliki mood untuk melihat gadis itu hanya melewatinya saja.
Menik yang melihat Jiaqi tengah melewatinya pun berdiri dan langsung memanggilnya, "Kak Jiaqi...!" panggil Menik. Jiaqi yang mendengar panggilan Menik, hanya melirik gadis itu dengan wajah datar lalu berlalu begitu saja.
"Wah... Dari arah pandang kak Jiaqi melihatmu, sepertinya kau sudah di tolak!!" ucap Whidie meledek. Dewi yang hanya diam mengambil tas-nya dan segera menimpuk tas tersebut ke arah muka Whidie yang ada di depannya.
Bukk!!!
"Aw... Iyaaaaaak!! apa yang kau lakukan!!" teriak Whidie tak terima.
"Aku, hanya mencuci mulut kampretmu itu," jawab Dewi tanpa mengalihkan pandangannya ke arah buku yang ia baca.
"Aiish, kau nih!!" seru Whidie yang ingin membalas timpukan Dewi namun ia urungkan karena tatapan Dewi lebih menyeramkan daripada kemenyan bakar.
"Apa...!" ucap Dewi saat melihat Whidie ingin membalas perlakuannya.
"E-enggak," Whidie pun menciut saat sahabatnya menatapnya dengan tatapan tajam ke arahnya. Whidie tau kalau ucapannya mungkin sedikit kelewatan.
"Sudah-sudah! kalian jangan ribut terus!!" lerai Menik.
Dewi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, dan melanjutkan kembali buku bacaannya yang sempat ia hentikan beberapa menit yang lalu.
***
Jiaqi sibuk mencari-cari adiknya di kantin, hingga ia terfokus pada meja paling pojok. Ia akhirnya menemukan Wati bersama temannya dengan candaan yang membuat sang adik tertawa lepas dan hal itu membuat Jiaqi juga menyunggingkan senyum. Jiaqi sangat senang jika melihat adiknya tertawa seperti ini. Jiaqi pun menghampirinya, "Dek...," ucap Jiaqi yang telah duduk di depan adiknya.
"Eh, kak Jiaqi mau makan apa? biar aku pesankan!" tanya Wati pada Jiaqi yang sudah duduk di hadapannya.
"Apa saja...," jawab Jiaqi.
"Ok... Kakak tunggulah sebentar," Wati pun segera menuju ke tempat pemesanan untuk memesankan makanan untuk kakaknya.
Jiaqi menatap adiknya yang memesan makanan, sehingga ia lupa bahwa di sebelahnya juga ada seseorang, "Kak Jiaqi...," ucap orang itu. Jiaqi melirik ke arah orang yang sedang memanggilnya, ia pun reflek gelagapan. Ia takut jika orang di sebelahnya tau kalau dirinya sedang memerhatikan sang adik.
"Em... A-ada a-apa...?" tanya Jiaqi dengan gugup.
Orang di hadapannya, hanya memperlihatkan cengengesannya, "Tidak ada apa-apa kak, aku hanya ingin menyapa kak Jiaqi saja...," jawab orang itu.
"O-oh, oke...," ucap Jiaqi.
"Dimas...?" panggil Jiaqi ke arah orang yang ia panggil Dimas.
"Iya kak, kenapa?" tanya Dimas.
"Kau menyukai Wati?"
Dimas yang sedang memakan makanannya langsung terbatuk-batuk akibat pertanyaan kakak senior di sampingnya itu, "Uhuk... uhuk... uhuk...."
Jiaqi segera memberikan air minum kepada Dimas, "Pelan-pelanlah! jika lagi makan," ujar Jiaqi sambil menepuk-nepuk punggung Dimas.
Dimas segera mengambil air yang kakak seniornya berikan.
Gleekk... gleekk...
"Bagaimana aku tidak tersedak, kak Jiaqi memberikan aku pertanyaan yang tidak mungkin akan terjadi," ucap Dimas, sambil memegangi dadanya.
"Jadi kau tidak menyukainya...?" tanya Jiaqi kembali.
"Tentu saja aku menyukainya tapi tidak dengan yang kakak maksud, aku dengan Wati sudah berteman sejak kecil... Aku sudah menganggapnya sebagai saudaraku, termasuk kak Jiaqi jadi mana mungkin aku menyukainya," jawab Dimas panjang lebar. Jiaqi hanya tersenyum. Itulah mengapa ia tak merasa cemburu jika adiknya bersama dengan Dimas, karena Jiaqi tau kalau laki-laki di sampingnya ini memang tak memiliki rasa pada adiknya dan malah sudah menganggap Wati seperti saudaranya sendiri.
"Aku kembali... Ini makanan kakak...," ucap Wati yang sudah kembali dengan nampan makanan yang ia bawa untuk kakaknya, Jiaqi pun meraih makanan yang di pesankan untuknya, "Terimakasih."
"Ehem...,"
****
Kring... kring... kring...
Waktu pulang pun akhirnya tiba, seluruh siswa berhamburan keluar kelas untuk menuju pintu gerbang sekolah. Di mana anak-anak akan menuju ke rumah mereka masing-masing. Termasuk Menik, Dewi dan juga Whidie.
Ketiga gadis cantik itu sedang berjalan menuju pintu gerbang sekolah, sambil melempar candaan. Sehingga Menik melihat Jiaqi keluar bersama dengan seorang gadis, "Dew... Whid... gadis yang bersama dengan kak Jiaqi itu si-siapa?" tanya Menik, entah kenapa saat melihat laki-laki itu bersama dengan perempuan lain dadanya terasa sakit. Dewi dan Whidie melihat ke arah yang di maksud Menik, "Oh, dia Wati... Adiknya kak Jiaqi...." ucap Whidie yang diangguki oleh Dewi.
"Ah, benarkah?"
"Emm... Dialah adiknya kak Jiaqi yang kita maksud kemarin," kata Whidie.
Menik mengangguk-mengangguk mengerti, perasaannya seakan terasa lega saat mendengar bahwa gadis yang di rangkul Jiaqi itu adiknya.
"Cera...!" panggil Dewi pada salah satu temannya, yang juga merupakan 1 kelas dengan Wati dan juga kebetulan menuju pintu gerbang.
"Eh, kalian... aku duluan ya... Bye," ucap Cera singkat, ia pun melambaikan tangannya kepada mereka bertiga. Menik dan Dewi pun membalas lambaian Cera.
Sedang Whidie...? Gadis itu masih fokus pada pandangannya ke arah Jiaqi dan Wati.
"Eh, tapi kalau aku perhatikan lagi... Kak Jiaqi tuh kayanya lengket banget sama adiknya, kaya gak mau lepas gitu, apa jangan-jangan...," ucap Whidie yang sengaja ia potong pembicaraannya.
"Jangan-jangan apa?" tanya Dewi.
"Apa jangan-jangan, kak Jiaqi suka lagi sama adiknya," imbuh Whidie yang langsung mendapat jitakan dari seorang Dewi, "Haiiisssh!! kau ini," geram Dewi. Menik yang melihat sahabatnya kesakitan akibat jitakan seorang Dewi hanya tersenyum tipis.
"Iyaaaaaak!! Kau ini kenapa sih selalu menyakitiku?!" teriak Whidie pada dewi.
"Makanya kalau ngomong jangan sembarangan," ucap Dewi.
"Ini kan cuma menurutku... kenapa kau malah menyakiti-" ucapan Whidie terpotong karena seseorang tidak sengaja menabraknya.
Brugh~
"Aduh...." seru Whidie saat dirinya sudah terjatuh tergeletak di atas hamparan jalan menuju gerbang.
"Maaf maaf, aku tidak sengaja," ucap orang yang menabrak Whidie.
Whidie pun berdiri yang di bantu oleh kedua sahabatnya, "Iyaaaaaak!! Kalau jalan tuh pakai mata jangan pakai rambut!" teriak Whidie.
"Kok jadi marah-marah, kan aku sudah minta maaf," ucap orang itu.
"Maaf maaf, sakit tau!! makanya lain kali kalau jalan pake mata!!" ucap Whidie kesal sambil mengibas-ngibaskan roknya yang kotor.
"Setauku kalau jalan itu pakai kaki deh, soalnya kalau pakai mata yang ada matanya kelilipan," ujar orang itu. Yang mengundang tawa Menik dan juga Dewi.
Whidie yang melihat sahabatnya tertawa langsung memberikan tatapan tajam. Sehingga membuat kedua sahabatnya menutup mulutnya menahan tawa.
'Sepertinya gadis ini menarik,' batin orang itu saat melihat Whidie sedang mengomeli kedua sahabatnya.
"Yaudah sana pergi!! ngapain masih disini!!,"
"Karena kamu cantik makanya aku betah di sini... bisakah aku mendekatimu...?" ucap orang itu, yang langsung mendapat tatapan melotot.
"Iyaaaaaak!! Dasar ketoprak basah!!" teriakan Whidie membuat gendang telinga sahabatnya seakan pecah.
"Hmm... Emang ketoprak bisa mandi...?" jawab orang itu sedikit memancing emosi gadis yang menurutnya menarik dan langsung berlari menjauh.
"Pffttt...." Dewi menahan tawanya menutupi mulutnya dengan kedua tangannya, ia hanya tidak ingin Whidie mendengarnya dan membuatnya gadis itu semakin naik angin.
"Iyaaaaaak!! kembali kamu!!" Whidie pun berlari mengejar pemuda itu.
"Btw namaku Ivander... Jika kau merindukanku kau bisa mencariku dengan nama itu!!" ucap laki-laki itu yang semakin membuat Whidie geram.
"Ketoprak sialan!! Aku tak butuh namamu dan takkan pernah merindukanmu!! Aarrrrgh, aku bilang kembali," teriak Whidie yang tidak bisa mengejar laki-laki yang telah jauh itu.
"Sudahlah Whid, sebaiknya kita pulang saja," sahut Dewi yang sudah berada di sampingnya bersama dengan Menik.
"Sepertinya bakal ada yang jatuh cinta juga nih," ucap Menik melirik ke arah Whidie... Dewi yang melihat teman-temannya hanya menampilkan senyuman tipis.
"Haiiis, Menik... Kau mau balas dendam padaku ya...?" cetus Whidie.
"Tidak kok... Aku hanya ingin kau juga merasakannya." balas Menik.
"ITU SAMA SAJA KAU MAU BALAS DENDAM!! Aisshhh...." teriak Whidie yang membuat Dewi dan Menik mendapatkan cipratan air suci milik Whidie.
"Hoooh!! Whidie kau tidak sikat gigi selama setahun ya? Baunya kaya tengkorak belum mandi tau," ucap Menik meledek.
"Aseeeeem," ujar Whidie kesal. Ia pun mendahului teman-temannya.
Menik dan Dewi saling pandang dan mereka kembali tertawa sambil mengejar Whidie yang sudah bermuka masam meninggalkan mereka.
'Ih, sial banget sih aku hari ini... ini tuh gara-gara cowok sialan tadi... Teman-teman ku jadi ngeledek kan... Awas saja kalau ketemu!! Aku bakar mukanya biar kaya monyet," batin Whidie ia benar-benar sungguh dibuat jengkel oleh laki-laki yang baru di temuinya.
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan like, komen dan rate kalian ya... Agar aku bisa lebih semangat lagi dalam buat cerita ini, Terimakasih. 😍💗💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-13
0
💎"Bs"Najwa"FNT🐱
jgan main kompor tar panas.
2021-01-31
1
TK
haishh 😀😀🤪
2021-01-27
1