Saat guru menyuruh mengumpulkan tugasnya ternyata Ferdi tidak mengerjakan tugas bahasa inggris. Mau gak mau Anabel harus mengganti namanya sendiri menjadi namanya Ferdi Dian anggara, ia tidak akan membiarkan Ferdi menerima hukuman dari Pak Siswanto biarlah dirinya yang di hukum asal jangan Ferdi.
Dan saat semua sudah selesai mengumpulkan tugasnya, pak Siswanto memanggil nama Anabel.
"Anabel, kamu gak ngerjakan tugas dari bapak?" Tanya Anabel, yang di tanya hanya bisa diam dan menunduk. Dia gak punya alasan untuk menjawabnya.
"Kenapa diam? Kamu gak denger bapak lagi bertanya atau kamu gak punya jawaban atas pertanyaa bapak?" Ucap pak Siswanto dengan nada tinggi membuat Anabel sedikit takut akan bentakannya. Ah, kalau bukan karena Ferdi. Dia gak mungkin sampai dapat bentakan seperti ini di jam pertama pula.
"Baiklah, jika kamu gak bisa menjawabnya. Silahkan kamu keluar dari ruangan bapak sekarang juga." Bentak pak Siswanto. Anabel hanya diam lalu ia pun keluar dari kelas sedangkan Puput tak habis fikir dengan sikap sahabatnya itu. Kenapa ia selalu saja membela Ferdi yang jelas jelas selalu saja menyakiti hatinya.
Jujur, Puput gak terima Anabel keluar dari kelas karena ia gak salah. Ia sudah mengerjakan tugasnya dengan benar bahkan ia sudah mengumpulkan tugas itu hanya saja namanya di ganti dengan nama Ferdi. Puput menatap Aldi berharap Aldi mau membantunya. Ia gak mungkin tega membiarkan Anabel di luar kelas sendirian. Paling tidak harus ada yang menemani.
"Al, kita harus gimana?" tanya Puput sambil menoleh ke arah Aldi sekilas. Aldi tampak berfikir sebentar dan akhirnya ia mempunyai ide.
"Kamu tenang saja. Aku yang urus." Jawab Aldi dengan santainya.
"Pak." Panggil Aldi sambil mengangkat tangan kanannya ke atas.
"Iya, ada apa?" tanya Pak Siswanto yang sering di panggil dengan sebutan pak Siswo.
"Bolehkah saya ke Toilet. Saya lagi sakit perut." ucap Aldi sambil memegang perutnya. Sebenarnya ia gak mau berbohong tapi ia melakukan semua ini demi Anabel.
"Iya udah sana, jangan lama lama." Ucap Pak Siswo tegas. Aldi hanya mengangguk mengiyakan lalu segera keluar kelas mencari Anabel. Aldi mencari di kantin, tapi gak ada. Ia cari di taman tapi gak ada juga bahkan ia sampek cari di toilet putri tapi nihil. Aldipun pergi ke perpus dan tenyata benar, Anabel ada di sana sedang belajar ekonomi.
"Bel?" panggil Aldi sambil menghampiri Anabel. Lalu duduk di dekatnya.
"Kamu kenapa bisa ada di sini?" tanya Anabel heran."
"Karena aku ingin nemenin kamu." Jawab Aldi santai.
"Ha! ngapain kamu nemenin aku? Emang gak di marahin pak Siswo?"
"Enggaklah. Ngapain di marahin."
"Emang kamu alasan apa tadi?"
"Pergi ke toilet karena sakit perut."
"Kamu berbohong?" tanya Anabel.
"Yup."
"Kenapa?"
"Karena aku gak tega sama kamu."
"Lain kali jangan seperti ini lagi. Aku gak suka."
"Kenapa? bukankah kamu yang bikin aku jadi seperti ini. Kenapa kamu mengganti nama tugas kamu menjadi nama Ferdi? Kenapa An? Kenapa kamu selalu saja membelanya, memasang badan untuknya dan selalu saja membantunya. Padahal ia sering kali membuatmu menangis, seringkali menyakiti hatimu dengan mulut sampahnya itu. Tapi kamu tetap saja membelanya bahkan kamu rela di hukum demi dia sedangkan dia enak enakan di kelas tanpa mau memikirkan bagaimana perasaan kamu. Kadang aku benar benar tidak mengerti sama jalan fikiran kamu." ucap Aldi, baru kali ini ia bisa mengungkapkan semua perasaanya Selama ini dia hanya bisa diam gak berani buka suara.
"Karena aku mencintainya. Aku gak mau dia di hukum. Aku gak mau dia terluka. Aku gak mau dia kenapa napa. Aku akan berusaha menjaganya. Tidak peduli bagaimana sikap dia selama ini ke aku. Aku gak meminta dia membalas perasaanku. Seperti ini rasanya sudah cukup."
"Kamu terlalu baik untuk dia Anabel." ucap Aldi, ia benar benar frustasi. Karna sejujurnya, jauh di dalam lubuk hatinya. Ia menyimpan rasa untuk Anabel hanya saja Anabel sudah di butakan oleh cintanya. Ia hanya fokus sama Ferdi doang hingga ia gak sadar kalau ada orang yang sangat mencintainya melebihi rasa cinta dia kepada Ferdi. Tapi apalah daya, Aldi gak bisa berbuat apa apa. Yang bisa ia lakukan saat ini adalah berusaha untuk ada di samping Anabel dan menghiburnya jika ia sedang bersedih serta memberikan semangat ketika Anabel lagi terpuruk.
"Sudahlah, jangan di bahas lagi Aldi. Aku males jika bahas ini terus."
"Baiklah." Akhirnya Aldipun mau gak mau harus mengalah lagi karena ia gak mau berdebat sama Anabel.
Mereka sama sama diam, sibuk dengan fikiran mereka masing masing. Anabel tidak lagi fokus dengan buku yang ia pegang yang ada di fikirannya hanyalah Ferdi, Ferdi dan Ferdi.
"Kamu sudah makan?" tanya Aldi memecahkan keheningan.
"Belum." Jawabnya singkat. Anabel lagi males untuk ngomong.
"Gimana kalau kita ke kantin?" tanya Aldi.
"Aku males mau ke kantin. Kalau kamu mau ke sana, iya udah ke sana aja. Aku mau di sini dulu."
"Gak ah, gak enak log sendirian. Mending sama kamu aja di sini."
"Emang kamu gak laper?" tanya Anabel.
"Laper sih tapi mau gimana lagi. Kamu gak mau di ajak ke kantin. Masak ia aku mau makan sendiri. Ini kan masih jam pelajaran. Mana ada orang di kantin kecuali Mbok min." Ucap Aldi malas. Mbok min itu adalah orang yang punya kantin. Ia di beri izin oleh kepala sekolah untuk jualan di lingkungan sekolah lebih tepatnya di belakang sekolah.
"Iya sudah ayo. Aku mau nemenin kamu." Ucap Anabel. Bagaimanapun ia gak mungkin membiarkan Aldi kelaparan karena dirinya gak mau di ajak makan. Toh Anabel juga belum sarapan pagi kan jadi apa salahkan makan bareng Aldi. Hitung hitung karena Aldi selama ini selalu baik untuknya dan selalu ada untuknya.
"Beneran kamu mau?" tanya Aldi senang.
"Iya."
"Iya sudah, ayo." merekapun segera pergi ke kantin dan memesan makanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Eka Sulistiyowati
next
2020-05-27
2
Een Sunita
mls msa cewek kyk gitu bgt sih...setudak2nya menghargai diri s3ndirilah...bodih
2020-02-22
10
Lusiana Anggrisa
Dak sng dg anabel
2019-12-22
4