Kemesraan adik kakak

Sesampainya di Mall. Mereka langsung menuju bioskop. Sakti lebih dulu membeli 2 buah tiket untuk mereka berdua. Sementara Ayra yang masih kesal pada Sakti, hanya duduk menunggu tak jauh dari loket.

“Ayo cari makan dulu, filmnya masih 1 jam lagi baru mulai.” Sakti menghampiri Ayra yang masih cemberut dan menggandeng tangan mungilnya.

Walaupun kesal Ayra tetap mengikuti Sakti, karena memang tak dapat dipungkiri jika perutnya juga keroncongan. Ia hanya makan sedikit tadi di rumah, itu pun tadi pas makan siang.

“Abang ke McD aja.” tiba-tiba Ayra menarik tangannya Sakti, masuk ke sebuah tempat makan cepat saji.

“McD terus nggak sehat, Ay.” Sakti kembali menarik tangannya yang masih di pegang oleh Ayra.

Tapi gadis itu masih keukeuh. Ia tak mau meninggalkan tempat itu. Sakti tak kehilangan akal, ia beralih melingkarkan tangannya pada pundak Ayra. Dengan merangkul badan mungil sang adik, membaliknya agar tak melangkah menuju tempat makan itu. Setelah bersusah payah, akhirnya Sakti berhasil membawa Ayra keluar dari tempat itu.

“Abang, beliin ice cream deh?”

Ayra menggeleng dengan cepat.

“Permen kapas?”

Ayra kembali menggeleng.

“loli pop deh?”

“Abang kira, Ayra anak TK.”

“Ah iya, Abang lupa! Kalau kamu ini sudah gede ya, walau kadanga masih terlihat seperti anak kecil.”

Sakti menepuk keningnya pelan. Ah iya, kini gadis di sampingnya ini sudah menjelma menjadi gadis yang telah beranjak dewasa. Bagaimana ia bisa lupa. Sementara Sakti merutuki kebodohannya, Ayra yang masih kesal malah berjalan lebih dulu meninggalkan Sakti. Kini ia masuk ke dalam sebuah kafe, matanya berbinar melihat berbagai varian rasa ice cream. Benar juga kata Sakti, lebih baik makan ice cream saja lebih enak, di tengah cuaca terik seperti ini.

“Abang, ice cream saja deh?” pinta Ayra seraya kembali menarik tangan Sakti.

“Dasar!” gumam Sakti. Dengan gemas ia mengusap puncak kepala Ayra yang tertutup hijab dan kedua sudut bibir tertarik keatas. Kemudian ia memesankan semangkuk ice cream coklat-caramel kesuakaan adik tersayangnya.

Mereka duduk di salah satu bangku. Sementara Ayra menikmati cake ice cream. Sakti memilih makanan yang mengenyangkan perutnya. Mereka makan dengan disertai canda dan tawa. Sesekali Ayra menyuapi Sakti ice cream yang ia makan.

Sepintas jika ada yang melihat mereka, tak akan ada yang menyangka jika mereka berdua adalah kakak adik, karena keduanya terlihat sangat mesra untuk dikategorikan hanya sebagai kakak dan adik.

Setelah makan mereka kembali ke bioskop. Film yang akan mereka tonton akan segera di mulai. Sakti kembali menggandeng tangan Ayra, seakan takut adiknya itu hilang di tengah keramaian.

Ternyata film yang mereka tonton adalah darma roman, dimana si kekasihnya meninggal karena sebuah penyakit yang di derita selama 1 tahun. Ayra ikut menangis sesenggukan di samping Sakti. Sakti gelagapan melihat Ayra nangis kencang begitu, antara bingung juga malu sama pengunjung lain. Sebelah tangannya mengusap bahu Ayra, berusaha menenangkan. Sementara satu tangan lain ia gunakan untuk mengusap air mata yang terus mengalir di pipi cantik sang adik.

“Mas, itu pacarnya lebih baik diajak keluar deh, kasihan!” ujar salah satu penonton yang berada di sampingnya.

“heheh i-iya, Mas.” Sakti menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal dengan mata sesekali melirik Ayra.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!