Aku tidak butuh bantuannya

Seorang gadis tengah tertunduk lemah di depan sebuah makam milik kedua orang tuanya yang baru saja meninggal karna kecelakaan dua hari yang lalu.

Diana Anastasia, gadis berparas cantik dan baik hati itu harus kehilangan orang tuanya saat baru menginjak usia 20 tahun, dia juga harus menghidupi dua orang adiknya dan membiayai sekolah mereka yang baru duduk di bangku sekolah dasar.

"Ana" panggil seorang wanita paruh baya yang Ana cukup kenal.

"Bik Minah, ada apa?" tanya Ana beranjak mendekati Bik Minah.

"Bibik mencarimu ke rumah, tapi adikmu bilang kamu kesini. jadi bibik menyusul kamu kesini." jawab Bik Minah.

"Iya bik, Ana habis membersihkan makan Ayah dan Ibuk."

"Nduk, ada yang ingin bibik sampaikan, kita bicara disana saja yah." ajak bik Minah

Diana mengikuti langkah Bik Minah menuju peristirahatan yang tersedia di pemakaman itu.

"Ada apa ya Bik?" tanya Diana saat mereka berdua sudah duduk saling berhadapan.

"Begini nduk, bibik mau memberimu pekerjaan, karna kemarin kamu sempat bilang ingin mencari pekerjaan kan. Dan pagi tadi majikan bibik menyuruh bibik untuk mencari satu orang untuk membantu di Villa tempat bibik bekerja." jelas bik Minah mengungkapkan maksudnya.

"Benarkah bik, Ana mau bik." ucap Diana bersemangat.

"Kalau begitu, sekarang kamu ikut bibik ke Villa, soalnya majikan bibik akan segera kembali siang nanti, jadi biar majikan bibik yang menjelaskan tugas kamu nanti."

"Yaudah bik, Ana juga lagi gak ada kerjaan, jadi Ana bisa kok ikut sekarang." ucap Devita cepat.

Bik Minah pun akhirnya membawa Diana ke Villa, dia masih belum tau apa yang harus dia kerjakan. Tapi Diana cukup senang karna dia bisa cepat dapat pekerjaan, karna kedua adiknya juga perlu makan dan uang sekolah. Orang tua Diana tidak meninggalkan apapun kecuali hutang ayahnya yang sudah menumpuk karna pengobatan adik bungsunya.

____

Villa Danu

Rania menatap Diana dari ujung atas sampai bawah, dia masih berfikir apakah gadis muda seperti Diana bisa tahan dengan sikap Darren yang begitu dingin dan pendiam. Bahkan Darren saat ini lebih cepat marah karna kondisinya yang belum bisa dia terima.

"Siapa nama kamu nak?" tanya Rania lembut.

"Diana bu, tapi ibu bisa memanggil saya Ana." jawab Diana

" Umur kamu, berapa?" tanya Rania lagi.

"20 tahun buk."

"Pendidikan terakhir kamu?"

"Saya masih kuliah buk, tapi terpaksa berhenti karna kondisi keuangan yang sedang buruk."

"Baiklah, sepertinya kamu gadis yang baik dan pekerja keras. Tapi apa kamu benar ingin berkerja disini, karna pekerjaan kamu nanti bukan mengurus villa seperti bik Minah, tapi mengurus anak saya."

ucapan Rania membuat Diana mengangkat kepalanya yang awalnya menunduk, Diana tidak mengerti.

"Apa aku harus mengurus balita, tapi apa iya?" batin Diana

"Maaf buk, apa saya akan mengurus anak? umur berap?" Devita memberanikan diri untuk bertanya. Sedangkan yang di tanya malah terkekeh mendengar pertanyaan Diana yang polos.

"Tidak, bukan. Bukan anak-anak seperti yang kamu bayangkan." jawab Rania.

"Lalu,saya mengurus siapa? ".

"kamu akan mengurus keperluan putra saya yang sudah berumur 25 tahun."

"APA." triak Diana spontan.

"Ana, Yang sopan nduk." tegur Bik Minah yang ada di belakang Diana.

"Maaf Bik, saya kaget. "

"Tidak apa- apa Bik, itu wajar." sela Rania. "Lalu bagaimana? kamu mau atau tidak?"

Diana tidak punya pilihan lain selain menerima, karna saat ini ia sangat memerlukan uang untuk melunasi hutang ayahnya dan biaya pendidikan kedua adiknya.

"Saya akan menggaji kamu 10 juta perbulan."

ucapan Rania seketika membuat mata Diana membola, mulut gadis itu bahkan terbuka lebar saat mendengar nominal uang yang di sebutkan oleh Rania.

"I_buk serius?" tanya Diana memastikan

Rania mengangguk sambil tersenyum lembut."Tentu saja saya sangat serius.." Rania merogoh tasnya lalu mengeluarkan sejumlah uang. "ini uang muka untuk kamu, sisanya akan saya berikan di akhir bulan. Tapi kamu harus bekerja mulai hari ini." Rania menyodorkan uang berwarna merah senilai 5 juta rupiah itu ke tangan Diana.

Tangan Diana bergetar, bukan karna dia matre atau apapun, tapi karna dia memang sangat membutuhkan uang itu. Sejenak Diana melihat ke arah Bik Minah, wanita paruh baya itu tersenyum dan mengangguk pada Diana . Menghilangkan keraguan yang dimiliki Diana untuk menolak rezeki yang sudah ada di depan mata.

"Baik buk, saya menerimanya." ucap Diana akhirnya.

"Baiklah, kalau begitu. Nanti Bik Minah akan menjelaskan perkerjaanmu. Sementara itu kamu ikut ibuk menemui putra ibuk dulu. Ibuk akan memperkenalkan nya padamu." Diana mengangguk lalu mengikuti langkah Rania menuju kamar Darren.

Di depan kamar, Darren sudah ada Fandra dan Daffa yang menunggu mereka. Kedua pria itu sempat penasaran melihat seorang gadis belia berjalan bersama Rania, tapi setelah Rania menjelaskan peran Diana disana, kadua pria itu pun akhirnya mengerti.

"Kamu yakin bisa sabar menghadapi putra saya nak?? putra saya yang ini sangat berbeda. Dia keras dan juga dingin, dan kamu harus mempunyai extra kesabaran dalam menghadapinya."tanya Fandra.Ia masih ragu dengan pilihan istrinya

"Saya akan berusaha pak, karna sekeras apapun hati seorang manusia, tidak mungkin tidak bisa di luluhkan. Bahkan batu yang terkena tetesan air, jika terus menerus saja bisa bolong dan hancur. Apalagi hanya hati seorang manusia. Saya yakin, lamban laun putra bapak akan berubah menjadi sosok yang hangat lagi." jawab Diana yakin.

Diam-diam Daffa mengagumi sosok Diana yang begitu dewasa. walaupun umurnya jauh lebih muda darinya Bagi Daffa, Diana adalah sosok gadis yang cantik dan juga baik hati, sangat terlihat dari tutur katanya yang lembut dan juga sopan.

Rania menyenggol lengan putra bungsunya yang menatap Diana tanpa berkedip, membuat Daffa seketika menoleh ke arah Mommynya itu.

" Jangan di liatin terus Daff, nanti kamu jatuh cinta." goda Rania dengan senyum mengejek.

Daffa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tersenyum malu karna godaan yang terlontar dari bibir ibunya itu. Daffa seperti sedang kepergok mengambil milik orang lain.

"Diana, mari masuk nak. Biar Ibuk kenalkan kamu pada Darren." Diana mengangguk lalu ikut melangkah ke dalam kamar Darren.

Di dalam kamar, Darren sedang duduk sambil menghadap ke kolam renang yang ada di luar pembatas kaca kamarnya. Darren sampai tidak menyadari jika ibunya sudah berada di dalam kamarnya.

"Darren" panggil Rania cepat.

Darren memutar kursi rodanya, melihat dua orang yang sedang berdiri di belakangnya. Yang satu Darren kenali adalah ibunya dan satu lagi, Darren tidak mengenalnya.

Diana sangat terkejut saat melihat wajah Darren yang begitu sama dengan wajah Daffa, tidak ada yang berbeda dari mereka. Bentuk rahangnya, hidungnya, rambutnya. Hanya satu yang membedakan mereka yaitu warna mata mereka. Daffa memiliki warna mata coklat yang meneduhkan, tetapi Darren memiliki warna mata Hitam pekat, tatapan matanya juga sangat tajam, seperti elang yang siap memangsa buruannya.

"Ada apa Mom, apa kalian akan kembali sekarang?" tanya Darren tanpa melihat ke arah wanita yang di bawa oleh mamanya.

"Iya sayang. Mommy, Daddy dan Daffa akan pergi sekarang. Tapi sebelum Mommy pergi, Mommy ingin memperkenalkan kamu pada Diana." Rania menoleh kearah Diana sambil tersenyum." ini Ana, Diana ini yang akan mengurus keperluanmu selama kamu disini Darren." lanjut Rania

Darren menatap Diana dengan tatapan tidak suka. Tatapan Darren begitu dingin hingga siapapun yang melihatnya akan merasa takut." Bawa wanita ini pergi Mom, Darren tidak membutuhkan bantuannya. Darren bisa melakukan apapun sendiri, dan jangan memperlakukan Darren seperti pria lemah yang tidak bisa apapun. disini masih ada Bik Minah yang bisa membantu Darren." Darren memutar kursi rodanya kembali ke posisinya semula.

" Mommy tidak suka penolakan Darren, suka atau tidak Diana akan tetap menyiapkan kebutuhanmu disini. Jika tidak, Mommy akan membawamu kembali ke Jakarta." ucap Rania tegas. Kali ini Rania tidak akan lemah di depan Darren, karna semua yang ia lakukan hanya demi kebaikan Darren.

Darren berdecak kesal mendengar ancaman yang di lontarkan Rania. Dia sungguh tidak menyangka jika ibunya juga bisa bersikap tegas." Terserah Mommy, Darren tidak perduli." ucap Darren cepat.

Rania menghela nafasnya berat, mengalihkan pandangannya pada Diana." Kau takut? " tanya Rania memastikan jika Diana tidak terpengaruh dan memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak.

Diana menggeleng cepat-cepat. "Tidak Bu. " jawabnya

"Bagus..Ibu perkenalkan,Dia Darren saudara kembar Daffa. Kamu akan mengurusnya selama dia disini. Ibuk harap kamu bisa sabar menghadapi keras kepalanya ya."

Diana mengangguk mengerti."Baik buk, saya akan berusaha sebisa saya".

Darren menoleh sekilas,wajahnya terlihat sangat tidak suka. dalam batinnya berkata."Cihhh, Dasar wanita penjilat" batin Darren saat mendengar ucapan Diana

Rania mendekati Darren, mencium pipi putranya itu dengan mata basah. Rania sangat tidak tega meninggalkan putranya itu, tapi mau bagaimana lagi, ini adalah keinginannya. keinginan yang tidak bisa Rania tolak.

"Mommy pergi ya sayang, jaga dirimu baik-baik, Mommy sangat menyayangimu nak. Maafkan Mommy." Rania meninggalkan Darren yang sama sekali tidak melihat kepergiannya.

Berat, itulah yang ada dalam hati keduanya. Rania begitu berat meninggalkan putranya, sementara Darren berat memikul beban hidupnya. Akankah kehidupan Darren berubah setelah tinggal jauh dari keluarganya, akankah Darren bisa kembali menjadi Darren yang dulu.

.

.

Itu semua tergantung Authornya ya😅

Jangan lupa like, comment dan juga votenya ya. Semoga kalian suka🙏

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!