Sejak pagi tadi hujan turun dengan deras. tidak ada tanda-tanda jika hujan itu akan berhenti. Diana memandang langit dari balik kaca yang ada di ruangan tempatnya beristirahat. Hari ini hatinya kacau, mengingat semua kata yang di ucapkan oleh Darren membuat dirinya merasa sangat rendah. Seperti itukah orang kaya menilai gadis miskin sepertinya? apakah gadis miskin hanya bisa di pandang rendah?.
Berkali-kali Diana menghela nafasnya, berharap rasa sesak di hatinya bisa sedikit berkurang. Diana tidak ingin menangis, dia gadis yang kuat. Demi Adik-adiknya dia akan menahan semua hinaan untuknya.
"Hujannya mungkin tidak akan reda dengan cepat, apa disini tidak ada payung?" Daffa berdiri di belakang Diana. suara Daffa yang hampir sama seperti Darren membuat Diana terkejut.
Diana menoleh ke belakang dimana arah sumber suara datang. "Maaf den, saya tidak tau jika aden ada di belakang saya." Diana mundur satu langkah saat dia merasa jaraknya terlalu dekat dengan Daffa.
"Jangan panggil den, aku tidak suka. Panggil Daffa saja."
"Maaf den, tapi itu tidak sopan. Anda jauh lebih tua dari saya, jadi_
"Kalau begitu panggil kakak saja." potong Daffa
Diana mengangkat kepalanya, benarkah pria di hadapannya ini adalah kembaran dari pria arogan yang saat ini sedang ia urus. "Sangat berbeda." batin Diana
"Kenapa melihatku seperti itu, apa wajahku terlihat aneh." Daffa memeriksa wajahnya dari kaca yang ada di ruangan itu.
"Ti_dak, saya hanya merasa tidak enak."
"Kenapa? kamu sakit? "
Diana menggeleng cepat. "Tidak, bukan begitu." jawan Diana.
"Tidak masalah, aku tahu. aku akan sangat senang jika kamu mau memanggilku kakak. Aku tidak punya adik atau saudara perempuan. mungkin kamu bisa menjadi adik angkatku, atau kau mau menjadi kekasihku saja."canda Daffa dengan senyum menggoda
"Uhukkk, uhukkkk" Diana tersedak ai liurnya sendiri. Diana merasa dirinya sangat konyol.
"Maaf den, tapi sepertinya saya lebih nyaman seperti ini. Karna saya tidak ingin di cap sebagai wanita yang suka memanfaatkan situasi dan juga murahan."
"Kau mendengar ucapan Darren pagi tadi." tebak Daffa, karna ucapan Diana barusan adalah ucapan yang di lontarkan Darren pagi tadi.
Diana menunduk dalam, hatinya kembali sesak mengingat ucapan Darren. Dia tidak mau terlalu dekat dengan keluarga yang sudah membantunya memberi pekerjaan. Diana merasa jika dirinya harus tau diri.
"Aku anggap jawabannya Iya." ucap Darren melihat kebungkaman yang di perlihatkan Diana.
"Jangan terlalu memikirkan ucapan Darren, dia itu sedang dalam fase yang tidak baik. Aku berharap, kamu bisa tahan dengan sikapnya selama ini. Dan tolong jangan menyerah, karna tidak akan ada lagi yang bisa sabar menghadapi watak Darren yang arogan."
"Darimana anda bis_
"Kakak. Panggil aku kakak, tidak ada bantahan." ucap Daffa penuh penekanan di setiap katanya.
"Tapi_
"Atau aku akan memaksamu untuk memanggilku sayang."
Deg....!
Wajah Diana memerah, jantungnya bahkan berdetak sangat cepat. Diana memalingkan wajahnya agar Daffa tidak bisa melihat wajahnya yang mungkin sudah seperti udang rebus.
"Ba_iklah kak." ucap Diana pelan namun ragu.
"Good girls. Kamu pulang pukul berapa?" tanya Daffa lagi
" Pukul 3 kak, tapi aku akan kembali lagi pukul 5 untuk memeriksa keadaan den Darren." jawab Diana
"Itu berarti satu jam lagi kau pulang."Daffa melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya." Kalau begitu, hari ini kamu tidak usah kembali untuk mengecek Darren, karna sudah ada aku dan Adrian. Biar kami yang mengurusnya."
"Apa tidak apa-apa?."
"Tentu saja. lagi pula saat ini Mood Darren sedang tidak baik. Aku takut dia melampiaskan kemarahannya lagi padamu. Kau sudah cukup bertahan selama ini kan, jadi libur beberapa jam juga tidak apa-apa. ada Aku dan Adrian, kami bisa diandalkan. " jawab Daffa.
"oh ya, apa mau aku antar kamu pulang, apa rumahmu jauh dari sini?"
"Tidak, tidak perlu." tolak Diana dengan cepat." Rumahku dekat kak, aku bisa membawa payung dan berjalan kaki."
Daffa tersenyum, menurutnya Diana sangat polos dan baik hati." Baiklah, aku tidak akan memaksa.tapi apa bisa kamu buatkan kami makanan sebelum pulang, kami sangat lapar karna tidak sempat makan siang."
"Ohh ya, Tentu saja kak.akan aku siapkan segera. Kakak bisa menunggu di kamar den Darren. Jika sudah siap akan saya beri tahu." Daffa mengangguk lalu meninggalkan Diana di ruangan itu.
Diana menghela nafasnya saat Daffa sudah pergi dari sana. ia pun bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk tiga pria yang ada di kamar majikannya saat ini.
Setengah jam waktu yang di butuhkan Devita untuk menyiapkan masakannya. Menurutnya itu waktu yang cukup cepat dengan tiga menu yang Diana buat. Makanan itu sudah tersusun rapi di meja makan.
"Akhirnya siap." Diana berjalan menuju kamar Darren. dimana ada Daffa dan Adrian di dalamnya .
sesampainya di depan kamar Darren,Diana langsung mengetuk pintu kamar itu. Setelah ada jawaban dari dalam, baru Diana berani membuka pintu kamar itu.
"Maaf kak, makanannya sudah siap." ucap Diana cepat
"Siapa yang kau panggil kakak, memang kami ini kakakmu. Jangan banyak berharap." ucap Darren sinis.
"Darren! Diana tidak bicara denganmu, dia bicara denganku." sela Daffa.
"Diana,kamu boleh pulang. terimakasih sudah menyiapkan makanan untuk kakak. Dan hati-hati di jalan."
"Baik kak, kalau begitu saya permisi."
Daffa mengangguk sementara Darren mendengus kesal melihat sikap Diana yang sama sekali tidak takut dengan ucapannya. Darren berjanji akan mebuat Diana tidak betah bekerja disini dan akan pergi dengan kemauannya sendiri.
Daffa memperhatikan wajah Saudaranya."Apa yang kau fikirkan Darr? Jangan coba-coba berfikiran buruk tentang Diana, dia sudah aku jadikan adik angkatku." ucap Daffa dengan tatapan tajam.
"Cihhh, itu tidak berpengaruh untukku.Aku tau siapa kau Daff, aku yakin kau memiliki perasaan pada gadis murahan itu. Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi, karna dia sama sekali tidak pantas untukmu. Aku akan membuka kedoknya dengan cepat." ucap Darren
Adrian menatap kedua sahabatnya itu secara bergantian, dia memang terbiasa melihat keduanya bertengkar seperti itu. Tapi kali ini Adrian melihat perbedaan dalam diri Daffa. Biasanya Daffa akan mengalah dan menuruti setiap ucapan Darren, tapi kali ini Daffa bahkan berani menatap Darren dengan tatapan tajam.
"Berhenti membicarakan gadis itu, aku sudah sangat lapar. Dan kau Darren, jangan terlalu membenci seseorang, apalagi seorang wanita. Karna kau tidak pernah tau kapan cinta itu hadir, karna cinta dan benci itu sangat tipis jaraknya." ucap Adrian sambil menepuk bahu Darren lalu melangkah keluar kamar sahabatnya itu.
"Cihhh, AKU TIDAK AKAN PERNAH SUKA DENGAN GADIS MURAHAN ITU!!" triak Darren saat Daffa juga menyusul langkah Adrian keluar.
Meja makan
" Daff, lo serius jadiin cewek itu adik angkat? apa gak berlebihan?" tanya Adrian di sela makannya.
"Gak, lagi pula gue gak punya adek. Jadi gue ngerasa ngangkat Diana sebagai adik angkat itu tidak berlebihan. Diana itu gadis yang polos dan juga baik, gue ngerasa srek aja sama dia." jawab Daffa enteng.
"Tapi, apa orang tua lo gak keberatan nantinya?"
"Kayaknya gak, soalnya Paman Dika itu juga adik angkat Daddy gue, jadi mereka tidak aka keberatan. lagipula Diana itu cuma gue anggep Adek, buka berarti gue akan bawa dia kerumah."
Adrian manggut-manggut tanda mengerti lalu kembali menyuap makannya. Mereka melanjutkan makan siang yang kesorean dengan perbincangan kecil, sementara Darren tetap di kamarnya karna malas melihat saudara dan sahabatnya yang sama sekali tidak mau mendengar ucapannya.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Sky Queen
like
2021-01-18
0
Nova Yuliati
betul benci dan cinta beda tipis....
jangan malah jadi bucin.....
2021-01-16
0