Pukul 10 pagi, keluarga besar Kakek Sofyan Amin dengan Nenek Gayatri sudah berkumpul di lobby hotel. Mereka akan menggunakan bus pariwisata untuk berangkat ke beberapa destinasi wisata di Lembang. Koordinator acara kali ini sekaligus sponsor adalah Adhitama.
Adhitama memilih Farm House dan Gunung Tangkuban Perahu sebagai destinasi mereka. Bagi Adhitama kedua tempat ini sangat bersahabat untuk segala usia, baik untuk anggota keluarga yang masih anak-anak maupun yang sudah tua seperti Kakek Sofyan Amin maupun Nenek Gayatri.
Adinda juga turut berada di lobby hotel, namun bukan karena ikut wisata namun hanya sekedar pamit ke tempat lain pada Kakek dan Nenek, sekaligus memperdengarkan rencananya pada Adhitama, itu yang utama.
"Kek, Nek, maaf Adinda nggak ikut ke Farm House dan Tangkuban Perahu. Adinda mau ikut arung jeram."
Dada Adhitama bergejolak mendengar permintaan izin dari Adinda pada Kakek Sofyan Amin dan Nenek Gayatri.
Belum lagi Kakek dan Nenek itu bicara, Adhitama sudah mendahului, "Dinda, kita datang ke tempat ini untuk berkumpul bersama keluarga, bukan untuk membuat acara yang berbeda. Lagian arung jeram terlalu berbahaya untuk perempuan seperti kamu."
"Mas Aditmu benar Nak, arung jeram bahaya. Bagaimana kalau kamu jatuh dari perahu dan terbawa arus?" Nenek Gayatri menasehati cucunya yang keras kepala itu.
"Tapi Dinda sudah beberapa kali ke Tangkuban Nek, bosan, nggak menantang. Siapa sih yang pilih tempat itu." Dinda menyindir Adhitama, karena ia tahu Adhitama yang memilih tempat wisata.
"Dinda, yang jelas acara keluarga hari ini hanya di Farm House dan Tangkuban Perahu. Kalau kamu nggak mau ikut tinggal saja di hotel gak usah kemana-mana," kata Adhitama dengan sangat tegas pada Adinda.
"Baiklah Dinda tinggal di hotel saja," ucap Adinda lalu dengan langkah cepat kembali ke kamarnya tanpa berpamitan lagi.
Nenek Gayatri geleng-geleng kepala melihat perilaku Adinda sambil berkata, "Dasar bocah keras kepala, untung saja Nak Adit gak memilih dia. Nak Adit akan lebih banyak susahnya kalau milih Adinda."
Adit hanya tersenyum datar dan menunduk.
Kakek Sofyan Amin malah tertawa terbahak-bahak, "Betul-betul Adinda, tidak ada yang lepas dari Neneknya. Mulai dari cantiknya sampai keras kepalanya."
Nenek Gayatri menjadi sewot pada Kakek Sofyan Amin dikatakan keras kepala.
Adhitama berdiri dari duduknya, melangkah ke tempat lain lalu memanggil Ivander. Ia tahu meskipun mengatakan tinggal di hotel, Adinda pasti akan tetap arung jeram.
"Van, kamu tidak usah ikut ke Tangkuban Perahu. Kamu disini jagain Adinda. Dia mau ikut arung jeram," perintah Adhitama pada Adiknya.
"Jadi saya ikut arung jeram sama Adinda?" tanya Ivan belum terlalu mengerti dengan perintah kakaknya.
"Siapa yang menyuruh kamu ikut arung jeram? kamu tinggal di hotel, jaga Dinda jangan sampai keluar hotel."
"Yah Mas, Mas Adit kan tau sendiri Dinda keras kepala," Keluh Ivander pada kakaknya. Ia tidak yakin bisa mencegah Adinda bila menginginkan sesuatu.
"Aku tidak perlu mengajarkan cara agar Adinda tidak keluar hotel. Kamu pikir sendiri bagaimana caranya." Adhitama lalu melangkah meninggalkan Ivander yang masih kebingungan. Ia menerima perintah keras dari kakaknya untuk menjaga perempuan keras kepala.
Baru juga sampai di Farm House, Adhitama sudah menerima telpon dari Ivander.
Ivander: Kak, Adinda ngotot tetap mau ikut arung jeram.
Adhitama: Cegah dia, kalau perlu ikat saja kakinya. Dasar keras kepala. Berikan handphonemu, saya mau bicara.
Ivander: Dia nggak mau bicara sama Mas Adit.
Adhitama: Ikat saja kakinya.
Adhitama menutup telpon dengan kesal. Ia tidak habis pikir Adinda menjadi tidak terkontrol seperti itu. Memberi tahu orang tuanya? sama saja. Orang yang ditakuti Adinda hanya Adhitama, tentu saja sekarang itu sudah tidak berlaku bagi Adinda.
"Mas Kenapa kesal begitu?" Ayudia memperhatikan ekspresi tunangannya yang mendadak berubah.
"Tiga alat berat rusak, tidak bisa beroperasi di bogor, padahal masa pelaksanaan proyek embung Mas Adit tinggal sebulan lagi," Jawab Adithama asal, menghindari kecurigaan Ayudia bila ia masih mengkhawatirkan Adinda.
Tidak lama kemudian Adhitama kembali menerima pesan Whatsapp dari adiknya.
Ivander:
Sekarang saya di mobil ke lokasi arung jeram. Adinda tidak bisa dihalangi.
Adhitama menggerutu kesal. Belum lagi mengurusi satu keluarga besar di Farm House, Adinda malah membuat ulah.
Adhitama menjauh dari Ayudia dan keluarganya yang lain lalu menelpon nomor Adinda, ia hanya semakin kesal karena tiga kali telponnya di reject oleh Adinda. Ia menjadi gusar sepanjang waktu karena ia tahu, Adinda tidak pernah sebelumnya ikut arung jeram. Adhitama sangat khawatir bila ada hal yang tidak inginkan terjadi pada Adinda.
Adhitama tahu bahaya wisata arung jeram karena ia pernah beberapa kali mengikuti arung jeram. Bisa saja peserta jatuh dari perahu, terseret ke undercut yaitu air sungai yang tampaknya tidak deras dilihat dari permukaan atas, akan tetapi dibawa permukaan arusnya sangat deras dan mengarah ke bawah. Sehingga bila ada yang terjatuh akan terseret ke bawah sungai. Belum lagi resiko terbentur batu dan lain-lainnya terbayang di otak Adhitama.
Pada waktu yang sama di tempat lain Adinda tertawa senang berhasil membuat Adhitama kesal. Ivander hanya geleng-geleng kepala karena bagaimanapun Adhitama adalah kakaknya yang sangat ia hormati. Namun Ivander juga merasa aneh dengan sikap Adhitama yang ia nilai sangat berlebihan pada Adinda, padahal Adhitama sendiri yang memutuskan Adinda.
Satu pesan kembali masuk dari Ivander saat saat Adhitama sudah berada dalam bus kembali bersama keluarga menuju Tangkuban Perahu. Pesan yang membuatnya berada di puncak emosi.
Ivander:
Mas, Adinda sudah naik perahu. Aku sudah cegah namun ia ngotot.
Adhitama ingin menelpon Ivan tapi khawatir didengar oleh Ayudia di sampingnya. Ia juga menjaga kepanikan Kakek, Nenek dan Orang tua Adinda bila mengetahui Adinda ikut arung jeram.
Adhitama:
Kamu jaga Adinda baik-baik.
Ivander:
Aku nggak ikut Mas, ngeri, arus sungainya deras abis banjir.
Adhitama:
Dasar kamu Van, lalu ngapain kamu ikutin Ayudia terus kalau kamu biarkan ia ikut arung jeram sendiri.
Adhitama mengalami kecemasan tingkat tinggi pada Adinda. Memikirkan wanita itu berada dalam perahu di atas arus sungai yang berarus deras membuatnya serasa ingin terbang saat itu juga ke tempat Adinda, menariknya dari perahu dan memberikan hukuman terberat yang belum pernah ia berikan sebelumnya pada Adinda. Apalagi arung jeram itu pengalaman pertama Adinda. Adinda bukan type petualang alam karena tingkat proteksi yang sangat tinggi yang diberlakukan Adhitama pada Adinda selama tiga tahun mereka berpacaran.
Dunia Adhitama mendadak berhenti berputar manakala ia menerima kembali pesan dari Ivander.
Ivander:
Perahu Adinda terbalik. Kata penyelenggara ia dibawa ke Puskesmas. Aku menuju puskesmas sekarang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Lily
kirain Adit dah nikah eh ternyata baru tunangan. tau gitu napa nggak nunggu dinda sekalian Mas
2023-12-22
0
🍀 chichi illa 🍒
ngakak aku sama reaksi nya mas Adit 🤣🤣
2022-04-09
0
N⃟ʲᵃᵃ࿐ᶠⁱᵛⁱⁿᴅɪᴀɴᴀ
dasar Dinda keras kepala🤣
2022-03-05
0