Malam yang gelap bertaburan bintang menerangi malam yang sunyi Nindi termenung di depan kost nya semua teman-teman kuliah nya pergi berkencan menikmati malam minggu yang indah. Dia masih menunggu ponselnya berdering berharap nomor tak di kenal segera menghiasi deringan ponselnya.
Sudah satu tahun sejak kelulusan itu Nindi juga belum bisa move on. Kabar duka yang di berikan mas Dito kakaknya tercinta membuatnya terdiam lesu. Angga lelaki yang dia cintai telah hilang kontak saat bertugas dan sudah di cari keberadaan nya tapi nihil dia dinyatakan meninggal karena ada bekas darah di tas yang tertinggal di hutan kemungkinan besar dia di makan hewan buas.
Kenyataan itu di pungkiri oleh Nindi dia satu-satunya orang yang tak menyakini bahwa Angga sudah tiada dia masih berharap bahwa Angga masih hidup dan akan kembali di saat yang tepat nantinya.
Semua foto dan kenangan dari Angga di simpan rapat-rapat di jauhkan dari Nindi atas perintah Dito. Mereka takut Nindi kehilangan akal sehatnya menunggu yang tidak pasti. Hingga setahun ini Nindi tak lagi menatap foto Angga lagi.
Bayanganmu yang semu hampir menipis dari ingatanku... senyuman mu sudah semakin aus oleh masa. Gambaran wajahmu tak kau berikan padaku hingga berakibat kini aku harus lupa semua tentang fisikmu. Malam ini aku sangat merindukanmu berharap kamu datang memeluk relung jiwaku yang kosong ini.
Tulis Nindi pada buku hariannya. Menuangkan segala kerinduan pada lembaran putih. Itulah yang selalu dia lakukan jika rindunya memuncak. Karena dengan lewat tulisan apa yang ada di pikiran dan hatinya tertuang lewat kata. Hal itu akan membuat rindunya mereda.
8 November 2011
Din... din...
Suara klakson tiba di depan kost Nindi dia menutup wajah nya dengan tangannya karena silaunya cahaya lampu mobil yang menyorot. Entah siapa gerangan yang sudi datang menemaninya di malam yang sunyi ini.
Seorang lelaki turun dari mobil membawa paper bag berwarna biru muda.
"Malam Nin" sapa lelaki itu. Nindi segera bangun dari duduknya menyibak kan rambut panjang nya dan merapikannya.
"Maaf siapa ya? "
"Saya Riko" dia mengulurkan tangannya aku pun membalasnya.
"Saya teman Fahri"
Drrt.....
Ponsel ku berdering aku meminta ijin padanya untuk membuka chat masuk.
📩"Good luck ya Nin, sahabat tercinta ku dia lelaki baik kok aku harap kamu bisa cocok dengannya "
Dasar Fahri sudah dua minggu menghilang kini tiba-tiba ngasih kejutan gila kayak gini. Apa-apaan sih dia ini.Gerutuku.
"Oh iya silahkan duduk kak" sapa Nindi pada lelaki itu.
"Maaf ya tidak ada apa-apa maklum di kost "
"Nggak masalah kok. Oh iya jangan panggil aku kak ya? kita seumuran kok"
"Oh ok deh"
"Nih ada hadiah sedikit"
Ku buka paper bag darinya berisi jam tangan yang bermerk. Dahi Nindi mengkerut.
"Ini kan mahal? "
"It's ok tak ada salahnya buat wanita secantik kamu"
"Kamu gak salah? aku cantik? "
"Hem"
"Aku ini item, kucel lihat nih rambutku aja kruwel kayak gini " Nindi menarik rambutnya ke depan memperlihatkan rambut coklatnya yang ikal itu.
"Kamu itu cantik unik dan eksotis "
"Terima kasih" Nindi tersipu malu rona merah di pipinya tak terlihat karena lampu terlihat meremang.
Malam minggu yang panjang Nindi menghabiskan mengobrol dengan lelaki yang baru dia kenal dengan asyik. Ya menurut nya ini pertama kalinya dia mengobrol dengan lelaki itu tapi tidak bagi lelaki itu.
Angga yang memenuhi otaknya dengan sekejap terlupakan. Ini semua semata ulah Fahri karena selama ini dia sudah bosan dan sedih melihat sahabat nya itu murung. Dengan menyamping kan egonya dia berusaha mencari kan teman lelaki untuk Nindi. Dia sengaja dua minggu ini menjauh dari Nindi agar dia bisa terbiasa tidak bersama nya karena dia takut suatu saat nanti jika Nindi menolak nya saat menyatakan cinta.Demi kebahagiaan sang sahabat dia rela mengubur dalam-dalam perasaan nya.
"Saya pamit dulu ya? sudah malam"
"Iya kak eh Rik" Nindi tersenyum di balas Riko.
"Besuk kalau tidak ada acara aku jemput ya? "
"Ada shift pagi Rik, kan aku kerja di restoran cepat saji"
"Libur saja"
"Eh mana bisa "
"Sudah nanti aku yang urus gampang itu pokoknya besuk pagi tunggu saya di sini ya? "
Riko melajukan mobilnya dengan kencang meninggalkan Nindi yang masih mematung. Dia masih bingung sekaligus penasaran karena dia merasa pernah melihat lelaki itu tapi entah di mana.
Dia segera masuk ke dalam kost segera menelpon Fahri tapi hingga berkali-kali tak ada jawaban.
"Dasar kebo lo" umpat Nindi. Karena dia tahu pasti sang sahabat sudah terlelap.
Dia menatap langit-langit kamarnya. Mengingat tentang lelaki yang baru saja menemuinya. Seperti tidak asing. Dia segera membuka galeri foto di ponselnya. Menggeser mencari foto-foto untuk bisa mengingat tentang lelaki itu.
Deg...
Nindi terkejut mulutnya menganga tangan nya menutup rapat mulutnya. Dia tak percaya dengan apa yang di lihat di galery fotonya.
"Bukannya ini anaknya pak Bagas ya? pemilik resto" ucapnya.
Dia baru saja seperti tertimpa durian runtuh. Mengingat semua yang hampir saja dia lupakan. Sebulan yang lalu pak Bagas membuka resto cepat saji di kota sebelah dan saat itu semua karyawan di ajak ke sana untuk lounching resto itu.
" Ya bener banget dia anak pak Bagas. Tapi kenapa bisa berteman dengan Fahri ya? entah lah... "
Nindi menatap lekat foto itu lagi. Usai acara lounching resto semua karyawan berfoto dengan pak Bagas, istri dan ke dua anaknya yaitu Riko itu dan yang satunya lagi gadis kecil nanti cantik jelita berumur sekitar 7 tahunan.
Nindi tersenyum malu mengingat wajah Riko. Gejolak asmara rupanya telah menghampiri hatinya. Dia memang mengagumi Riko sejak awal bertemu di resto anak cabang sebulan lalu.Apalagi saat itu dia sempat mengobrol panjang lebar dengan Riko. Awal perkenalan yang indah.
Ya sekedar mengagumi tak lebih karena saat itu hatinya masih penuh dengan nama Angga.
Nindi berguling-guling seperti anak kucing yang mendapat kan mainan. Pipinya merona memeluk erat jam tangan pemberian Riko. Karena jam itu sudah lama ia inginkan tapi dia tak berani meminta emak bapaknya. Padahal jika meminta pasti akan di penuhi.
Meski emak bapak Nindi hanya petani tapi mereka bukan petani biasa. Orang tua Nindi juragan beras yang mempunyai berhektar-hektar sawah.
"Nin? kamu kenapa? " sapa Wulan teman satu kamar sekaligus teman satu kelasnya. Baru saja pulang dari kencan terkejut melihat tingkah temannya itu.
Nindi tersenyum dan bangun dari kasurnya memeluk temannya itu mencium pipi kanan dan kiri dengan kegirangan. Wulan menyentuh kening Nindi dengan punggung tangannya.
"Sudah gak waras nih bocah" ceplos Wulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments