"Lepaskan." Adinda ketus.
"Mau jalan sendiri ke kamar atau saya seret?," ancam Adhitama. "Sudah pakai pakaian terbuka, jalan di tempat gelap lagi."
"Memang Mas Adit punya hak apa mengatur Dinda?" balas Adinda melirik tajam ke Adhitama.
Mereka berdiri saling menyamping dengan arah berbeda. Tangan Adhitama masih mencengkeram tangan Adinda.
"Aku sepupumu."
"Dinda nggak nganggap Mas Adit sepupu lagi."
"Terserah, yang jelas hubungan darah tidak berubah."
Adhitama menarik tangan Adinda masuk ke dalam hotel.
"Lepaskan!"
Adhitama tidak mempedulikan ucapan Adinda. Ia terus saja menarik Adinda masuk ke dalam lift, naik ke lantai tujuh dan menuju kamar Adinda. Adhitama sudah tahu dimana kamar Adinda.
"Mana kunci kamarmu?"
"Nggak ada. Nayla yang pegang," Adinda beralasan, padahal kunci kamar mereka memegangnya masing-masing.
"Jangan kemana-mana. Aku ambilkankan kunci dulu." Adhitama melangkah masuk ke dalam lift, turun ke lantai terbawah untuk mengambil kunci pada Nayla.
Begitu Adhitama masuk ke dalam lift, Adinda tersenyum penuh kemenangan. Ia masuk ke lift sebelah dan segera memencet tombol L untuk menuju lobby hotel. Dari lobby hotel Adinda berjalan keluar menuju minimarket yang terletak di depan hotel dan sengaja berlama-lama di minimarket.
Tujuannya hanya satu, memancing emosi Adhitama.
Nayla heran manakala Adhitama meminta kunci kamarnya.
"Memang kenapa Mas? kok minta kunci kamar aku?"
"Kakakmu mau masuk ke kamar, katanya kunci ada padamu."
"Loh, kak Dinda kan pegang kunci juga. Tadi dia taroh di tas kecilnya." Nayla tetap memberikan kunci itu pada Adhitama.
Adhitama menyadari ia telah dibohongi Adinda. Ia menghela nafas lalu kembali ke atas, meninggalkan Nayla yang masih bingung mengapa Mas Adit mengurusi kunci kamar Adinda.
Begitu sampai di lantai tujuh, Adinda tidak berada lagi di tempatnya tadi. Adhitama lalu membuka kamar untuk memastikan keberadaan Adinda, ternyata di dalam kamar Adinda juga tidak ada.
Ya, Adinda sedang duduk di depan minimarket menikmati minuman dan makanan yang ia beli dalam minimarket IM itu sambil senyum-senyum membayangkan Adhitama yang baru saja ia kerjain.
Handphone Adinda berdering, ia melihat siapa pemanggilnya, Adinda hanya tersenyum perih melihat nama MAS ADIT yang sedang memanggilnya. Sudah satu setengah tahun nama itu tidak pernah menelponnya lagi. Bahkan ketika ia ribuan kali menghubunginya, Adhitama bahkan tidak pernah menjawab telponnya. Sekarang ia biarkan handphonenya lima kali berdering tanpa ia jawab untuk membalas sakitnya perbuatan Adhitama.
Tidak lama handphonenya kembali berdering, namun merupakan panggilan dari adiknya Nayla. Adinda tahu pasti ada hubungannya dengan Adhitama. Adinda menggulirkan tombol hijau.
Nayla: Kakak dimana sih?
Adinda: Kenapa emang? kamu punya kunci sendiri kan?
Nayla: Mas Adit minta Nayla nelpon kakak.
Adinda: Bilang sama Mas Adit, Dinda sedang di Club, clubbing.
Nayla: Emang ada Club di lembang? sejak kapan Kakak mengenal Club?
Adinda: Sejak diputuskan Mas Adit.
Adinda menjawab semua pertanyaan Nayla asal-asalan. Ia tahu Nayla pasti sedang bersama Mas Adit.
Memang benar saat menelpon kakaknya, Adhitama ada di samping Nayla dan mendengar semua ucapan Adinda karena telponnya dispeaker Nayla. Namun Ekspresi Adhitama datar saja, tidak tersulut emosi.
"Kabari Mas Adit kalau kakakmu sudah kembali ke kamar!" seru Adhitama pada Nayla lalu kembali melangkah menuju lift.
"Iya Mas." Nayla memandangi punggung Adhitama yang berjalan ke arah lift.
"Ngapain Mas Adit ngurusin Adinda padahal sudah putus, nggak takut Mbak Ayu marah kalau tahu?" Nayla bertanya-tanya dalam hati.
Adhitama menuju lobby hotel, ia memutuskan menunggu Adinda di sana. Ia tidak yakin Adinda betul-betul clubing.
Setahu Adhitama, Adinda tidak mengenal dunia malam selama di Indonesia karena ia betul-betul memproteksi Adinda dulu. Lagian mahasiswa pintar seperti Adinda tidak mungkin menginjakkan kakinya di tempat seperti itu, kecuali Australia sudah merubah dirinya. Hatinya sebenarnya agak teriris saat Adinda mengatakan mengenal clubbing sejak ia diputuskan Mas Adit.
Adhitama bisa membaca dari sorot mata penuh kebenciaan Adinda padanya, tatapan itu menyiratkan luka hatinya. Adhitama hanya tak menyangka Adinda masih memendam luka itu meskipun satu setengah tahun sudah berlalu. Ada rasa bersalah hinggap di hati Adhitama atas perubahan sikap Adinda.
*******
Adinda agak sebal, ia masih ingin duduk di depan minimatket itu untuk mengelabui Adhitama, namun karyawan minimarket mengatakan minimarket akan tutup karena sudah pukul 10 malam. Adinda pun menyeberang jalan kembali ke hotel.
Begitu melewati lobby ia melihat Adhitama duduk sendiri di sana. Ia berjalan menuju lift sambil menghindari Adhitama dan tertawa dalam hati karena ia yakin Adhitama pasti sedang menunggunya.
Begitupun Adhitama, ia hanya tersenyum kecil melihat Adinda sudah kembali. Ia sudah tahu Adinda darimana karena melihat kantong plastik logo minimarket IM pada tangannya, bukan dari clubbing. Ia memilih diam tidak menegur Adinda, karena ia tahu sikap Adinda akan semakin menjadi bila ia melakukan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Sri Utami Yuliati
gimana gak sakit hati, udah diambil keperawanannya ditinggalin pula. padahal udah baca kesekian kalinya tapi tetep kesel sm mas adhit
2024-06-21
0
Jasreena
dah nyoblos g merasa bersalah ninggalin..
2023-06-17
1
Mrs.Kristinasena
masih saling ada rasa..saling mencari dan memberi perhatian..tp Krn gengsi..ga bisa bersatu..
2022-11-26
0