BAB 5

"Nindi.... " lirih Riko.

Nindi yang baru saja masuk ruangan ICU dengan istri pak Bagas terkejut bukan kepalang. Pasalnya dia dan Riko kenal baru semalam tapi mengapa Riko bisa mengingatnya sampai dalam alam bawah sadarnya.

"Jangan tinggalin gue Nin... jangan Nin... " rancau Riko. Riko semakin memburuk keadaan nya. Dokter menyuruh kita semua keluar dari ruang ICU.

Nindi makin bingung dengan keadaan ini, ada perasaan yang mengganjal tentang masa lalu Riko. Dan hanya pada Fahri lah kunci semua yang membuat tanda tanya besar.

"Kenapa dek? " tanya mamah ke pak Bagas.

"Kondisi Riko memburuk mbak" jawab pak Bagas yang tampak lesu, istrinya langsung duduk di ruang tunggu di temani Nindi.

Perasaan Nindi campur aduk dalam posisi yang tak ia ketahui. Di mana ia di kelilingi orang-orang yang tak dia kenali. Dia bingung harus sedih atau senang. Di sisi lain dia bersyukur bisa ditemukan dengan Riko yang ternyata mencintai nya dengan tulus dengan bukti selalu memanggil-manggil namanya ya, meski kenal hanya sehari sih. Dan di sisi lain Riko masih tak sadarkan diri dia takut jika Riko akan pergi meninggalkan nya seperti mas Angga nya.

Nindi meminta ijin untuk ke toilet, dan ia membasuh mukanya di sana. Ia bingung dengan kondisi sekarang. Duduk termenung di depan toilet.

"Aku harus bagaimana? " lirih nya.

"Kenapa di saat aku mulai melupakan mas Angga kenapa ada saja halangan nya? aku juga ingin bahagia. Apa aku tak di perbolehkan bahagia? " isak tangis nya.

"Jangan ngomong gitu, kamu berhak bahagia kok" Fahri duduk di samping Nindi dan memeluknya erat.

"Fahri? ... hiks.. hiks... "

"Jangan ingat lagi mas Angga yah? sekarang kamu berhak bahagia ada Riko yang membutuhkan mu" Fahri menyentuh kedua pipi Nindi yang sudah basah dengan air mata.

Nindi mengangguk pelan.

"Tapi, apa iya dia mencintaiku? "

"Percaya lah dengan sahabat mu ini, dia sudah mencintai mu sejak awal bertemu satu bulan yang lalu"

"Really? "

"Yes"

Fahri mengajak Nindi pergi menemui Riko lagi karena Riko sudah sadar dan keadaannya sudah sedikit stabil. Di dalam ruangan Nindi di temani Fahri bercengkrama dengan Riko.

"Nindi Calista Khairunnisa? maukah kamu menjadi calon istriku? "

"Hah? " Nindi tercengang menutupi mulutnya yang menganga.

"Iya maukah kamu menjadi calon istri ku? "

"Tapi kan kita baru kenal sehari lagipula umur kita masih muda" jelas Nindi.

"Tidak, bukan sekarang nikahnya, aku ingin melamar mu agar tak ada seorang pun yang bisa mengganggu mu. Dan kamu bisa ku miliki seorang.Setelah kita umur 20 tahun nanti aku ingin kita menikah" beber Riko.

Nindi masih diam membisu, hatinya berdebar masih takut menerima jika yang ia hadapi ini hanyalah sebuah mimpi belaka.Ia benar-benar bingung sedangkan ia belum mengenal sosok Riko seperti apa.

"Riko itu sepupu gue yang baik hati kok, dia tipe kal lelaki setia selama ini dia baru pacaran sekali dan itupun pisah karena ceweknya meninggal" jelas Fahri.

"Boleh kasih waktu nggak? "

"Heem... aku akan menunggu mu Nin" jawab Riko dengan seutas senyum harapan nya.

Setelah itu Nindi berpamitan undur diri untuk pulang dan Fahri ijin untuk mengantarkan nya. Tak lupa Nindi berpamitan dengan orang tua Fahri dan orang tua Riko.

Fahri mengantarkan Nindi dengan menaiki mobil sport nya.

"Sejak kapan lo bisa nyetir mobil? mobil sport pula" ceplos Nindi sembari memakai sabuk pengaman.

"Sejak kelas satu SMA gue udah bisa naik mobil kali"

"Masak? "

"Lo ma mana tahu tentang gue yang ada di pikiran lo kan cuma si Angga itu"

"Haist.... Angga lagi kamu ma Ri, lo sendiri yang bilang jangan pernah bahas Angga lagi"

"Iya Sorry - sorry "

Fahri melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ada desiran hatinya yang menggebu-gebu. Entah apa itu, air matanya terasa ingin tumpah tapi ia mampu menahan nya. Hingga dia sampai di suatu tempat yang akan membuatnya tenang.

"Lho ini di mana Ri? "

"Turun... " jawab Fahri ketus.

Nindi mengkerutkan keningnya. Nindi semakin bingung dengan tingkah Fahri, hatinya yang masih gundah dengan lamaran dadakan oleh Riko kini di tambah sikap Fahri yang tiba-tiba aneh.

Di sebuah hutan kota yang sedikit sepi sunyi dan terdengar gemericik air. Fahri menyusuri sebuah pepohonan rindang dan Nindi mengikuti nya dari belakang.

Sampailah di sebuah air terjun kecil yang gemericik airnya membuat suasana jadi berisik. Air terjun buatan itu sangat indah nan sejuk. Ya air terjun buatan yang menjadi tempat wisata itu nampak sepi sekali hanya ada beberapa petugas yang lalu lalang membersihkan kolam renang.

Fahri duduk termenung memandangi air terjun yang terjun bebas itu. Air matanya mengalir Nindi di buat kebingungan karena setahunya Fahri tak pernah menangis entah itu dalam keadaan bersedih pun. Ini pertama kalinya ia melihat sahabat nya itu merenung.

Nindi mengusap air mata yang mengalir di pipi Fahri dan Fahri pun menoleh.

"Kamu kenapa sih Ri? " tanya Nindi dengan sendu.

Fahri tersenyum dan memeluk erat sahabat nya itu.

"Lo terima lamaran Riko yah?dia anak baik kok. Kasian sudah lama dia tak sebahagia ini. Sejak dia di tinggal pergi kekasihnya dia sering frustasi dan menyendiri seperti tak ada harapan hidup"

"Tapi, mana bisa gue langsung terima dia sedangkan saja gue saja belum kenal dia. Dan... di hati gue masih ada mas Angga " lirih Nindi.

Nindi menunduk dan meneteskan air matanya.

Riko memeluk erat Nindi lagi setelah mengusap air matanya.

"Kamu wanita yang baik dan setia pada satu lelaki dan itu cocok pada Riko. Kalian sama-sama pernah di tinggal pergi. Jadi kamu dan Riko bisa saling menjaga dan menyayangi"

Nindi semakin terisak.

"Kamu akan bahagia dengan Riko Nin, percayalah dia tak akan meninggalkan mu"

"Kamu bisa janji buat ku? "

"Apa? "

"Bisakah kamu berjanji bahwa Riko tak akan pergi meninggalkan kan ku? seperti mas Angga... "

Fahri mengangguk dan memeluk erat sahabat nya itu lagi. Meski jauh di dalam lubuk hatinya terdalam hatinya terasa di cabik-cabik. Tapi dia tak boleh egois. Demi kebahagiaan sepupu nya dia buang jauh-jauh harapan dan cinta nya itu.

Maafin gue Nin, gue harus bisa ikhlas dengan semua rasa cinta dan harapan gue buat miliki lo. Gue harap lo bisa bahagia dengan Riko. Batin Fahri.

"Sudah jangan nangis lagi ya? ada gue kok yang selalu ada buat lo. Gue akan jagain lo sampai kapan pun"

"Janji yah? " Nindi mengulur kan jari kelingking nya pada Fahri.

"Heem... " Fahri pun menyambut jari Nindi dengan senang hati.

Dan dengan reflek Fahri mencium kening Nindi. Dan Nindi hanya diam membisu tak mengelak dengan ciuman itu. Hatinya berdegub dengan kencangnya lebih kencang saat Riko melamarnya tadi. Sampai ia harus memalingkan wajahnya ke sembarang arah karena saking memerah di pipinya menahan malu.

"Maaf... " lirih Fahri dan beranjak berdiri melangkah dari tempat itu.

Nindi menyentuh dadanya.

"Apa jantungku sedang bermasalah ya? " bisik Nindi dan segera menyusul Fahri yang sudah menjauh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!