Pagi yang cerah di mana hari minggu banyak orang lalu lalang menikmati car free day.
Nindi sengaja segera mandi dan bersiap-siap berdandan memakai dress selutut berwarna peach dengan lengan pendek. Mencatok rambutnya hingga lurus dan menyelipkan jepit ala korea berwarna putih di samping kiri. Tas sling bag sudah diisi dompet, ponsel dan lain-lain.
Polesan tipis di pipinya, tak lupa bibirnya ia beri warna senada dengan dress yang ia kenakan menambahkan kesan feminim. Tak lupa memakai sepatu balet dan jam tangan semalam pemberian Riko.
Sesekali dia membuka tirai di kamarnya mengecek keberadaan Riko. Ia takut semalam hanyalah mimpi. Sedangkan ia saja lupa meminta nomor ponsel Riko. Mau telpon antara jadi atau tidak dia masih bingung. Kerja atau pergi kencan. Ya, biasanya hari sabtu minggu ia gunakan bekerja di restoran cepat saji. Mengingat semalam Riko akan mengajaknya pergi dan akan mengijinkan untuk tidak berangkat kerja maka dia tidak berangkat bekerja.
Satu jam Nindi menunggu tapi orang yang ia tunggu tak datang juga, membuatnya kesal bukan kepalang. Menyesal mengharapkan yang tidak pasti, tiba-tiba mengingatkan tentang mas Angga nya. Dengan secepat kilat dia berganti dengan baju kerja celana jeans hitam dan kemeja pendek berwarna hitam kombinasi batik coklat.Dia kuncir asal rambutnya memakai topi hitam setelan seragam kerjanya.
Ojek online yang ia pesan sudah sampai. Beberapa menit telah sampai di resto cepat saji meski terlambat 5 menit dari jam kerja ia tak peduli. Langkah nya gontai menuju restoran itu. Banyak pengunjung lalu lalang. Dia segera menuju ke ruang belakang mengabsen daftar kerjanya. Duduk termenung sesekali menunduk di atas meja.
"Nindi? "
"Eh iya... " jawab Nindi dengan tersentak.
"Kamu ngapain? katanya nggak berangkat? apa keperluan mu sudah selesai?"
"Kata siapa? "
"Tadi mas Riko kesini, katanya mas Riko teman kuliah kamu ya? kok kamu gak cerita sih" tanya Santi dengan menggebu-gebu.
Nindi terdiam mendengar ucapan teman kerjanya itu. Dia berpikir keras tentang Riko.
"Kapan Riko kesini? "
"Satu jam yang lalu"
"Yang bener kamu? "
"Iya"
Dia semakin frustasi dengan jawaban Santi. Dia bingung harus berbuat apa sedangkan dia saja tak punya nomer ponsel Riko. Mau menghubungi tapi, siapa yang harus di hubungi. Pikirannya tak karuan karena jarak tempuh resto ke kostan nya hanyalah 15 menit saja. Lantas kemanakah Riko?.
Dia segera pamit dan langsung pulang ke kostan. Tapi belum sempat sampai di rumah dia mendapatkan telpon dari sahabatnya yang semalam tak bisa di hubungi.
"Pak berhenti sebentar ya? " ajaknya pada ojek online.
"Iya mbak"
Tukang ojek online melipir ke pinggir jalan. menuruti permintaan sang penumpang.
📞"Halo, Fahri ada apa? "
📞"Kamu udah denger kabar belum? "
📞"Kabar apa? "
📞"Riko kecelakaan sekarang dia di rumah sakit Harapan"
📞"Ok gue ke sana "
Nindi mematikan telponnya. Hatinya seperti di sambar petir. Baru saja ia akan menikmati kencan pertama nya dengan Riko tapi sudah berantakan seperti ini. Dia merasa bersalah atas kecelakaannya Riko.
Dengan secepat kilat dia di antar ojek online menuju rumah sakit. Menuju ruang ICU seperti yang di perintahkan oleh Fahri.
Langkah nya terhenti setelah hampir sampai di depan ruang ICU. Dia dikejutkan dengan pemandangan yang luar biasa. Karena persis di depannya ada orang tua Riko dan orang tua Fahri tak lupa Fahri turut hadir di sana.
Pikiran nya melayang dan hatinya terus bertanya-tanya tentang hubungan Fahri dengan Riko. Karena terlihat jelas Fahri memeluk erat mamahnya Riko. Kalau sekedar teman kuliah tak mungkin sedekat ini.
Langkahku gamang aku segera memutar balikkan badanku untuk segera pulang.
"Nindi....!!! "
Aku menghentikan langkah ku.
"Sini...!!! " Fahri melambaikan tangan nya.
Dengan ragu aku melangkah menuju Fahri.
"Kenalin om tante ini Nindi sahabat Fahri"
Nindi bersalaman dengan pak Bagas dan istrinya.Tak lupa pada orang tuanya Fahri juga.
"Lho bukannya kamu pegawai di geprek mantab ya? " ucap pak Bagas.
"Iya pak saya Nindi sebagai kasir di resto geprek mantab di resto pusat" jawab Nindi dengan pelan.
Tampak terlihat jelas Nindi merasa tak nyaman di sekeliling orang-orang itu.
"Iya dek Bagas ini sahabat Fahri sejak SMP, dia juga sering main ke rumah ibu di kampung.Sekarang dia kuliah di sini sembari kerja sambilan mengikuti jejak Fahri"
Deg...
Hatiku tersontak mendengar penjelasan dari mamahnya Fahri. Sedikitpun aku tak pernah bercerita dengannya. Bertemu pun selama ini hanya dua kali. Yaitu saat wisuda SMP dan wisuda SMA kemarin. Tapi entah mengapa mamahnya Fahri begitu detail sekali menceritakan tentangku. Karena selama ini Fahri tinggal di kampung dengan Kakek neneknya.
"Keluarga mas Riko... " seorang suster keluar dari ruang ICU.
"Iya saya dok... " jawab pak Bagas
Pak Bagas dan sang istri masuk ke ruang itu. Sementara aku di luar merasa lega dan siap meluapkan rasa rindu dan kesal ku pada sahabat ku yang beberapa minggu ini menghilang.
"Ih.... kamu itu kemana aja di hubungi susah, di cari-cari juga gak tahu kemana" Nindi mengacak-acak rambut Fahri.
"Ampun... ampun Nin... bisa gue jelasin kok"
"Ok, jelasin sekarang" Nindi menyilang kan kedua tangannya dengan paras wajah cemberut.
"Maaf yah? sebenarnya kemarin-kemarin itu gue di tugasi buat ngelola resto geprek mantab di cabang yang sebulan lalu baru buka itu.Om Bagas kepingin gue dan Riko belajar mandiri. Gue cuti kuliah 1 bulan buat belajar ngelola itu biar bisa fokus. Tapi tenang aja kok besuk gue udah mulai berangkat kuliah lagi" Fahri mengelus lembut rambut Nindi.
"Kenapa kamu harus menutupi semua itu sih, kenapa kamu gak jujur dari awal"
"Maaf yah?, gue gak bermaksud bohongi lo tapi gue gak mau setelah lo tahu kalau resto itu milik om gue lo gak mau kerja di situ lagi. Gue takut lo jahuhin gue gara-gara gue dari keluarga berada"
"Emmm.... ok deh kali ini gue maafin tapi kalau besuk lo ngilang lagi awas aja gue bakalan lapor polisi buat nyari lo"
"Maaf yah? jangan ngambek lagi dong " Fahri menarik tangan Nindi dan memeluk nya.
"Jangan pergi lagi yah? aku takut sendirian... Aku takut semua pergi menghilang" Nindi meneteskan air matanya.
"Gue janji gak akan pergi lagi" Fahri mengelus punggung Nindi.
Tanpa mereka sadari ada dua pasang mata yang memperhatikan mereka. Menatap mereka dengan haru ada harapan lebih untuk mereka.
"Apa nama kamu Nindi? " tiba-tiba istri pak Bagas mengagetkan Nindi yang masih meluapkan rasa rindunya pada sahabat nya.
"Iya benar bu" Nindi mengusap air matanya.
"Ada hubungan apa kamu sama Riko? "
"Dia pacar baru Riko tante, dia yang membuat Riko bangkit lagi dan tersenyum kembali" sahut Riko.
Nindi menatap tajam Fahri.
"Serius kamu Ri? "
"Iya tante Fahri serius kok"
"Ya udah ikut saya masuk nak Nindi"
"Iya buk"
Setelah melihat tante Winda masuk ke ruangan, Nindi ngedumel ke Fahri atas tindakan yang membuatnya kesal.
"Kamu itu ngomong apa sih Ri? gue kan gak pac... "
"Udah masuk aja semua demi kesembuhan Riko" Fahri dengan cekatan menutup mulut Nindi dengan ujung jarinya.
"Hist... iya-iya" Nindi masuk ke ruangan dengan wajah kucel nya.
"Eh, jangan lupa senyum"
"Udah ni " Nindi memasang senyumnya dengan senyum yang di buat-buat.
Setelah Nindi masuk papah mamah Fahri mendekati Fahri yang sedari tadi memperhatikan tingkah anak sulungnya itu.
"Sebenarnya ada apa sih? " tanya mamah yang kepo.
"Eh mamah... maaf Fahri gak sadar kalau ada mamah papah" Fahri tersontak
"Dasar bucin kamu Ri" sahut papah.
"Ih apaan sih papah ini" Fahri meninggalkan mamah papah nya yang masih ingin menghujaninya banyak pertanyaan.
"Kamu sih pah malah menggodanya mamah kan jadi belum dengar jawaban Fahri"
"Iya maaf nanti di coba lagi ya? " bujuk papah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments