Rebel (Noun): a person who rises in opposition or armed resistance against an established government or ruler
.
.
.
"Saya Aylin, dari Teknik Industri," senior itu mulai membuka suara. Meski seorang cewek, dia terdengar sangat tegas seperti seorang prajurit wanita yang sedang melaksanakan tugasnya.
"Saya akan membacakan aturan dan tugas yang harus kalian taati selama inaugurasi berlangsung. Bagi yang melanggar akan mendapatkan sanksi hukuman yang sesuai dengan tiap aturan yang dilanggar. Kalau ada pertanyaan bisa ditanyakan setelah saya selesai menyampaikan tata tertib dan tugas, jadi jangan ada menyela!"
"Saya harap kalian paham dan hafal dengan tata tertib dan tugas kalian! Tim Penegak Kedisiplinan tidak menerima alasan seperti lupa dan tidak paham mengenai tata tertib dan tugas yang telah disampaikan."
Aylin menyapukan pandangannya sekali lagi ke arah para maba. Mereka mulai mengeluarkan buku catatan masing-masing. Entah inisiatif sendiri atau pemandu mereka yang mengingatkan.
"Gila, gila! Aku nggak nyangka ketua TPK kita tahun ini adalah cewek," bisik seorang miba yang duduk tidak jauh dari Kai kepada temannya. Kai cukup bisa mendengar mereka bicara. Cewek itu berbisik lumayan keras.
"Kata kakakku yang kuliah di sini, nggak pernah ada sejarah ketua TPK itu cewek, apalagi di FT. Terakhir kali hampir dua dekade sejak ketua TPK cewek pertama kali pernah menjabat," lanjutnya lagi.
"Kau serius? Lama banget!" ujar temannya ikut berbisik tidak percaya dan tidak kalah hebohnya.
Miba itu mengangguk dan berujar pelan, "Katanya, sejauh ini belum ada yang sesuai kriteria buat jadi ketua TPK untuk cewek. Kata kakakku, buat jadi ketua TPK atau ketua lainnya dipilih langsung dari ketua sebelumnya. Jadi kayak sistem waris gitu, kecuali ketua Isimaja univ yang pemilihannya kayak milih ketua BEM. Dan sangat jarang ada ketua TPK seorang cewek di UHW."
"Kalau ketua Isimaja?"
"Setahuku, ketua Isimaja nggak pernah ada cewek yang menjabat."
"Tata Tertib Isimaja Fakultas Teknik, Universitas Hayam Wuruk," Aylin memulai setelah membuka map yang diberikan oleh salah satu anggotanya.
"Kau lihat laki-laki yang nyerahin map ke ketua TPK?" kali ini Kai mendengar seorang miba yang duduk di depannya berujar dengan pelan kepada temannya. Karena juga penasaran, Kai ikut memperhatikan laki-laki berbadan jangkung dengan tatapan tajamnya. Laki-laki itu berdiri tidak jauh di belakang Aylin bersama beberapa anggota TPK.
"Dia adalah Johan dari Teknik Sipil. Duta FT dan merupakan runner-up duta universitas tahun lalu. Kudengar dia kalah dari duta Fakultas Kedokteran saat perebutan gelar duta universitas tahun lalu."
"Wah, benarkah? Padahal dia ganteng dan gagah banget!"
"Pertama," buru-buru mereka dan juga Kai kembali memperhatikan Aylin.
"Semua maba diharapkan datang mulai pukul enam pagi setelah gerbang utama dibuka. Toleransi keterlambatan adalah sepuluh menit sebelum waktu acara dimulai. Lebih dari itu, kalian harus meminta izin mengikuti kegiatan dari Tim Penegak Kedisiplinan. Kedua, kendaraan yang boleh dibawa selama kegiatan hanya sepeda atau motor, selebih dari itu tidak diizinkan. Bagi yang membawa kendaraan tersebut, diharap menuntunnya dari gerbang utama menuju tempat parkir.
"Ketiga, semua maba keluar masuk melalui gerbang utama dengan izin panitia. Selain itu tidak diizinkan. Tim Penegak Kedisiplinan akan berjaga dan mengecek kalau ada yang melanggar. Keempat, semua maba wajib mengenakan dresscode dan atribut yang telah ditentukan oleh panitia. Maba diharapkan memakai nametag yang sudah diberikan selama TM dan Isimaja. Kami akan melakukan sidak selama kegiatan.
"Kelima, selama kegiatan, maba dilarang merokok, membawa senjata tajam, membawa atau mengkonsumsi Napza, menyalakan ponsel kecuali ada hal mendesak dan mendapat izin panitia, dilarang mengumpat atau berbicara kasar dan berbuat yang menyinggung SARA.
"Keenam, dilarang memakai aksesoris seperti gelang, cincin, anting, atau kalung kecuali jam tangan. Dan bagi yang perempuan, dilarang mengenakan riasan. Kecuali memakai lipbalm seperlunya diperbolehkan untuk maba perempuan yang sehat, dengan alasan tidak kelihatan pucat atau sakit. Selain itu tidak boleh."
Pembacaan tata tertib yang dilakukan Aylin terus berlanjut sampai kurang lebih ada dua puluhan poin tata tertib dengan peranakannya.
"Feeling-ku mulai nggak enak sama aturan-aturan yang udah kutulis ini," kata Neo yang duduk disebelah Kai dengan lirih. Dia mengamati tata tertib yang dia tulis sampai berlembar-lembar dengan gugup.
Kemudian, Aylin mulai membacakan beberapa tugas yang harus para maba kerjakan selama TM dan Isimaja. Dan tugas yang paling menyita perhatian para maba adalah tugas terakhir dari kelima tugas yang disebutkan.
"Kalian diharapkan mengumpulkan lima ratus nama dan tanda tangan dari senior kalian selama jeda setelah TM dan sampai sebelum Isimaja Fakultas. Jadi kalian memiliki waktu dua minggu untuk mengumpulkannya. Waktu yang cukup longgar dan kalian boleh meminta tanda tangan senior selain dari panitia. Pastikan bahwa senior kalian adalah mahasiswa dan masih menjadi mahasiswa Fakultas Teknik UHW. Tidak boleh meminta tanda tangan dari pemandu gugus kalian sendiri!"
"Dan catatan bagi para pemandu, jangan membantu anak gugusnya sampai memanjakan mereka. Kecuali membantu mengkonfirmasi setelah mereka mendapatkan nama dan tanda tangan. Biarkan mereka berusaha! Tim Penegak Kedisiplinan akan mengawasi."
Terlihat kebanyakan maba mulai membicarakan mengenai tugas itu. Sedikit melupakan keberadaan TPK yang menatap mereka dengan tajam. Melihat kondisi mulai ramai, Aylin berseru dengan lantang.
"HARAP TENANG!"
Teriakan lantang Aylin yang mengagetkan dan menggema di dalam aula besar membuat para maba terdiam. Pandangan mereka kembali fokus ke arah Aylin yang menatap mereka dengan pandangan tajam.
"Dimohon untuk tetap tenang dan dengarkan!" Aylin melanjutkan dengan tegas.
Cewek itu mengedarkan pandangannya ke seluruh maba dan pemandu yang ada di depannya.
"Diharapkan para pemandu mengingatkan anak gugusnya karena hal itu menjadi tanggung jawab dan berada dalam pengawasan kalian langsung. Bagi yang ketahuan melanggar, pemandu juga akan dikenai sanksi atas kesalahan anak gugusnya."
Hening untuk beberapa saat. Kemudian, Aylin berujar lagi. Kali ini dengan lebih tenang, "Yang ingin bertanya dipersilakan. Harap mengacungkan tangan dan menyebutkan nama, empat digit belakang NIM, dan gugus."
Semua maba terdiam.
Lalu, seseorang di bagian tengah mengangkat tangan kanannya setelah hampir lima menit tidak ada yang berani bertanya. Aylin mempersilakan orang itu untuk bicara. Orang itu lalu berdiri dan memperkenalkan dirinya.
"Saya Kayvan, 0057, dari Gugus Sembilan belas Jayapura, izin berbicara," orang yang ternyata Kai mengejutkan teman-temannya dan beberapa maba lain memandangnya kagum karena berani bertanya pada Aylin.
"Hei, Kai, apa kau gila?!" bisik Ojan tetapi hanya dihiraukan Kai.
"Saya rasa waktu dua minggu itu tidak cukup untuk mengumpulkan 500 nama dan tanda tangan. Dilihat dari waktu yang masih masuk liburan semester. Setidaknya berikan waktu tambahan untuk kami mengumpulkannya," kata Kai sambil menatap lurus ke arah Aylin. Para maba yang mendengar berdecak kagum, bahkan ada juga yang ngedumel dengan nyalinya menyampaikan hal itu kepada Ketua TPK yang terlihat seperti seorang komandan prajurit wanita itu.
"Apa kau sudah mencobanya?" tanya Aylin dengan tajam.
Kai hanya terdiam.
"Saya bertanya, apa kau sudah mencobanya?!"
"Belum, Kak," jawab Kai singkat.
"Apa kalian sudah berusaha mencobanya?" Aylin bertanya sekali lagi. Mengedarkan pandangannya ke seluruh maba yang ada di aula.
"Tapi Kak, saya cukup keberatan dengan tugas ini. Waktu dua minggu menurut saya kurang untuk mengumpulkan semuanya, Kak," Kai tetap pada pendiriannya.
"Oh? Keberatan ya?"
Lalu, Aylin melanjutkan, "Kalian belum mencobanya, belum ada usaha. Bagaimana kalian bisa tahu waktu dua minggu itu tidak cukup?"
"Jangan mencari-cari alasan sebelum kalian mencobanya!" seru Aylin dengan lantang. Dia menatap tajam ke arah seluruh maba yang tetap terdiam.
"Sekian dari Tim Penegak Kedisiplinan, selamat siang."
Kemudian, Aylin berlalu meninggalkan aula besar diikuti anggota TPK yang lain.
Suasana yang masih tegang membuat hanya sedikit dari maba yang membalas salam dari Aylin. Bahkan, Kai saja masih berdiri di tempatnya.
"Oke, guys, kembali lagi dengan saya, Seno dari Tim Acara," Seno naik ke atas panggung dan mengambil alih.
"Sudah, sudah, kalian jangan tegang begitu. Kalian kayak habis ketahuan ngambil duitnya emak buat jajan deh, tegang amat!" kata Seno berusaha memecahkan ketegangan dengan candaannya.
"Dek Kayvan bisa duduk kembali," katanya pada Kai yang dibalas dengan ucapan terima kasih sebelum kembali duduk.
"Tim Acara akan membagikan buku kecil untuk amunisi kalian berburu nama dan tanda tangan para senior. Oh iya, tambahan dari Tim Acara, tolong sertakan jurusan dan angkatan dari senior yang kalian mintai ya? Terima kasih. Buku akan didistribusikan ke perwakilan pemandu tiap gugus yang nantinya dia yang akan membagikan bukunya ke kalian. Kalau ada yang belum kebagian, pemandu harap mencatat dan melaporkannya ke Tim Acara. Tugas-tugas yang tadi sudah di sampaikan TPK, bisa dikumpulkan ke masing-masing pemandu sesuai deadline, dan nanti pemandu yang akan mengumpulkannya ke Tim Acara. Kalau ada yang ditanyakan terkait keempat tugas yang lain, boleh bertanya melalui pemandu atau langsung ke Tim Acara juga boleh," Seno menjelaskan dengan panjang lebar.
"Bisa dimengerti?"
"Dimengerti!"
"Setelah ini, kalian boleh pulang untuk persiapan hari berikutnya," Seno melanjutkan, "Dan bagi perwakilan tiap gugus yang terpilih nanti berkumpul sebentar di sini bersama satu orang pemandu kalian."
"Saya tutup TM pada hari ini, sekian dari kami. Kurang lebihnya mohon maaf. Tolong jaga kesehatan ya adik-adik semua, dan seperti yang Kak Aylin ingatkan barusan tadi, kalau ada yang sakit bilang aja. Tapi jangan pura-pura sakit ya, nanti malah sakit beneran lagi.."
"Sebelumnya, ada pesan dari Kak Naufal selaku ketua Isimaja atau siapa?" tanya Seno menawarkan ke panitia yang lain.
"Tolong jaga kesehatan dan semangatnya karena kegiatan kita masih panjang," Naufal berseru dari tempatnya yaitu berada di sebelah kanan panggung bersama pengurus inti yang lain dan ketua Tim Medis.
"Oh ya, tambahan lagi. Cuman mau mengulangi apa yang tadi disampaikan Kak Aylin, tolong jaga kesehatannya ya teman-teman. Jangan memaksakan diri dan jangan berpura-pura juga. Kalau merasa sakit, bilang aja ke pemandu atau Tim Medis yang berjaga. Dimohon kerjasamanya ya? Demi kebaikan kita bersama. Sekian dan terima kasih," Imah selaku ketua Tim Medis FT bersuara.
"Ya, itu tadi dari kakak-kakak. Terima kasih buat Kak Naufal dan Kak Imah atas pesannya. Sekian dari kami, terima kasih sekali lagi buat kalian. Selamat sore dan Assalamu'alaikum!" Seno menutup acara.
"Selamat Sore..."
"Wa'alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh..."
Para maba menjawab salam dengan kurang kompak karena fokus mereka sudah terpecah.
"Jangan lupa istirahat dan shalat Ashar bagi yang menjalankan ya habis ini," ketua Tim Acara itu menambahkan.
Para maba membereskan barang-barang mereka dan diarahkan pemandu untuk keluar meninggalkan aula besar FT.
Tersisa lima puluh perwakilan dari total dua puluh lima gugus dan masing-masing perwakilan pemandu mereka. Tim Perkab dibawah komando Budi mulai membereskan peralatan yang berantakan dan tercecer dibantu dengan Tim PDD.
"Semua sudah berkumpul?" tanya Seno kepada para perwakilan.
"Sudah Kak," jawab mereka.
"Oke, baiklah. Bagi yang shalat, silakan shalat dulu di mushola FT. Aku beri waktu dua puluh menit. Nanti, kita kumpul lagi di sini dan langsung kita mulai ya? Paham?"
"Paham, Kak!"
.
.
.
Kai baru sampai ke asrama pukul delapan malam dan baru membuka ponsel pintarnya saat tiba di kamarnya. Ratusan pesan masuk dari grup dan pesan personal. Namun, Kai lebih tertarik untuk membuka grup yang isinya dirinya dan keempat teman yang lain.
Cowok itu akan beristirahat sambil membaca pesan-pesan dari teman-temannya sejenak sebelum mandi. Tubuhnya rasanya lelah dengan kegiatan hari ini. Ini baru hari pertama TM dan belum ada latihan fisik seperti tradisi FT disetiap serangkaian agenda TM dan Ospek. Dua fakultas di Universitas Hayam Wuruk yang memasukkan latihan fisik—seperti melakukan push up, squad jump, lari, dan lainnya—ke dalam agenda mereka hanyalah Fakultas Olahraga dan Fakultas Teknik.
Isi pesan dari teman-temannya di grup yang dibuat oleh Ridwan adalah tentang agenda hari ini, ajakan makan, ajakan main game, dan menanyakan kebaradaan Kai yang tidak membuka ponsel sejak ishoma.
Untuk orang yang baru kenal sehari karena TM hari pertama, Teo dan Ojan mudah akrab dengan Kai dan kedua sahabatnya. Ridwan yang cukup sulit dekat dengan orang yang baru dikenal bisa mengakrabkan diri dengan Teo dan Ojan yang baru dia kenal sehari. Bahkan sampai seorang Ridwan menambahkan Teo dan Ojan ke grup whatsapp mereka bertiga, grup yang dulu juga Ridwan-lah yang membuat.
Kai memutuskan untuk merespon mereka. Tidak lama kemudian, Ojan disusul yang lainnya membalas dengan cepat.
Dirinya menceritakan kalau hari ini ternyata adalah seleksi duta kampus. Lima puluh orang perwakilan diwawancari oleh Naufal, Seno, dan seorang dosen pembimbing yang diundang panitia. Wawancara hanya berlangsung singkat dengan satu persatu dipanggil dan ditanyai dengan dua pertanyaan yang sama oleh ketiga orang pewancara.
Apa duta kampus itu sebenarnya dan apakah itu penting serta pendapatmu mengenai seorang insinyur atau FT itu sendiri.
Setelah diwawancari, mereka dikumpulkan lagi di aula besar dan diberi tugas membuat esai singkat tentang diri sendiri selama sepuluh menit.
Pemberian waktu yang singkat untuk sesi wawancara dan menulis esai membuat para perwakilan mau tidak mau berpikir secara spontan dan cepat karena Naufal, Seno, dan satu dosen pembimbing tidak memberikan waktu tambahan.
Dosen pembimbing yang merupakan salah satu dosen muda di FT itu merupakan salah satu panitia dari pihak dosen di perhelatan duta kampus UHW. Wanita itu langsung undur diri setelah selesai mewancari setiap perwakilan. Dosen itu juga berkata kalau pihak panitia sengaja mengadakan sesi wawancara langsung begitu perwakilan terpilih agar mendapatkan hasil yang jujur dan spontan.
Sebenarnya, para pemandu tidak menjelaskan secara gamblang apa itu duta kampus, hanya bilang kalau pemilihan duta kampus itu semacam pemilihan ketua BEM dan pemilihan duta pada umumnya. Mereka akan menjadi perwakilan masing-masing fakultas atau bahkan universitas dalam berbagai kegiatan. Mereka hanya menyampaikan informasi untuk mengirim perwakilan dari tiap gugus untuk mengikuti pemilihan duta kampus. Mereka juga tidak bilang kalau seleksi akan dilakukan hari itu juga setelah nama-nama terkumpul.
Beliau juga berpesan kepada Naufal untuk memberikan rekomendasi dari pihaknya mengenai nama yang akan terpilih menjadi duta kampus FT setelah menilai esai dari masing-masing perwakilan.
Setelah bertukar pesan selama beberapa saat dengan teman-temannya dan membaca grup gugus, Kai memutuskan untuk mandi lalu memakan makan malam yang dibelinya diperjalanan pulang.
.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments