Gear (noun): one of a set of toothed wheels that work together to alter the relation between the speed of a driving mechanism (such as the engine of a vehicle or the crank of a bicycle) and the speed of the driven parts (the wheels)
.
.
.
Pukul setengah enam pagi, Kai sudah selesai bersiap-siap untuk TM hari kedua. Selama TM mereka masih dibebaskan mengenakan pakaian bebas dan sopan asalkan bukan kaos dan harus bersepatu. Baru saat Ospek nanti mereka akan mengenakan dresscode dan sepatu pantofel serta kaos kaki putih panjang.
Setelah mengecek apa yang dibawa hari ini dan memastikan penampilannya sudah rapi, Kai meraih nametag miliknya dan bergegas keluar kamar. Dirinya menaiki lift asrama yang masih lengang untuk turun ke lobi di mana Teo sudah menunggunya.
"Hoahm... aku masih ngantuk banget," kata Teo setelah beberapa kali menguap. Pukul enam kurang lima belas menit, mereka berdua keluar dari gedung Asrama B. Di seberang jalan adalah Asrama F yang merupakan salah satu asrama putri.
Universitas Hayam Wuruk memiliki banyak asrama dengan masing-masing terdiri dari empat lantai. Setiap lantai memiliki sepuluh sampai lima belas kamar. Karena UHW memiliki empat belas fakultas yang masing-masing memiliki dua sampai tiga asrama—terkecuali Fakultas Psikologi dan Fakultas Filsafat yang hanya memiliki satu asrama—membuat wilayah kampus begitu luas. Bahkan jarak beberapa fakultas dari satu dengan yang lain harus ditempuh dengan kendaraan untuk sampai di sana. Fasilitas asrama didirikan untuk para mahasiswa yang jarak rumah ke kampus jauh, mahasiswa tingkat akhir yang menyelesaikan studi, atau menghemat pengeluaran mahasiswa daripada menyewa kos-kosan atau apartemen di sekitar kampus yang mahal-mahal. Beberapa dosen tertentu juga difasilitasi rumah dinas bersama.
Namun, karena tidak semua mahasiswa yang jarak rumahnya jauh bisa mendapatkan asrama, sebagian dari mereka memilih untuk menyewa kos-kosan atau apartemen dan atau tinggal di rumah saudara. Bahkan ada juga yang tinggal di kosbin atau kos binaan yang merupakan fasilitas dari pengurus takmir masjid kampus.
Kai, Neo, dan Ridwan yang dulunya satu SMA memang bersepakat untuk mendaftar di asrama kampus. Mereka sama-sama berasal dari luar provinsi yang tentu tidak mungkin untuk ngelaju, yang kalau ditempuh dengan mobil bisa menghabiskan waktu delapan jam kalau tidak macet. Ya, trio sekawan itu asalnya dari ibukota. Mungkin kecuali Ridwan yang merupakan anak Bekasi tapi sekolahnya di Jakarta.
Sebenernya, keluarga Kai memiliki rumah di Jogja. Tepatnya di Jalan Kaliurang. Hanya digunakan saat ada keperluan atau liburan, jadi selebihnya rumah itu hanya dirawat oleh tukang kebun kepercayaan keluarga Kai di sini. Namun, salah satu dari kakak kembar Kai, Kak Rin, yang kini memutuskan untuk mengambil studi lanjut setelah jeda bertahun-tahun—sekaligus mengurus pembukaan cabang bisnisnya di Jogja—memutuskan untuk tinggal di rumah yang ada di Kaliurang. Itulah kenapa pas waktu daftar ulang, Kai diantar kakaknya. Ridwan yang waktu itu baru balik lagi ke Jogja untuk daftar ulang, menginap bersama Neo di rumah sahabat orang tua Neo, yang untungnya jaraknya tidak begitu jauh. Motor Ridwan baru sampai beberapa hari setelahnya. Lalu, kenapa Kai tidak tinggal saja di rumah bersama kakaknya? Jaraknya lumayan jauh, sekitar satu setengah jam. Itupun kadang bisa lebih kalau pas macet-macetnya lalu lintas. Lebih dekat dengan jarak ke kampus kakaknya daripada ke UHW.
Kak Rin berbeda kampus dengan adiknya. Dia lebih milih mengambil S2 di salah satu universitas swasta favorit di Jogja dan kebetulan jarak rumah dengan kampus satu wilayah dan cukup dekat.
Sementara Teo berasal dari luar pulau dan Ojan, meski sebenarnya dia tidak mendaftar asrama karena orang asli sini, tetapi jarak rumahnya ke kampus yang satu jam perjalanan membuatnya malas ngelaju selama acara inaugurasi yang padat seperti ini—rumahnya ada di wilayah utara dan dekat dengan perbatasan provinsi. Apalagi Ojan itu orangnya susah bangun pagi. Jadi, dia untuk sementara nimbrung ke asrama saudaranya yang tengah liburan ke kampung halaman dan menitipkan kunci kamar ke Ojan.
"Kita mampir dulu ke Indomarch beli kopi dulu ya," ujar Teo sambil berusaha menahan kantuknya.
"Tadi malem nggak tidur?" tanya Kai penasaran. Mereka tengah berjalan menyusuri jalanan yang masih sangat lengang menuju sebuah mini swalayan yang berada tidak jauh dari asrama mereka. Letak swalayan itu searah dengan Asrama C yang merupakan asrama Ridwan, Neo, dan Ojan. Asrama di wilayah Fakultas Teknik adalah Asrama B, C, dan F yang merupakan asrama putrinya. Letak ketiga asrama tidak terlalu jauh satu sama lain dan bisa ditempuh dengan jalan kaki sepuluh menit.
"Cuman dua jam. Adik cewekku yang masih kecil katanya kangen sampai berjam-jam aku vidcall-an sama dia. Dia suka ngambek kalau aku cuekin," jawab Teo setelah meneguk kopi kalengan yang dia beli. Rasa kantuk Teo sedikit terobati.
"Jam berapa sekarang?" tanya Teo kemudian.
"Enam lebih lima menit," jawab Kai setelah mengecek jam tangannya.
"Kuharap Ojan udah bangun. Hah..." kata Teo sambil menghela napas.
Mereka lalu berjalan menuju Asrama C sambil sesekali mengobrol ringan. Sesampainya di sana, sudah ada Ridwan dan Neo menunggu di depan asrama.
"Mana Ojan?" tanya Kai.
"Si Sialan Ojan itu baru bangun," gerutu Ridwan. Teo yang mendengarnya menghela napas. Sementara Kai hanya menggelengkan kepalanya.
"Hari kedua TM belum aja mulai, kau udah mengumpat aja Wan," celetuk Neo.
"Hati-hati TPK menunggumu, hii..." lanjutnya menakut-nakuti, yang sebenarnya percuma kalau diterapkan pada manusia macam Ridwan.
"Nggak peduli!" kata Ridwan tak acuh. "Nggak takut sama mereka."
"Hooo.. yakin nih, Wan?" goda Teo.
Ridwan menghela napas dan berujar, "Jujur ya, aku sebenernya nggak begitu setuju dengan Ospek dan segala macamnya. Apalagi para TPK kemarin bertindak seolah-olah mereka berkuasa. Kau dengar tata tertib kemarin 'kan? Apa-apaan..!"
"Yah... sebenernya aku juga kurang setuju sih. Apalagi mendengar cerita dari orang-orang dan abangku sendiri. Tapi, coba kita lihat aja dulu apa maksudnya dan kenapa pihak universitas masih mempertahankan Ospek," ujar Kai.
Mereka terdiam selama beberapa saat. Teo menandaskan kopi kalengannya dan membuang wadahnya ke tong sampah terdekat.
"Hei, Kai," celetuk Neo kemudian.
"Kau kemarin kenapa nekat bernegosiasi sama ketua TPK sih?! Gila banget, senior cewek itu kelihatan serem sama tatapannya yang menusuk."
"Ah, bener, bro. Aku kaget saat kau mengacungkan tangan," timpal Teo, "Tapi emang bener sih, waktu dua minggu buat ngumpulin 500 nama dan tanda tangan itu nggak cukup. Apalagi kan masih liburan panjang."
Awal semester baru akan dimulai bulan September. Sementara mereka semua Ospek di bulan Agustus. Otomatis mahasiswa yang ada di kampus sedikit. biasanya baru akan kembali ke kampus—buat yang di asrama, kos, rumah kontrakan atau apartemen—pas akhir agustus atau awal September. Beberapa hari sampai seminggu sebelum perkuliahan dimulai.
"Ah, jadi inget kan!" seloroh Ridwan dengan keras. Cukup mengagetkan Teo dan Kai yang ada di sebelahnya.
"Diantara semua penugasan, tugas itu yang paling nggak masuk akal. Gila aja kita disuruh ngumpul 500 tanda tangan. Ini namanya pemaksaan nggak sih?"
Kai hanya mendengarkan pembicaraan ketiganya sambil menunggu Ojan yang belum juga datang. Butuh waktu berjalan kaki kurang lebih lima belas menit untuk sampai gerbang utama. Sementara sekarang sudah pukul enam lebih dua puluh menit.
Mereka memang tidak akan telat, tapi setidaknya mereka bisa sedikit bersantai dan mengobrol dengan teman-teman satu gugus yang sudah datang sebelum acara dimulai. Mereka bisa mampir dulu ke burjoan yang buka untuk sarapan sebelum ke kampus. Mungkin juga bisa memakan roti yang mereka bawa di kampus.
Yah... mereka akan punya kelonggaran waktu untuk melakukan apapun sebelum TM dimulai.
Kai kepikiran dengan tata tertib yang kemarin dibacakan oleh Aylin. Beberapa diantaranya terdengar tidak masuk akal. Salah satunya adalah mereka harus membawa beberapa perkakas seperti kunci inggris dan obeng selama serangkaian agenda inaugurasi. Bahkan bagi mahasiswa baru jurusan Tata Boga dan Tata Busana yang tidak berkaitan dengan perkakas itu juga tetap disuruh membawa.
Lima menit kemudian, sosok Ojan baru muncul berlari keluar gedung asrama. Dia terlihat ngos-ngosan dan rambutnya terlihat berantakan.
"Lama banget," Ridwan berkomentar dengan nada ketusnya.
"Sori, sori, bro. Tadi nyari obeng tapi nggak ketemu," kata Ojan yang masih berusaha mengatur napasnya.
"Hei, Jan, rapikan dulu rambutmu. Jangan memperjelas kalau kau baru bangun tidur," kali ini Neo yang berkomentar.
"Atau jangan-jangan kau nggak mandi ya? Hayo, ngaku!"
"Neo brengsek, aku mandi tau!" seru Ojan tidak terima.
"Yah... bertambah lagi mulut yang kurang pendidikan di sini," komentar Teo, "Lebih baik direm dulu gaes, kalau nggak mau berurusan dengan PTK, haha.."
Seketika Ojan menutup mulutnya dengan tangannya. Dia menengok ke sekeliling dengan waspada.
"Nggak ada senior di sini 'kan?" katanya dengan lirih. Yah... meski mulutnya ceplas-ceplos, Ojan itu sama penakutnya seperti Neo.
"Nggak bakal ada. Kalaupun ada, aku yakin semua panitia sudah berada di kampus sejak tadi," kata Kai bersuara.
"Ada yang punya obeng nggak? Pinjem dong," tanya Ojan kepada keempatnya.
"Cuman bawa satu, itupun aku pake," kata Teo.
"Sama," timpal Ridwan singkat. Diikuti anggukan kepala Kai dan Neo.
"Sial..." gerutu Ojan. Namun, dengan segera dia menutup mulutnya rapat-rapat dan sekali lagi menoleh ke kanan dan ke kiri. Seolah memastikan benar-benar tidak ada senior di sana.
"Aku coba pinjem ke Pak Satpam ajalah," setelah berkata demikian, Ojan berlari ke arah pos satpam yang berada tidak jauh di depan halaman gedung Asrama C.
"Dasar Ojan," gerutu Teo.
"Woy, Jan!" Kai berseru dengan keras agar Ojan mendengar.
"Kami tunggu di persimpangan! Kelamaan, kami tinggal."
Tanpa menunggu balasan Ojan, mereka berempat berjalan keluar area asrama ke arah persimpangan dengan jarak tempuh sekitar lima menitan. Persimpangan yang dimaksud adalah sebuah pertigaan. Ketika keluar dari jalan area asrama FT, kalian akan menemukan jalan lebar yang sering kali ramai lalu lalang kendaraan dan di seberangnya adalah Fakultas Teknik. Tidak jauh dari FT adalah Fakultas Geografi dan Kependudukan yang tidak jarang berkolaborasi dalam beberapa proyek, terutama untuk jurusan Teknik Geologi FT.
Setelah Ojan berhasil mendapat pinjaman obeng dari satpam asrama, mereka berlima lalu bergegas menuju kampus untuk menjalani agenda TM kedua.
.
.
.
TM hari kedua tidak jauh berbeda dengan kemarin. Maba berlatih yel-yel dan jargon, penjelasan teknis dan apa yang akan mereka lakukan saat hari pertama sampai keenam Isimaja. Di mana hari pertama adalah protokoler dari pihak rektorat yang mana maba harus berpakaian formal: jas almamater, berpantofel, dan seragam hitam putih UHW—rok rimpel panjang atau rok pendek minimal selutut, kemeja dengan logo kecil atau nama masing-masing fakultas di bagian dada kanan dan bagi yang berhijab logo kecil atau nama fakultas akan berada di jilbab yang dipesan sesuai ukuran; lalu dasi dengan logo kecil fakultas untuk yang laki-laki.
Hari kedua universitas adalah penampilan dari seluruh ormawa universitas. Semua maba mengenakan atasan kaos polo UHW dan bawahan yang masih sama seperti sebelumnya. Bagi yang berhijab, mengenakan manset atau deker karena lengan kaos yang pendek. Di hari kedua itu juga akan lebih difokuskan dalam menunjukkan yel-yel, jargon, atau koreo setiap fakultas dengan kehadiran maskot-maskot mereka.
Hari pertama dan kedua dilaksanakan di GOR Fakultas Olahraga.
Lalu pada hari ketiga dan keempat adalah Isimaja untuk masing-masing fakultas dengan konsep yang kurang lebih sama dengan universitas. Bedanya, di hari ketiga maba mengenakan batik bebas berkerah dan di hari kermpat kembali mengenakan kaos polo UHW. Hari kelima adalah Isimaja masing-masing jurusan di tiap fakultas dan hari terakhir adalah pembentukan formasi akbar di lapangan terbuka di sebelah GOR yang juga masuk wilayah Fakultas Olahraga. FT sendiri juga punya lapangan tetapi tidak seluas milik FO.
Luas Universitas Hayam Wuruk yang berhektar-hektar membuat setiap fakultas memiliki fasilitas andalan masing-masing. Seperti FT yang tentu dengan lapangan untuk latihan fisik, bengkel praktikum yang di beberapa jurusan terbuka untuk umum, dan aula besar. FK atau Fakultas Kedokteran yang memiliki apotek farmasi dan rumah sakit umum; FBS yang punya gedung pertunjukan, galeri seni, lab bahasa, dan pendopo; FIP atau fakultas untuk kependidikan yang terkenal dengan lingkungannya yang paling hijau dan sejuk serta lab pengajaran.
Sementara, FMIPA dengan berbagai lab praktikum, kebun Biologi, dan foodcourt-nya yang punya aneka menu sering disambangi mahasiswa berbagai fakultas; FEB atau Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang mengelola kopma dan Plaza UHW empat lantai; FO dengan GOR yang sering digunakan untuk kegiatan Isimaja universitas, wisuda, serta pertandingan futsal dan basket anak SMA, lalu ada lapangan sepak bola dan beberapa lapangan untuk praktik tiap jurusan, gedung untuk latihan beladiri yang biasanya digunakan untuk kegiatan ormawa beladiri, tempat fitness, dan sebuah klinik untuk cedera.
Lalu Fakultas Psikologi dengan klinik konsultasi yang nyaman; Fakultas Filsafat dengan labnya; FH dengan perpustakaan yang menyimpan berbagai arsip tentang hukum dan peradilan; FISIPOL yang punya perpustakaan arsip sejarah dan politik dan cukup sering berkolaborasi dengan FH; FKH atau Fakultas Kedokteran Hewan yang juga punya klinik dan rumah perawatan untuk hewan serta mereka juga membuka jasanya untuk umum; lalu Fakultas Pertanian yang punya kebun dan ladang untuk praktikum dan proyek mereka; dan yang terakhir adalah Fakultas Geografi dan Kependudukan yang punya sebuah taman sangat luas yang didesain menyerupai sebuah peta Indonesia raksasa dan jadi salah satu spot foto keren di UHW.
UHW sendiri yang berada di Kota Pelajar membuatnya menjadi salah satu ikon kebanggaan tersendiri selain adanya kraton, pusat oleh-oleh Malioboro, tugu, serta berbagai khas yang melekat di provinsi dengan semboyan istimewa itu.
Selain itu, UHW menyediakan seragam seperti layaknya SMA yang harus digunakan mahasiswa pada hari-hari tertentu. Seperti setelan hitam putih yang wajib dipakai hari Senin dan batik motif khas Jogja dengan logo UHW yang dipakai hari Jumat. Selebihnya bebas, rapi, dan sopan atau sesuai ketentuan masing-masing fakultas. Lalu ada sebuah berita yang beredar kalau UHW akan membuka fakultas baru dan mulai diresmikan tahun depan atau dua tahun lagi. Sejak beberapa tahun belakangan ini kebun milik jurusan Biologi diperluas dengan ditanamnya berbagai jenis pohon besar dan tanaman lain. UHW juga tengah membuka lahan di dekat FMIPA dan Fakultas Pertanian serta membangun sejumlah gedung di sana. Mungkin kalian bisa menebak fakultas apa yang akan segera dibuka.
Membicarakan soal Universitas Hayam Wuruk tidak ada habisnya. Maka dari itu kita kembali ke agenda TM Isimaja Fakultas Teknik yang tengah berlangsung.
Setelah sebelumnya diisi oleh Tim Acara yang menjelaskan teknis Isimaja tahun ini, dilanjut dengan Galang yang mengenalkan tujuh korlap atau koordinator lapangan utama yang berasal darai dua perwakilan Tim Acara dan tiga dari pemandu termasuk Galang. Lalu sempat terjadi sidak dan dipertanyakannya maba yang telat dan membolos acara TM hari ini oleh Aylin. Ketika tidak ada yang menjawab, imbasnya semua maba harus melakukan push up lima seri tanpa pandang bulu dengan peringatan Aylin soal siapapun yang benar-benar sakit dan tidak kuat harus mundur atau ke Tim Medis.
Yah... mulai hari ini, Isimaja FT yang sesungguhnya baru dimulai.
Saat ini, di dalam aula besar, acara diisi oleh Naufal didampingi Seno dan Aylin. Ketua Isimaja FT itu tengah menjelaskan tentang tradisi FT, tekat dan semangat anak-anak FT yang disimbolkan dengan gir atau roda gigi.
"Setiap fakultas di UHW memiliki lambangnya masing-masing. Seperti Fakultas Hukum dengan timbangan sejajarnya atau Fakultas Psikologi dengan trisulanya," kata Naufal menjelaskan dengan suara lantang dan tegasnya.
"Sementara kita, dilambangkan dengan gir," Naufal menganggat sebuah pin berbentuk roda gigi ke atas dengan tangan kanannya. Tim PDD dengan peralatannya berhasil men-shoot dan ditampilkan di dua layar proyeksi yang sudah dipasang di sebelah kanan kiri panggung aula besar agar 1500 maba bisa melihatnya.
"Tanpa gir, sebuah mesin tidak akan bisa bekerja, bisa menjadi hambatan atau kendala dalam pekerjaan. Sekecil apapun gir itu. Oleh karena itu, gir sangat penting bagi teknisi atau insinyur seperti kita. Meski kau seorang lulusan Teknik Boga, Tata Busana, atau bahkan pendidikan teknik sekalipun, pasti kalian akan menemukan sebuah mesin di wilayah kerja kalian, sesederhana apapun," lanjutnya.
"Kami tidak akan mengakui kalian sebagai bagian dari FT UHW sebelum kalian mendapatkan lencana ini. FT punya tradisi penting, tradisi penyambutan, yang harus dilakukan untuk bisa mendapatkan gir ini dan menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Teknik."
"Apa kalian mau menjadi bagian dari FT UHW?" seru Naufal.
"Ya!"
"Kelihatannya kalian kurang serius," kata Naufal yang mendengar jawaban maba yang tidak kompak.
"APA KALIAN MAU MENJADI BAGIAN DARI FT UHW?" kali ini Naufal lebih mengeraskan suaranya.
"YA!" dijawab dengan serempak dan keras oleh para maba. Seolah semangat mereka semakin membara dengan kata-kata Naufal.
Terlihat Naufal dan Seno tersenyum puas. Sementara Aylin masih bertahan dengan tampang datarnya.
"Pastikan kalian mengerahkan semangat, kekuatan, dan persatuan kalian ya, guys!" Seno berseru memberi semangat sambil mengepalkan tangan kanannya ke atas.
"YA!" para maba berseru dengan semangat juga.
"Kak Galang dan para pemandu, mohon bantuannya ya," Seno menambahkan dibalas acungan jempol oleh Galang yang berdiri tidak jauh di depan panggung, tepatnya di depan para maba.
"Dan pastikan kalian tetap mengikuti aturan. Jangan karena kalian terlalu pengen dapat gir dan pengakuan, kalian lupa aturan!" kali ini Aylin bersuara dengan nada tajamnya. Seketika para maba terdiam dan menatap ke arah Aylin. Suasana riuh dan kehebohan yang baru saja terjadi tadi seketika hilang seolah-olah tidak pernah terjadi.
Benar-benar Aylin perusak suasana!
.
.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments