Mama Metta sudah mempersiapkan sarapan untuk anak dan menantu barunya.
Emmm, bukan mama Metta yang melakukan semuanya, lebih tepatnya pelayannya. Tapi kini beliau sudah hadir di meja makan menunggu anak dan menantu barunya itu keluar kamar.
Dengan riasan tebal yang bertengger di wajahnya serta tatanan rambut yang bergelombang dan tertata rapi dengan beberapa jepit yang berguna untuk menahan rambutnya apabila ada angin ataupun badai yang tak akan bisa merusak tatanan khas itu.
Ia duduk tegak dan meminta pelayannya mengetuk pintu kamar pengantin baru agar orang di dalamnya keluar dan menemaninya sarapan.
"Tuan Davian sudah menjawab ketukan pintu saya Nyonya." Ucap pelayannya dengan wajah menatap lantai berubin putih itu.
"Baiklah, pergi dan kerjakan kembali tugasmu!"
Pelayan wanita itu mengangguk dan keluar dari dalam dapur.
**
"Mamamu sudah memintamu untuk sarapan." Ucap Davian.
"Iya, aku akan segera ke sana."
Aina yang saat ini mengenakan dress selutut dengan rambut yang diikat bagai ekor kuda, berjalan terlebih dahulu meninggalkan Davian untuk menemui mamanya di meja makan.
Apalagi yang di lakukan Davian selain menghela napas dan menggelengkan kepalanya.
Ia meraih ponsel dan menghubungi Abinya.
"Iya, Dav. Bagaimana keadaanmu sekarang Umi sangat mencemaskan dirimu!"
"Davian baik Abi. Emm Dav cuma mau bilang, nanti jam 8 aku akan ke kantor. Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan,"
"Kau ke kantor? Apa tidak ada acara bulan madu atau ...."
"Abi, pernikahan ini tidaklah seperti pernikahan normal lainnya. Kami harus menyesuaikan dengan keadaan ini,"
"Iya, kau benar. Baiklah lakukan apa yang ingin kau lakukan. Pesan Abi hanya ... jangan keras pada istrimu, bagaimanapun kau harus menjadi suami yang baik dunia dan akhirat nanti!"
Davian menaikkan sudut bibirnya membentuk senyum tak simetris.
'Suami yang baik? Aku akan selalu melakukannya. Lalu bagaimana dengan wanita itu? Sepertinya aku akan mendidik anak harimau?'
"Iya Abi, salam untuk Umi. Davian baik-baik saja di sini seperti biasanya."
**
Davian turun dari lantai dua menuju ke dapur yang di sana sudah ada mama Metta dan Aina yang menunggunya.
"Selamat pagi Dav, bagaimana kabarmu hari ini? Menyenangkan?" ucap mama Metta seakan tidak ada yang terjadi kemarin sore. Dav hanya menanggapinya dengan senyuman.
Ia melesakkan tubuhnya pada kursi yang baru saja dia tarik.
"Aina, ambilkan makanan untuk suamimu!" perintah Metta.
Aina mendengus, namun tangannya bergerak mengambil piring dan mengisinya dengan makanan.
"Mama sudah menyiapkan rumah baru untuk kalian berdua. Jadi setelah kalian siap, kalian bisa pindah ke sana!" ujar Metta di sela makannya.
Aina terkesiap, dia menatap mama Metta dengan sendu." Bagaimana dengan papa, apa aku bisa membawa papa bersamaku, Ma?"
"Tidak," ucap mama Metta cepat dengan sorot mata tajam ke arah Aina. Kemudian ia menutupnya dengan sebuah senyuman palsu," Mama akan merawat papa dengan baik, jadi kau tenang saja. Lakukan pekerjaanmu untuk suamimu yang tampan ini!" senyuman Metta seakan dibuat-buat, Dav menyadarinya namun tidak mengatakan apapun. Ia lebih memilih diam mengamati.
Sarapan bersama di lakukan tanpa adanya pembicaraan lagi.
Davian mencuri pandang pada Aina yang sepertinya tidak menikmati sarapannya, sedangkan mama Metta seakan tidak peduli dengan keadaan yang ada saat ini.
'Ada apa dengan keluarga ini. Sepertinya ada yang mereka sembunyikan?' batin Davian penuh selidik.
Kunyahan terakhir, Davian meletakkan peralatan makannya kemudian menyambar gelas bening berkaki panjang berisi air putih dan meneguk isinya. Kembali ia menatap Metta setelah meletakkan gelas kembali di atas meja.
Di ruang tamu.
"Sebelum aku berangkat kerja, apa aku bisa menjenguk Tuan Arman, mama? Tidak enak jika aku menikahi anaknya tapi belum bertemu sama sekali dengan Tuan Arman," Davian selalu mengulas senyum di setiap ucapannya pada siapapun.
"Maaf Dav, saat ini beliau sedang istirahat, kau bisa mengunjunginya lain kali. Lagian mama juga harus buru-buru ke kantor, ada meeting dengan klien dan tidak bisa mama tunda, Nak!"
'Senyum penuh makna dari ibunya Aina ini.' Batin Davian saat ia melihat guratan senyum dan mata Metta yang tidak sinkron.
"Tidak masalah, lain kali saja kalau begitu!" Davian mengalihkan pandangannya pada Aina yang berdiri di ambang pintu utama rumah keluarga Arman.
"Aku kerja dulu!" ucap Dav yang di sambut anggukan oleh Aina.
Mobil Dav melenggang pergi meninggalkan pelataran rumah mewah keluarga Arman menuju ke kantornya yang terletak cukup jauh.
"Agil, siapkan pakaianku dan masukkan ke dalam koper. Nanti malam aku akan pulang menemui Abi dan Umi untuk berpamitan pada mereka!" perintah Davian melalui sambungan telepon.
"Kau akan kemana Bos?" tanya Agil yang merupakan asisten pribadi Davian yang begitu setia.
"Bulan madu. Apa kau pikir aku akan melakukannya?" terdengar suara Agil terkekeh di seberang sana.
"Bisa jadi. Tapi baiklah, aku akan menyiapkannya sebelum aku berangkat ke kantor menemui dirimu!"
Sambungan telepon terputus.
Agil merupakan teman setia Davian. Ia adalah anak rekan bisnis Abi nya dan sudah sejak lama dia mengabdi pada Davian, sehingga saat mereka berbincang, mereka sudah seperti teman lama, kau, kamu, aku sudah menjadi panggilan santai mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Devi Ratna Sari
penasaran
2022-09-04
0
LYVN.
Semangat kak. Lanjooot
2021-03-06
0
Bayu💰✌️
✌️😂
2021-02-05
2