Ting!
Suara ponsel ku berbunyi ada pesan masuk.
^^^[Liv, ke Bar kuy. Suntuk nih, bentaran aja.]^^^
[Oke!]
Niesha mengajak ku ke salah satu bar di pusat kota. Berhubung fikiranku lagi terganggu dengan masalah perjodohan tak masuk akal itu. Jadi aku iyakan saja.
Aku memilih baju simple yaitu, gaun hitam sebetis dan lengan sesikut memperlihatkan pundak mulusku. Namun, aku tetap memakai cardigan di luaran untuk menutupi itu.
"Mau kemana dek?" Tanya Belden yang berada di ruang tengah.
"Keluar bentar kak. Janji nggak pulang lewat jam 12 kok. Kakak tau kan otak ku penat sudah pikiran belajar terus sekarang di tambah lagi haru pikirin yang tadi di bilang mama papa. Ya, sebentar doang." Izin ku.
"Yaudah, ini pake kartu kakak aja. Hati-hati ya dek, kabarin kalo ada apa-apa kamu nya. Terus kamu berangkat naik apa?" Ucap Belden.
"Taksi online aja kak, nanti kalo pake supir atau di antar kakak mama papa curiga. Oke? Bye kak love you." Pamit ku mencium pipi kanan belden meninggalkan jejak lipstick merah disana kemudian pergi.
"Dek, lipstick kamu... "
"Sorry kak, hahaha!" Tawa ku sambil meninggalkan rumah.
Aku pun menuju perjalanan dengan taksi online sesuai titik lokasi yang diberikan Niesha. Ternyata ini adalah bar yang biasa di kunjungi belden juga.
Tak membutuhkan waktu yang lama aku sudah sampai di bar itu, aku masuk dengan kartu kakak. Bar ini milik kak belden dengan sahabatnya bernama kevan. Masuk kedalam aku langsung di sambut dengan musik DJ dan lambaian tangan Niesha juga Shakila.
#Bar Candelaria
Aku langsung menuju meja mereka. Melewati kerumunan orang, yang sepertinya hampir melebihi kapasitas bar ini.
"Duh, cantik banget nih." Goda Niesha.
"Tau nih kayak mau ketemu siapa aja." Ujar Shakila.
"Nggak kok. Eh, kalian mau pesan apa? Biar gue yang kesana." Tawarku.
"Samain aja, yang penting non-Alkhohol." Sahut Shakila di setujui Niesha.
"Oke, bentar ya." Sahut ku.
Aku pun menuju meja bar pusat untuk memesan minuman padahal tinggal pencet bel di meja pelayan juga akan datang.
"Sut! Biasa dong tiga aja." Ucapku.
Pelayan itu bingung, lalu mendongakkan kepala nya dan tersenyum senang.
"Eh, kamu dek. Sama Belden kesini?" Tanya Kevan.
"Nggak kak, sama temen-temen aku tuh disana. Apa kabar kak? Gimana bar nya masih aman kan rame terus?" Tanyaku.
"Baik dong. Aman bos, liat tuh kayak nya kudu di renovasi lagi di tingkatin atau nggak di lebarin. Bertambah terus, bisa kehabisan oksigen nanti." Ucap Kevan.
"Hahaha... ada-ada aja kakak nih. Tapi benar sih harus di gede in lagi. Tadi aku jalan berasa udah sempit banget padahal kalo sepi lega banget. Hebat deh kalian bisa sampe mau buka cabang ke tiga kan? wah!" Kagum ku.
"Kamu juga, rencana nya mau buka cafe kan? Gimana persiapan nya?" Tanya kevan.
"Ya, itu mah masih nanti tapi udah ada bayangan sih. Yang pasti di pusat kota juga, cuman buat sekarang fokus dulu lah belajar. Nanti fasilitas di cabut sama kak belden." Jawabku membuat kami tertawa.
Aku memang sangat dekat dengan sahabat-sahabat kak belden. Mereka bahkan menganggap aku sebagai adik mereka. Mereka tidak akan segan untuk menegur jika aku salah atau melindungi aku jika dalam bahaya.
Di bar yang sama meja yang berbeda, Alden lagi ngobrol asyik dengan kedua sahabatnya. Tiba-tiba mata Ryan menangkap seseorang yang dia tidak asing.
"Bos! Itu bukan nya anak baru ya? Anak baru sekolah kita, iya nggak sih? Apa gue salah lihat?" Ucap Ryan.
"Mana sih?" Tanya Alden.
"Itu tuh di meja pusat yang lagi ketawa-ketawa sama pelayan bar. Ya bukan?" Ujar Ryan lagi.
"Wah, iya bos. Itu anak baru sekolah kita. Gila, cantik amat tuh cewe. Jangan-jangan itu pacar nya bos, kayaknya mereka akrab banget tuh. Lihat bos, sampe ngelus rambut segala." Ucap Rafa.
"Baguslah kalo dia punya pacar, gue nggak susah payah buat nolak perjodohan nggak masuk akal bunda sama ayah." Sahut Alden.
"Yah! Bos, belum juga berjuang udah kibar bendera putih aja. Coba dulu lah, masa udah nyerah duluan sebelum perang sih." Ucap Rafa.
"Bisa aja kan itu teman nya, atau sepupu nya mungkin. Jangan berfikir negatif dulu lah." Ujar Ryan di setujui Rafa.
"Kalian berdua malah bikin gue tambah pusing nih. Udah ah gue mau ke tengah aja." Sahut Alden mulai ikut berjoget ikuti irama DJ.
"Ehhh! Bos, kok pergi sih." Kesal Rafa.
"Udah biarin aja. Lagi mumet dia." Sahut Ryan.
Sisi lain, Meja bar utama.
"Ini minuman nya buat nona muda. Satu lemon tea dua ice chocolate pastinya non Alkohol, bisa di usir aku kalo ada alkohol sama belden. Eh, biar pelayan aja yang bawa." Ujar Kevan.
"Siap! Mas meja nomor 8 ya, bilang nanti saya nyusul gitu." Ucapku dengan pelayan yang bawa baki.
"Baik non." Sahut pelayan itu.
"Oh iya, ada kentang goreng nggak? Mau dong." Ucapku.
"Ada dong. Nih!" Sahut Kevan menyodorkan tiga paket kentang goreng.
Saat aku mengeluarkan kartu milik kakak untuk bayar, ditahan oleh kak kevan.
"Wes! Nggak usah. Anggap aja sebagai ucapan selamat datang dari aku buat kamu dan teman-teman kamu. Nikmatin malam ini dan ingat... "
"Jangan pulang lewat jam 12 iya kan? Aku ingat kakak. Masih ada waktu 3 jam lagi, terus paling nggak lama aku balik kok. By the way, makasih kakak kevan ganteng traktiran nya. Bye kak!" Pamit ku meninggalkan bar pusat.
"Dasar kakak sama adik sama aja. Hahaha!" Gumam Kevan.
Aku pun kembali ke meja.
"Kok lama banget sih kemana aja lu? Wah, udah dapet kaitan aja nih." Ujar Shakila.
"Nggak ada. Itu teman kak belden, biasa kudu laporan dulu lah. Bisa di tarik fasilitas gue nanti kalo nggak laporan." Sahutku.
"Bar ini, punya dia?" Tebak Niesha.
"Lebih tepatnya punya dia dan kak belden. Info nih udah mau punya tiga cabang. Gila kan?" Ujarku kagum.
"Wah! Tajir juga lu." Ucap Shakila.
"Eits! Kakak gue merintis dari nol. Bokap mau bantu tapi ditolak sama kak belden. Gue juga nanti mau buka cafe sendiri." Sahutku.
"Wah, mandiri sejak dini. Keren nih." Puji Niesha.
"Ajak ya kalo nanti opening cafe." Ucap Shakila.
"Pasti dong. Doa in aja setelah lulus gue mau langsung cari-cari tempat buat buka." Jawab ku.
"Berarti lu nggak kuliah dong? Sayang tahu, apalagi lu bertahan tiga besar kelas terus kan dari SMP." Ujar Shakila.
"Gue tetap kuliah tapi ambil kelas karyawan. Jadi, jum'at sabtu minggu gue bakal buka cafe nya agak siang terus tutup nya jam 10 malam." Jelasku.
"Semoga kita sukses ya, jangan lupa tetap komunikasi apapun yang terjadi." Ujar Niesha.
"Pasti dong. Eh, kalian mau ke tengah nggak?" Ajak ku.
"Nggak deh lu aja. kita disini aja, good luck ya semoga dapet yang ganteng. Haha!" Goda Shakila.
"Oke sip! Gue nggak lama kok." Sahutku lalu meletakkan cardigan di kursi kemudian menuju ke tengah.
#PoV Author
Olive pun menuju ke tengah untuk ikut berjoget sesuai irama DJ. Olive maupun Alden dengan lihai berjoget mengikuti alunan musik DJ. Tak hanya satu dua orang yang mulai mendekati mereka ingin menari bersama namun mereka menolak hingga terus mundur sampai mereka pun bertabrakan.
"Eh sorry sorry." Ucap Alden.
"Eh maaf juga, nggak sengaja." Sahut Olive.
"Lu?"
"Kak Alden?"
Ucap mereka bersamaan. Keadaan menjadi canggung namun mereka tetap berjoget santai mengikuti alunan DJ.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments